Bab 14. Terpaksa berpura-pura

Reiner lalu berjalan sembari tersenyum. Sebab baru kali ini ia melihat Rachel mau tersenyum kepadanya. Hal sepele cenderung remeh memang, tapi sudah bisa membuat hati sang mafia terasa lain.

Ia terus berjalan meninggalkan Rachel yang terbengong. Shock karena kabar gembira. Melintasi para maid yang terus menunduk namun sempat melirik wajah senang Rachel seraya berisik pada rekannya.

Dalam hati Rachel, terselip satu perasaan lega, apa itu artinya Reiner tak membunuh ayahnya? Syukurlah, sebab beberapa hari ini ia sungguh tak tahu bagaimana kabar ayahnya.

Reiner terlihat masuk ke dalam mobil, dan Marlon juga mempersilahkan Rachel untuk ikut masuk ke dalam mobil mewah itu. Rachel melirik ke arah Reiner yang diam dengan angkuh. Pria berkacamata itu terlihat tak menggubris keberadaannya padahal beberapa saat yang lalu jemari pria itu bergerilya menyusuri belahan dadanya.

Mobil berjalan, dan keheningan yang menyeruak memberi keberanian pada Rachel untuk buka suara.

"Kenapa aku harus ikut? Aku bisa di sini dan..."

"Aku ada urusan penting. Aku tidak mau kau kabur. Oleh sebab itu aku harus membawa mu!"

Sahut Reiner sembari sibuk membalas pesan seseorang pada ponselnya. Reiner bahkan tak membiarkan Rahel menyelesaikan kalimatnya. Rachel melongo tak percaya kala mendengarnya.

Tapi, karena teringat dengan ucapan Reiner beberapa saat yang lalu, Rachel tiba-tiba memiliki keberanian untuk memiliki sikap yang lebih manis.

"Ayahku sungguh-sungguh baik-baik saja kan?" Rachel menyentuh lengan berotot Reiner. Membuat pria itu melepaskan kacamatanya lalu menatap tangan berkulit cerah milik Rachel.

"Tergantung. Kau mau dia baik-baik saja...atau kau mau dia..." Reiner sengaja menggantung kalimatnya sembari memberi tatapan penuh arti.

Paham dengan maksud Reiner, Rachel yang sedikit banyak mulai mempelajari orang seperti apa Reiner itu, mau tak mau harus merendahkan dirinya. Ia harus melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan isi hatinya.

"Aku akan melakukan apapun yang tuan mau kalau ayahku sehat seperti dulu!" Rachel menyenderkan kepalanya ke dada Reiner. Mengerahkan segenap keberanian hanya agar pria gila ini tak berubah pikiran soal janjinya untuk mengizinkan bertemu dengan sang ayah.

"Kau mulai menggoda ku?" kata Reiner.

"Tidak tuan. Mana aku berani. Aku hanya berterimakasih karena sebentar lagi aku bisa bertemu dengan ayah!"

Reiner menarik dagu dan membuat pandangan mereka bertemu. Setengah mati Rachel menyembunyikan rasa takutnya. Ia menatap manik mata beriris coklat itu dengan hati deg-degan.

"Jangan kau berpikir untuk membodohi ku!" ucap Reiner mengusap bibir Rachel menggunakan ibu jarinya.

Meskipun ia takut karena Reiner sepertinya sulit di bohongi, tapi ia harus bisa membuat suasana pria itu menjadi semakin baik. Dan percayalah, ia sudah seperti pelacur yang hendak menggoda pelanggannya.

"Maafkan aku kak Dilan. Aku sungguh merasa bersalah padamu sekarang. Tapi pria ini membuat ku tak berdaya. Aku harus membuat keadaan ayah baik-baik saja. Aku tidak punya pilihan!"

"Kau bahkan sudah mengambil yang terbaik yang aku punya. Tidak mungkin aku menipu mu. Kau sudah baik pada Ayahku. Sudah selayaknya aku juga baik padamu!" Rachel membalas menyentuh wajah Reiner. Tak ada seorangpun yang tahu, bila jantung Rachel benar-benar seperti mau melompat dari tempatnya.

