Bab 3. Pria mengerikan

Hari ini Rachel akan masuk sore lagi. Untuk itulah ia datang ke mansion Reiner pagi hari setalah ia membatu Helen mengurusi Ayahnya. Mengantisipasi kemarahan Helen seperti semalam, ia memilih mengemukakan alasan dengan mengatakan akan mencari tambahan kerja dengan menjadi tukang bersih-bersih part time. Tentu saja wanita itu mengizinkan karena berharap akan mendapatkan tambahan uang.

Setibanya ia di sana, ia sudah tak perlu menekan tombol karena begitu datang seorang penjaga sudah paham dengan kedatangan Rachel.

"Silahkan!" ucap penjaga sembari membuka gerbang setinggi menara. Sejenak ia berpikir, mana mungkin bisa kabur kalau bangunannya saja seperti ini.

Sungguh, Rachel sebenarnya selalu takut tiap bertemu orang-orang di sana sebab wajah dan perawakannya kebanyakan seram-seram. Saat bingung harus menuju kemana, Marlon tiba-tiba muncul.

"Anda sudah datang?" seru Marlon.

Rachel nyaris menjengit kaget dengan kemunculan Marlon yang tiba-tiba. Ia lalu mengangguk sebagai jawaban. Takut sebab sorot mata Marlon juga tak kalah mengintimidasi.

"Tuan belum bangun. Tapi anda bisa langsung naik ke kamarnya untuk mulai membersihkan kamar beliau. Tugas utama anda hanya membersihkan kamarnya dan memenuhi perintah tuan Reiner. Selebihnya, beliau akan menunjukkan lagi apa yang perlu anda kerjakan!" terang Marlon sangat jelas.

"Terimakasih, aku mengerti!"

Marlon mengajak Rachel untuk naik menuju kamar Reiner. Ia lalu pergi setelah mereka berada di muka pintu kamar Reiner. Usai menghela napas dalam-dalam, Rachel mengetuk pintu kamar Reiner.

TOK

TOK

TOK

Tak mendapat jawaban, Rachel lalu menarik gagang pintu dan pintu itu rupanya tidak di kunci. Dengan isi dada yang seperti mau melompat, Rachel menutup pintu kamar yang luasnya hampir seukuran rumahnya. Kamar itu sungguh mewah dan banyak sekali berjajar perabot futuristik.

Nuansa hangat namun sejuk dengan aroma yang belum pernah ia hirup sebelumnya sungguh membuat Rachel menelan ludah gugup.

Kaca-kaca jendela dikamar itu sangat tinggi. Membuatnya berpikir pantas saja Marlon tadi berkata jika dia hanya fokus membersihkan kamar Reiner saja. Tanpa membersihkan ruangan lain, ia yakin jika tenaganya hari itu pasti bakal terkuras habis.

"Sopan sekali kau tiba-tiba masuk!"

Ia berjingkat karena suara Reiner yang tiba-tiba itu terdengar sangat sinis. Ia langsung membuang muka sebab Reiner tak mengenakan pakaian dan hanya mengenakan boxer pendek.

Sialan.

"Kenapa anda tidak memakai baju?" ia nyaris menyesali diri kenapa harus melempar pertanyaan itu.

Ia gugup karena tubuh liat yang tampak keras, dengan punggung yang penuh tato hingga ke lengan itu sangat membuatnya malu.

Reiner tersenyum tanpa beban. "Aku bahkan sering telanjang!"

"Gila, apa dia tidak waras?" Rachel bergumam lirih dengan hati kesal.

"Kau mengatai ku?"

Rachel sontak menggeleng dengan muka takut. Reaksi spontan yang tak bisa ia tahan bisa-bisa membuat laki-laki itu marah.

"Pakai ini ketika bekerja. Aku tidak mau melihat kau bekerja dengan pakaian kampungan dan murahan milikmu itu!"

Rachel sempoyongan ketika menangkap satu stel seragam yang di lempar Reiner kepadanya. Pakaian dengan warna putih dan biru navy yang pasti harganya tak pernah ia jangkau.

"Kenapa masih berdiri, cepat ganti pakaian mu. Ada dua kamar mandi di kamarku ini!"

