Bab 6: Jejak yang Tertinggal

Lila terbangun di tengah malam, keringat dingin membasahi pelipisnya. Mimpi buruk tentang gedung tua itu terus menghantui pikirannya. “Gue nggak bisa tenang,” gumamnya sambil melihat ke sekeliling kamar. Suasana sunyi, tapi entah kenapa, dia merasa seolah ada yang mengawasinya.

Keesokan harinya, saat berangkat kerja, Lila masih merasakan efek dari kejadian di gedung. Dia mencoba menyibukkan diri dengan tugas-tugas kantor, berharap bisa melupakan semuanya. Tapi semakin dia berusaha, semakin keras suara bisikan itu kembali mengganggu.

“Yo, Lil! Lo kayak zombie! Kenapa?” Rina bertanya saat melihat wajah Lila yang lesu.

“Gue... masih mikirin kemarin. Nggak bisa tidur,” jawab Lila jujur.

“Lo udah bilang sama Pak Anton?” Rina menyarankan.

“Belum. Nggak mau bikin dia panik. Lagian, kita belum punya bukti apa-apa,” Lila menjawab.

Setelah beberapa jam, Pak Anton memanggil mereka ke ruangannya. “Ada liputan baru. Kali ini kita akan ke pemakaman tua di pinggiran kota. Banyak rumor tentang arwah gentayangan di sana,” katanya dengan nada serius.

“Wah, seru nih! Nggak sabar!” Rina bersemangat.

Lila cuma bisa tersenyum canggung. “Mungkin kita bisa menemukan jawaban tentang semua ini,” pikirnya. Dia tahu ini akan jadi tantangan besar, tapi di sisi lain, rasa ingin tahunya mengalahkan ketakutannya.

...****************...

Setelah mempersiapkan peralatan, mereka berangkat menuju pemakaman tua. Suasana di sana terasa berbeda. Udara dingin menyengat, dan kabut tipis menyelimuti area pemakaman. Lila menelan ludah, merasakan getaran aneh di dalam dirinya.

“Lil, lo siap? Ini bakal jadi liputan seru!” Rina berusaha mengangkat semangat Lila.

“Gue siap, Rin. Tapi jangan lupakan apa yang terjadi di gedung itu,” Lila mengingatkan.

Mereka mulai merekam suasana sekitar, dan Rina mengarahkan kameranya ke nisan-nisan tua. “Coba kita cek yang ada di sana,” Rina menunjuk ke nisan besar di ujung pemakaman.

Saat mereka mendekat, Lila merasakan hawa dingin yang menusuk. “Rin, lo ngerasa itu juga?” tanyanya.

“Dikit sih. Tapi ini keren banget!” Rina menjawab, tampak antusias.

Saat merekam, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari belakang. Lila menoleh, tapi nggak ada siapa-siapa. “Eh, lo denger itu?” tanya Lila, wajahnya mulai pucat.

“Denger, tapi mungkin cuma suara angin,” Rina menjawab, berusaha tenang.

Lila nggak yakin. Dia merasa ada yang mengawasi mereka. Ketika mereka kembali ke arah nisan besar, bayangan hitam kembali muncul di sudut pandang Lila. “Rin, liat!” teriaknya, tapi saat Rina menoleh, bayangan itu sudah menghilang.

“Udah, Lil. Lo mulai paranoid lagi,” Rina menegur, tapi Lila merasakan perutnya mual.

“Gue nggak bisa gini terus, Rin. Ini bukan cuma di kepala gue,” Lila mengeluh.

Setelah beberapa saat, mereka melanjutkan rekaman. Di tengah-tengah, Lila merasakan ada yang menyentuh bahunya. “Aduh, siapa yang nyentuh?” teriaknya, berbalik cepat.

Tapi Rina cuma menggeleng. “Gue nggak sentuh lo, Lil! Mungkin ada yang mau kasih tahu kita sesuatu,” Rina bercanda, meski jelas ada sedikit ketegangan di wajahnya.