Reiner membaca sorot mata Rachel. Ia tak menemukan kejanggalan di sana. Beberapa detik kemudian, dengan mudahnya ia memindahkan tubuh Rachel keatas pangkuannya. Menatapnya penuh gairah dan selera.

Membuat perempuan itu mau tak mau harus menghadap lurus ke wajah Reiner.

"Sepertinya kau sudah tidak bodoh!"

Rachel menelan ludah takut. Pria di depannya ini sungguh sulit di tebak, kalau tidak berhati-hati ia bakal celaka. Ia tak boleh salah lagi.

Namun ia harus segera memejamkan matanya seraya menahan suara karena tiba-tiba Reiner melu*mat kuncup dadanya tanpa aba-aba apapun. Marlon yang tahu kegiatan bos-nya segera menekan indikator tombol di depannya dan langsung membuat sebuah tirai otomatis tertutup.

"Ah, di depan..."

"Anggap saja mereka tidak ada!" potong Reiner yang tak mempedulikan kegelisahan Rachel sebab malu dengan Marlon juga supir mereka.

"Apa, mana mungkin. Jelas-jelas di depan ada dua orang. Orang ini sungguh-sungguh!"

Rachel masih berusaha dengan keras menahan pekikan suara yang semakin mendesak karena Reiner makin membuatnya menggelinjang.

Lebih gilanya lagi, dengan mudahnya pula Reiner memindahkan tubuhnya Rachel menghadap ke depan.

"Tu-tuan aku..." Rachel makin resah karena tangan kekar itu sudah mulai menyusup ke celana dalamnya.

Dan beruntungnya, saat seperti menemui jalan buntu, ponsel Reiner tiba-tiba bergetar. Membuat Rachel seketika bernapas lega. Ia segera turun saat raut muka Reiner terlihat mengeras dan kesal sewaktu melihat nama di ponsel.

"What?" jawab Reiner dengan alis tebalnya yang menyatu.

"....."

Tanpa babebo lagi, Reiner seketika mematikan ponselnya dengan kesal. Pria itu terlihat frustasi dan moodnya hancur dalam sekejap. Rachel jadi penasaran, siapa sebenarnya yang membuat Reiner bisa sekesal ini?

***

Rachel benar-benar melongo tak percaya saat ia sudah berada di dalam cabin sebuah pesawat jet pribadi yang mewah. Seumur hidup ia bahkan hanya satu kali naik pesawat itu pun pesawat komersial jenis low cost carrier atau pesawat berbiaya murah tanpa jatah bagasi cuma-cuma.

Dari tempatnya duduk, ia memperhatikan Reiner yang berbicara serius dengan Marlon. Jika di lihat, Reiner memang memiliki fisik yang sempurna. Tubuhnya tinggi, liat berotot. Rambutnya selalu terlihat basah dan tersisir rapi. Aroma tubuhnya tidak pernah tidak wangi. Wajahnya juga sangat tampan dan berkharisma. Hanya saja, pria itu benar-benar tak memiliki hati dan kadang seperti bukan orang pada umumnya.

Membuatnya berpikir, apakah Reiner tak memiliki orangtua, keluarga, atau kerabat? Semua hal tentang Reiner sungguh misterius. Ia benar-benar tak mengira hanya karena sebuah insiden mobil, ia bisa terjerat pada kehidupan pria aneh itu.

Memandangi Reiner sedari tadi membuatnya teringat pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Kejadian dimana Reiner telah memberinya rasa sakit, sekaligus rasa nikmat yang mau tak mau harus ia akui. Ah, dia jadi malu sendiri. Tapi kenapa Reiner malah tidak pernah terlihat risih ya?

Ia segera pura-pura membaca majalah cabin ketika Reiner kembali dan duduk di dekatnya.