Meskipun kesal sebab hari pertama sudah di bentak-bentak seperti ini, tanpa membuang waktu Rachel segera mengganti pakaiannya. Dan ketika seragam itu sudah melekat di tubuhnya, ia mengumpat lirih demi melihat pakaian yang lebih mirip cosplay pemain blue.

"Apa dia sengaja mau melecehkan ku? CK!" Rachel mendecak dengan keresahan yang meluap.

"Kau sudah selesai, cepat keluar. Ganti seprey ku!" teriakan dari luar membuat Rachel gusar. Ia malu jika harus keluar sekarang.

Tentu saja Rachel masih terdiam di kamar mandi. Payudaranya terlihat separuh dan menonjol, sementara rok yang ia kenakan itu sangat mini sekali. Mustahil ia mengenakan pakaian itu di sana.

"Hey, Rachel!" Reiner berteriak dengan nada marah dan membuat Rachel tergeragap. Jika tak segera keluar, pria itu pasti bakal mengatai nya lagi.

Ia akhirnya keluar dengan menutup bagian dadanya menggunakan pakaiannya yang lama. Terus menunduk sebab malu bukan main.

Reiner yang melihat hal itu mengerutkan keningnya. "Kenapa bajumu kau taruh di depan. Bajumu kebesaran?"

"Kebesaran matamu? Tidakkah kau lihat pakaiannya ini?" ia bergumam dengan mulut tak terbuka.

"Bicara yang jelas. Berani kau mengumpatiku?"

Rachel menggeleng lantaran melihat nata Reiner yang melotot. "Apa anda yakin dengan seragam ini. Seragam ini sangat kekecilan tuan. Saya...saya tidak bisa bekerja dengan baju ini. Bisakah anda memberi saya baju lain?" ia berkata dengan ragu-ragu. Berharap Reiner tak mendampratnya lagi.

"Memangnya siapa kau menyuruhku, cepat buang bajumu!" teriak Reiner sembari melempar paksa baju Rachel ke sembarang arah.

Rachel reflek menutupi dadanya dengan tangannya meksipun tak sepenuhnya membantu. Dan Reiner terlihat puas melihat pakaian yang dikenakan oleh Rachel. Ia mengusap bibirnya sendiri sembari menatap Rachel penuh selera.

Ia seperti menemukan berlian dalam tumpukan batu kali. Body yang sangat menggiurkan sudah dalam cengkeraman nya.

"Bersihkan kamarku. Ingat, hanya kamar ku!" kata Reiner penuh penekanan.

Semula, Rachel takut kalau Reiner akan memantaunya di sana. Namun ia segera bernapas lega sewaktu Reiner keluar kamar. Rachel tidak tahu saja bila Reiner sekarang berada di ruang kontrol CCTV untuk melihat Rachel yang kini mulai membereskan tempat tidurnya.

Kelelakiannya menegang ketika kamera pengawas itu menangkap bokong Rachel yang memperlihatkan CD yang kelihatan sebab pendeknya rok yang dikenakan dengan mudahnya tersingkap.

Reiner melihat tanpa jeda setiap gerakan yang dilakukan oleh Rachel. Ia menelan ludah ketika Rachel berjalan dan payudaranya terlihat jelas manakala perempuan itu memasang seprei baru.

Tak kuat melihat hal itu, Reiner lalu menuju ke kamar mandi dan menuntaskan hal yang membuatnya pusing di sana. Ia bisa saja memaksa Rachel menuruti hasratnya. Tapi ia belum mau melakukannya.

Waktu berlalu. Melihat semua pekerjaannya beres, Rachel segera mengganti pakaiannya yang benar-benar tak nyaman itu lalu melemparkannya ke keranjang kotor.

"Apa dia benar-benar orang tidak waras? Bagaimana jika dia melecehkan ku nanti. Kenapa aku jadi takut?" masih bergelut dengan ketakutannya.

Menjelang makan siang, ia mengira jika Reiner sudah pergi bekerja. Namun ketika berjalan ke belakang dan tiba di sebuah ruangan terbuka, ia tak sengaja melihat Reiner tengah menembak kepala seseorang yang tangannya di ikat.

DOR!

Maka orang itu seketika tewas tergeletak tak berdaya. Tubuh Rachel kontan menegang. Sekujur tubuhnya juga mendadak menggigil. Ia terpaku disana. Sulit menggerakkan diri hanya untuk berlari. Karena tak kuat melihat itu, Rachel seketika pingsan.