Mereka melanjutkan liputan hingga menjelang sore. Saat itu, Rina tiba-tiba berhenti. “Lil, lihat!” dia menunjuk ke arah salah satu nisan yang tampak berbeda. “Nisan ini baru!”

“Nggak mungkin! Kita udah lihat semua nisan di sini,” Lila membantah, tapi Rina sudah berjalan mendekat.

Saat mereka berdua mendekat, nisan itu tampak mengeluarkan hawa dingin yang semakin membuat bulu kuduk Lila berdiri. “Gue ngerasa nggak enak, Rin,” Lila berbisik.

Tiba-tiba, suara berderak keras terdengar, membuat mereka terlonjak. “Apa itu?” tanya Rina panik.

“Gue nggak tahu! Kita harus pergi!” Lila menarik Rina, tapi tiba-tiba bayangan hitam muncul lagi, lebih dekat dari sebelumnya.

“Lila!” Rina berteriak, ketakutan. Mereka berlari ke arah keluar, tapi bayangan itu terus mengejar.

Saat mencapai pintu keluar, Lila merasa terengah-engah. “Cepat, Rin!” serunya.

Begitu keluar dari pemakaman, mereka berhenti sejenak untuk mengatur napas. “Gila, Lil! Apa yang barusan kita lihat?” Rina masih gemetar.

“Gue nggak tahu, tapi kita harus kembali ke kantor dan lapor ke Pak Anton,” Lila menjawab, meski hatinya berdebar-debar.

...****************...

Di kantor, suasana terasa tegang. Lila dan Rina menceritakan semua yang mereka alami kepada Pak Anton. “Jadi, kalian benar-benar melihat makhluk aneh di pemakaman?” Pak Anton bertanya serius.

“Iya, Pak. Kita beneran ngerasa ada yang ngikutin,” Lila menjelaskan.

“Kalau gitu, kita perlu investigasi lebih lanjut. Mungkin ada kebenaran di balik semua rumor itu,” Pak Anton bertekad.

Malam itu, Lila dan Rina memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi tentang pemakaman itu. Mereka melakukan riset dan menemukan artikel lama tentang hantu yang konon menghuni pemakaman itu. “Dikatakan bahwa arwah seorang wanita yang meninggal tragis sering terlihat,” Rina membaca dari layar.

“Wanita? Kenapa mesti wanita?” tanya Lila, merasa merinding.

“Entahlah, mungkin ada hubungannya dengan nisan yang baru kita lihat,” Rina menjawab, meneliti lebih jauh.

Di tengah pembacaan, tiba-tiba Lila merasakan hawa dingin menyengat di belakangnya. “Rin, lo ngerasa itu?” tanyanya, menoleh ke belakang.

“Gue nggak tahu, Lil. Mungkin AC-nya rusak,” Rina menjawab, tapi Lila bisa melihat ketegangan di wajahnya.

Malam itu, saat Lila sudah di rumah, dia tidak bisa tidur. Pikiran tentang hantu wanita itu terus menghantui. “Gue butuh jawaban,” pikirnya.

Tiba-tiba, dia teringat tentang teknik meditasi yang diajarkan Maya. “Mungkin gue bisa mencoba lagi,” dia berbisik pada diri sendiri.

Dia menyalakan lilin dan mulai meditasi, berharap bisa terhubung dengan arwah yang menghantuinya. Saat dia menutup mata, suara bisikan samar kembali terdengar. “Bantu aku...”

“Siapa?” Lila bertanya, suara hatinya bergetar.

“Aku terjebak... di sini...” bisikan itu semakin jelas.

Lila merasakan ketakutan dan empati bersatu. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu terjebak?” tanyanya.

“Dia...” bisikan itu menghilang, meninggalkan Lila bingung dan takut.

Dia membuka mata dan melihat bayangan gelap melintas di sudut kamar. “Bukan lagi mimpi, ini nyata!” teriaknya, berusaha tenang. “Aku harus mencari tahu kebenarannya!”

Dengan tekad yang baru, Lila menyadari bahwa semua ini bukan hanya tentang ketakutan. Ini adalah tentang memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan membantu arwah yang terjebak.