"Pakai sabuk pengaman mu. Pesawat akan segera take off!" kata Reiner.

Rachel mengangguk dan segera melakukan yang di minta Reiner. Ini yang selalu dia takutkan. Saat pesawat akan lepas landas ia merasa jantungnya begitu sesak, telinganya seperti sakit. Ia memejamkan matanya sembari tak sengaja meremas lengan Reiner yang kini tak hentinya menatap Rachel yang merem karena mati-matian melawan rasa takutnya.

Pria itu terlihat tak bereaksi padahal remasan tangan Rachel terlihat semakin kuat. Hingga saat pesawat mencapai di sebuah ketinggian dan terasa stabil, perlahan-lahan Rachel mulai membuka matanya dan sontak terkejut demi melihat bekas cengkeramannya di lengan Reiner yang memerah.

"Astaga... maafkan aku..." ia panik dan celingukan mencari sesuatu. Tapi otaknya sungguh tak bisa di ajak bekerjasama. Ia tak tahu harus mengobati hal itu dengan apa di pesawat seperti saat ini.

"Aku tidak sengaja, ku mohon jangan hukum aku!" punya Rachel dengan muka muram.

Reiner masih diam saat melihat Rachel yang malah meniup lengan Reiner sebagai tebusan kesalahannya. Dalam hati Reiner sungguh mendecak. Kesal karena melihat kepolosan juga kebodohan yang berpadu.

"Bodoh!" Reiner segera menarik lengannya. Membuat Rachel terbengong.

"Kalau takut kenapa minta duduk di dekat jendela?" kata Reiner yang kini ganti membaca majalah.

Rachel tak menjawab. Meskipun ia terlihat norak karena sempat takut, tapi ia memilih berada di window seat karena ingin melihat pemandangan dari sana.

Perjalanan agak jauh, membuat Rachel terkantuk-kantuk. Gadis itu tertidur dan tak sengaja menjatuhkan kepalanya di pundak kokoh Reiner.

BRUK

Reiner diam membiarkan. Tapi aroma rambut Rachel sungguh mengusik. Membuatnya terseret pada adegan panas beberapa saat lalu. Ia menarik tuas seat lalu membetulkan posisi Rachel. Perempuan itu pun akhirnya tidur dengan posisi nyaman.

Reiner menatap lekat wajah teduh Rachel yang kini tidur. Saat hendak menyentuh wajah Rachel, Marlon tiba-tiba datang. Membuatnya urung.