Reiner yang tak mengira bila Rachel bakal melihatnya mengeksekusi musuh seketika berlari ke arah Rachel. Ia langsung mengangkat tubuh gadis itu lalu membawanya ke kamar.

"Marlon, bereskan itu!"

Marlon mengangguk meskipun kini wajahnya juga terlihat resah karena orang lain melihat mereka melenyapkan seseorang.

Di kamar, Reiner meletakkan tubuh lemah Rachel ke atas kasur miliknya. Ia memandangi wajah cantik alami Rachel yang tanpa make up berlebih itu dengan tatapan mendalam. Ia lalu memperhatikan sudut bibir Rachel yang sedikit lebam.

Ia menyentuhnya, menjadi sangat penasaran kenapa ada banyak sekalian luka janggal. Apakah karena sikap gadis ini yang berani sehingga membuatnya sering bertengkar?

Ia menyusuri garis wajah Rachel menggunakan jarinya. Dan ketukan di pintu membuatnya menoleh.

"Tuan!"

"Masuk!"

Marlon masuk, tapi ia segera terkejut ketika melihat Rachel berbaring diatas kasur tuannya. Tidak salah lihat kan dia?

"Tuan, nona Rachel telah melihat kita tadi. Apakah itu tidak menjadi masalah?" kata Marlon terlihatnya cemas.

"Kau tenang saja. Dia akan aku tangani. Kau bereskan saja mereka yang telah berani menipu kita!"

Marlon mengangguk lalu pamit.

Sekitar pukul dua, Rachel mengerjap dan menjadi takut kala melihat Reiner duduk menyilangkan kaki. Ia beringsut dengan muka ketakutan bahkan sampai pucat.

"Kau jangan takut. Selama kau menurut dan tidak menjadi pembangkang, nasibmu tidak akan seperti pria tadi!" ucap Reiner dengan posisi tak berubah. Duduk santai padahal barusaja menghilangkan nyawa orang.

Mati-matian Rachel menahan air matanya namun cairan bening itu lolos juga. Dalam pikirannya saat ini, ia telah berhadapan dengan pria bengis yang entah dari golongan apa. Ia hanya bisa menahan takut saat tangan berjemari besar milik Reiner mulai menyusuri lehernya.

"Jadi, tentukan pilihanmu sekarang. Kau mau menurut, atau..." ia menjeda ucapannya karena mengusap bibir merah jambu Rachel.

"Pembunuh!" teriak Rachel karena ketakutan dengan Reiner.

Reiner tersenyum lalu mencengkeram rahang Rachel. "Bukankah kau sekarang harus kembali bekerja?"

Reiner menelan saliva begitu melihat bibir yang menggoda itu. Rachel reflek membuang wajahnya ketika Reiner seperti akan menciumnya. Reiner tersenyum dan tak memaksa. Ia merasa ini memang belum saatnya mencicipi hidangan.

"Pergilah. Jangan terlambat datang besok. Dan ingat, aku bakal mengawasi setiap gerak-gerik mu. Jadi, jangan berpikir kau bisa kabur, hm?"

Rachel langsung pergi dengan ketakutan. Sementara Reiner yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum.

"Aku sangat menyukainya!"