“Malam ini, gue akan cari jawabannya,” pikirnya, bertekad untuk menyelidiki lebih dalam, meskipun itu berarti menghadapi ketakutannya sendiri. Karena dia tahu, jejak yang tertinggal ini akan membawanya ke kebenaran yang mungkin lebih mengerikan daripada yang pernah dia bayangkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Kelly Andrade

Kelly Andrade

Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉

2024-09-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2 Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3 Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4 Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5 Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6 Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7 Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8 Bab 8: Jejak Arwah
9 Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10 Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11 Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12 Bab 12: Teror Tanpa Henti
13 Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14 Bab 14: Hantu Bucin
15 Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16 Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17 Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18 Bab 18: Pintu Terakhir
19 Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20 Bab 20: Selalu Mengawasi
21 Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22 Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23 Bab 23: Rina di Ujung Teror
24 Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25 Bab 25: Teror di Kantor
26 Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27 Bab 27: Perjanjian Terakhir
28 Bab 28: Bayangan yang Kembali
29 Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30 Bab 30: Akhir dari Teror
31 Bab 31: Teror Kembali
32 Bab 32: Ritual Terakhir
33 Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34 Bab 34: Keputusan Gila
35 Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36 Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37 Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38 Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39 Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40 Bab 40: Kembali ke Awal
41 Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42 Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43 Bab 43: Kembali ke Kota
44 Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45 Bab 45: Ritual Terakhir
46 Bab 46: Pertemuan Lama
47 Bab 47: Kepergian Dewi
48 Bab 48: Jejak Kegelapan
49 Bab 49: Teror dari Kegelapan
50 Bab 50: Bayangan Kematian
51 Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52 Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53 Bab 53: Pintu Terakhir
54 Bab 54: Jalan Buntu
55 Bab 55: Kembali ke Kosan
56 Bab 56: Malam Terakhir
57 Bab 57: Sosok di Layar
58 Bab 58: Raja Siluman Ular
59 Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60 Bab 60: Waktu Terbatas
61 Bab 61: Misi Terakhir
62 Bab 62: Panggilan Penyelamat
63 Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64 Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65 Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66 Bab 66: Bayangan Mengintai
67 Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68 Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69 Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70 Bab 70: Pertarungan Terakhir
71 Bab 71: Titik Balik
72 Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73 Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74 Bab 74: Takdir di Balik Teror
75 Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2
Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3
Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4
Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5
Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6
Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7
Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8
Bab 8: Jejak Arwah
9
Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10
Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11
Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12
Bab 12: Teror Tanpa Henti
13
Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14
Bab 14: Hantu Bucin
15
Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16
Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17
Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18
Bab 18: Pintu Terakhir
19
Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20
Bab 20: Selalu Mengawasi
21
Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22
Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23
Bab 23: Rina di Ujung Teror
24
Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25
Bab 25: Teror di Kantor
26
Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27
Bab 27: Perjanjian Terakhir
28
Bab 28: Bayangan yang Kembali
29
Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30
Bab 30: Akhir dari Teror
31
Bab 31: Teror Kembali
32
Bab 32: Ritual Terakhir
33
Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34
Bab 34: Keputusan Gila
35
Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36
Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37
Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38
Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39
Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40
Bab 40: Kembali ke Awal
41
Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42
Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43
Bab 43: Kembali ke Kota
44
Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45
Bab 45: Ritual Terakhir
46
Bab 46: Pertemuan Lama
47
Bab 47: Kepergian Dewi
48
Bab 48: Jejak Kegelapan
49
Bab 49: Teror dari Kegelapan
50
Bab 50: Bayangan Kematian
51
Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52
Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53
Bab 53: Pintu Terakhir
54
Bab 54: Jalan Buntu
55
Bab 55: Kembali ke Kosan
56
Bab 56: Malam Terakhir
57
Bab 57: Sosok di Layar
58
Bab 58: Raja Siluman Ular
59
Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60
Bab 60: Waktu Terbatas
61
Bab 61: Misi Terakhir
62
Bab 62: Panggilan Penyelamat
63
Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64
Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65
Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66
Bab 66: Bayangan Mengintai
67
Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68
Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69
Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70
Bab 70: Pertarungan Terakhir
71
Bab 71: Titik Balik
72
Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73
Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74
Bab 74: Takdir di Balik Teror
75
Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!