Terpopuler

Comments

Yumna

Yumna

Kesemsem bilang bang… tapi jgn pake cara kejam juga kaleee🫢

2024-11-30

1

Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲

Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲

pelan " pak supir 😁🤣

2025-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tersugesti fantasi
2 Bab 2. Cara Reiner
3 Bab 3. Pria mengerikan
4 Bab 4. Main ganti aja
5 Bab 5. Tersinggung dan marah
6 Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7 Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8 Bab 8. Dangerous Man
9 Bab 9. Menurut lah padaku!
10 Bab 10. Heartless
11 Bab 11. Kau sakit Reiner!
12 Bab 12. Dia dan hidupnya
13 Bab 13. Sebenarnya peduli
14 Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15 Bab 15. Anti Depresan?
16 Bab 16. Over protektif
17 Bab 17. Kau candu ku
18 Bab 18. Pria otoriter
19 Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20 Bab 20. Waktu jelang subuh
21 Bab 21. Ternyata dia baik
22 Bab 22. Dia adalah ketua
23 Bab 23. Khawatir
24 Bab 24. Bertemu sahabat
25 Bab 25. Marlon di hajar
26 Bab 26. Penawar marah
27 Bab 27. Intervensi keluarga
28 Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29 Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30 Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31 Bab 31. Agar adil
32 Bab 32. Mual lagi?
33 Bab 33. Terlambat datang bulan?
34 Bab 34. Pernyataan Dilan
35 Bab 35. Hamil
36 Bab 36. Akhir Helen
37 Bab 37. Serangan untuk Reiner
38 Bab 38. Membelot?
39 Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40 Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41 Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42 Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43 Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44 Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45 Bab 45. Keterkejutan Reiner
46 Bab 46. Karena aku menyukaimu
47 Bab 47. Semua ada bagiannya
48 Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49 Bab 49. Pergi dengan tenang
50 Bab 50. Tidur di pangkuan
51 Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52 Bab 52. Namanya juga kangen
53 Bab 53. Hati seorang Ayah
54 Bab 54. Kesedihan Rachel
55 Bab 55. Sisi lain Reiner
56 Bab 56. Karma
57 Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58 Bab 58. Bertemu pria itu
59 Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60 Bab 60. Jadi melankolis
61 Bab 61. Romansa side story
62 Bab 62. Sentuhan ajaib
63 Bab 63. Akan melahirkan
64 Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65 Bab 65. Namanya Zyon
66 Bab 66. Jangan marah lagi
67 Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68 Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69 Bab 69. Satu VS Tiga
70 Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71 Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72 Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73 Bab 73. Rachel tahu
74 Bab 74. Nasihat kakak ipar
75 Bab 75. Perbincangan suami istri
76 Bab 76. Satu bagian penebusan
77 Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78 Bab 78. Pain to be happy
79 Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80 Bab 80. Bos yang baik
81 Bab 81. The end
82 Attention!
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Tersugesti fantasi
2
Bab 2. Cara Reiner
3
Bab 3. Pria mengerikan
4
Bab 4. Main ganti aja
5
Bab 5. Tersinggung dan marah
6
Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7
Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8
Bab 8. Dangerous Man
9
Bab 9. Menurut lah padaku!
10
Bab 10. Heartless
11
Bab 11. Kau sakit Reiner!
12
Bab 12. Dia dan hidupnya
13
Bab 13. Sebenarnya peduli
14
Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15
Bab 15. Anti Depresan?
16
Bab 16. Over protektif
17
Bab 17. Kau candu ku
18
Bab 18. Pria otoriter
19
Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20
Bab 20. Waktu jelang subuh
21
Bab 21. Ternyata dia baik
22
Bab 22. Dia adalah ketua
23
Bab 23. Khawatir
24
Bab 24. Bertemu sahabat
25
Bab 25. Marlon di hajar
26
Bab 26. Penawar marah
27
Bab 27. Intervensi keluarga
28
Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29
Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30
Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31
Bab 31. Agar adil
32
Bab 32. Mual lagi?
33
Bab 33. Terlambat datang bulan?
34
Bab 34. Pernyataan Dilan
35
Bab 35. Hamil
36
Bab 36. Akhir Helen
37
Bab 37. Serangan untuk Reiner
38
Bab 38. Membelot?
39
Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40
Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41
Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42
Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43
Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44
Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45
Bab 45. Keterkejutan Reiner
46
Bab 46. Karena aku menyukaimu
47
Bab 47. Semua ada bagiannya
48
Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49
Bab 49. Pergi dengan tenang
50
Bab 50. Tidur di pangkuan
51
Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52
Bab 52. Namanya juga kangen
53
Bab 53. Hati seorang Ayah
54
Bab 54. Kesedihan Rachel
55
Bab 55. Sisi lain Reiner
56
Bab 56. Karma
57
Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58
Bab 58. Bertemu pria itu
59
Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60
Bab 60. Jadi melankolis
61
Bab 61. Romansa side story
62
Bab 62. Sentuhan ajaib
63
Bab 63. Akan melahirkan
64
Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65
Bab 65. Namanya Zyon
66
Bab 66. Jangan marah lagi
67
Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68
Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69
Bab 69. Satu VS Tiga
70
Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71
Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72
Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73
Bab 73. Rachel tahu
74
Bab 74. Nasihat kakak ipar
75
Bab 75. Perbincangan suami istri
76
Bab 76. Satu bagian penebusan
77
Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78
Bab 78. Pain to be happy
79
Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80
Bab 80. Bos yang baik
81
Bab 81. The end
82
Attention!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!