Terpopuler

Comments

putrie_07

putrie_07

😘

2025-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tersugesti fantasi
2 Bab 2. Cara Reiner
3 Bab 3. Pria mengerikan
4 Bab 4. Main ganti aja
5 Bab 5. Tersinggung dan marah
6 Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7 Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8 Bab 8. Dangerous Man
9 Bab 9. Menurut lah padaku!
10 Bab 10. Heartless
11 Bab 11. Kau sakit Reiner!
12 Bab 12. Dia dan hidupnya
13 Bab 13. Sebenarnya peduli
14 Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15 Bab 15. Anti Depresan?
16 Bab 16. Over protektif
17 Bab 17. Kau candu ku
18 Bab 18. Pria otoriter
19 Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20 Bab 20. Waktu jelang subuh
21 Bab 21. Ternyata dia baik
22 Bab 22. Dia adalah ketua
23 Bab 23. Khawatir
24 Bab 24. Bertemu sahabat
25 Bab 25. Marlon di hajar
26 Bab 26. Penawar marah
27 Bab 27. Intervensi keluarga
28 Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29 Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30 Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31 Bab 31. Agar adil
32 Bab 32. Mual lagi?
33 Bab 33. Terlambat datang bulan?
34 Bab 34. Pernyataan Dilan
35 Bab 35. Hamil
36 Bab 36. Akhir Helen
37 Bab 37. Serangan untuk Reiner
38 Bab 38. Membelot?
39 Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40 Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41 Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42 Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43 Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44 Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45 Bab 45. Keterkejutan Reiner
46 Bab 46. Karena aku menyukaimu
47 Bab 47. Semua ada bagiannya
48 Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49 Bab 49. Pergi dengan tenang
50 Bab 50. Tidur di pangkuan
51 Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52 Bab 52. Namanya juga kangen
53 Bab 53. Hati seorang Ayah
54 Bab 54. Kesedihan Rachel
55 Bab 55. Sisi lain Reiner
56 Bab 56. Karma
57 Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58 Bab 58. Bertemu pria itu
59 Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60 Bab 60. Jadi melankolis
61 Bab 61. Romansa side story
62 Bab 62. Sentuhan ajaib
63 Bab 63. Akan melahirkan
64 Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65 Bab 65. Namanya Zyon
66 Bab 66. Jangan marah lagi
67 Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68 Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69 Bab 69. Satu VS Tiga
70 Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71 Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72 Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73 Bab 73. Rachel tahu
74 Bab 74. Nasihat kakak ipar
75 Bab 75. Perbincangan suami istri
76 Bab 76. Satu bagian penebusan
77 Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78 Bab 78. Pain to be happy
79 Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80 Bab 80. Bos yang baik
81 Bab 81. The end
82 Attention!
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Tersugesti fantasi
2
Bab 2. Cara Reiner
3
Bab 3. Pria mengerikan
4
Bab 4. Main ganti aja
5
Bab 5. Tersinggung dan marah
6
Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7
Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8
Bab 8. Dangerous Man
9
Bab 9. Menurut lah padaku!
10
Bab 10. Heartless
11
Bab 11. Kau sakit Reiner!
12
Bab 12. Dia dan hidupnya
13
Bab 13. Sebenarnya peduli
14
Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15
Bab 15. Anti Depresan?
16
Bab 16. Over protektif
17
Bab 17. Kau candu ku
18
Bab 18. Pria otoriter
19
Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20
Bab 20. Waktu jelang subuh
21
Bab 21. Ternyata dia baik
22
Bab 22. Dia adalah ketua
23
Bab 23. Khawatir
24
Bab 24. Bertemu sahabat
25
Bab 25. Marlon di hajar
26
Bab 26. Penawar marah
27
Bab 27. Intervensi keluarga
28
Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29
Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30
Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31
Bab 31. Agar adil
32
Bab 32. Mual lagi?
33
Bab 33. Terlambat datang bulan?
34
Bab 34. Pernyataan Dilan
35
Bab 35. Hamil
36
Bab 36. Akhir Helen
37
Bab 37. Serangan untuk Reiner
38
Bab 38. Membelot?
39
Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40
Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41
Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42
Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43
Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44
Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45
Bab 45. Keterkejutan Reiner
46
Bab 46. Karena aku menyukaimu
47
Bab 47. Semua ada bagiannya
48
Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49
Bab 49. Pergi dengan tenang
50
Bab 50. Tidur di pangkuan
51
Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52
Bab 52. Namanya juga kangen
53
Bab 53. Hati seorang Ayah
54
Bab 54. Kesedihan Rachel
55
Bab 55. Sisi lain Reiner
56
Bab 56. Karma
57
Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58
Bab 58. Bertemu pria itu
59
Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60
Bab 60. Jadi melankolis
61
Bab 61. Romansa side story
62
Bab 62. Sentuhan ajaib
63
Bab 63. Akan melahirkan
64
Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65
Bab 65. Namanya Zyon
66
Bab 66. Jangan marah lagi
67
Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68
Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69
Bab 69. Satu VS Tiga
70
Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71
Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72
Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73
Bab 73. Rachel tahu
74
Bab 74. Nasihat kakak ipar
75
Bab 75. Perbincangan suami istri
76
Bab 76. Satu bagian penebusan
77
Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78
Bab 78. Pain to be happy
79
Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80
Bab 80. Bos yang baik
81
Bab 81. The end
82
Attention!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!