Bab 20: Selalu Mengawasi

Setelah malam penuh teror di kos, Lila dan Rina nggak bisa tidur tenang lagi. Suasana kos yang biasanya berisik sekarang terasa sepi, tapi bukan sepi yang nyaman. Ada sesuatu yang berubah, aura tempat itu semakin gelap.

Pagi-pagi, mereka duduk di ruang tamu kosan, masing-masing dengan secangkir kopi di tangan. Rina kelihatan lusuh, matanya merah karena kurang tidur, sedangkan Lila masih merasa badannya berat, seperti ada sesuatu yang menghisap energinya semalaman.

“Gue nggak tahan lagi di sini,” kata Lila, suaranya serak. “Kayak ada yang ngikutin gue terus, Rin. Lo juga ngerasain nggak sih?”

Rina manggut-manggut. “Ya iyalah, Lil. Gue dari semalem nggak bisa tidur. Kayak ada bayangan di pojokan, tapi pas gue liat, nggak ada apa-apa.”

Lila menatap lurus ke depan, mencoba mikir jernih. Mereka nggak bisa terus-terusan kayak gini. Kalau tetap bertahan, mungkin lama-lama mereka bisa gila. Tapi pindah bukan solusi instan, apalagi kalau sosok yang ganggu mereka itu bisa ngikut ke mana-mana.

“Apa kita harus panggil paranormal lagi?” tanya Lila ragu-ragu. “Kemarin lo bilang nggak yakin sama mereka, tapi sekarang...”

“Gue juga bingung, Lil,” Rina menghela napas panjang. “Gue udah nggak tau harus ngapain. Paranormal atau apapun, asal kita bisa bebas dari semua ini, gue setuju.”

Akhirnya mereka sepakat buat mencari bantuan lagi, tapi kali ini nggak asal. Lila ngubek-ngubek internet, nyari rekomendasi dari forum-forum spiritual yang lumayan terpercaya. Mereka akhirnya nemu satu nama, seorang mediator spiritual yang terkenal bisa bantu ngusir makhluk halus tanpa bikin orang yang dibantunya ketakutan.

...****************...

Malamnya, mediator spiritual yang mereka panggil, Bu Sari, datang ke kosan. Penampilannya simpel, cuma pake baju hitam longgar dan selendang putih di pundaknya. Tanpa banyak basa-basi, Bu Sari langsung ngeliat-liat sekitar kosan, terutama kamar Lila dan Rina.

“Energi di sini berat banget,” katanya pelan. “Bukan cuma ada satu sosok, tapi beberapa.”

Lila dan Rina saling pandang, ngeri. Beberapa? Mereka cuma ngerasa satu makhluk yang ngikutin, tapi ternyata ada lebih dari itu?

“Ini tempat memang dulunya penuh konflik,” lanjut Bu Sari. “Makhluk-makhluk ini terjebak di sini karena nggak bisa lepas dari masa lalu mereka. Tapi sekarang, energi kalian menarik perhatian mereka.”

“Jadi gimana, Bu? Bisa diusir, kan?” tanya Lila, nada suaranya penuh harap.

“Bisa, tapi kalian harus kuat. Kalau kalian takut, mereka akan terus kembali. Kalian harus tegas, jangan kasih ruang untuk mereka.”

Bu Sari mulai ritualnya. Dia membakar dupa, menyebar garam di sudut-sudut kamar, sambil menggumamkan doa-doa yang nggak Lila pahami. Suasana di kamar mulai berubah, makin dingin, dan udara jadi berat. Tapi anehnya, rasa takut yang tadi menguasai Lila perlahan-lahan berkurang.

Sampai akhirnya, setelah sekitar satu jam, Bu Sari berhenti. Dia menatap Lila dan Rina dengan tatapan puas.

“Sudah selesai. Tapi ingat, ini cuma sementara. Kalian harus lebih kuat secara mental dan spiritual. Jangan kasih kesempatan mereka untuk masuk lagi.”

“Anjir... beneran selesai, Bu?” Rina bertanya sambil masih agak gemetar.

Bu Sari mengangguk. “Selesai untuk sekarang. Tapi kalian harus jaga energi kalian tetap positif. Kalau nggak, mereka bisa kembali.”

Lila menarik napas lega, walaupun masih ada sedikit rasa was-was. “Terima kasih banyak, Bu. Kita bakal usahain.”

...****************...

Beberapa hari setelah Bu Sari datang, suasana kosan mulai terasa lebih ringan. Rina udah bisa tidur lagi, meskipun kadang masih mimpi buruk. Lila juga mulai merasa tenang, walaupun ada perasaan kalau mereka belum sepenuhnya aman.

Suatu malam, saat mereka lagi nongkrong di ruang tamu kosan sambil nonton film, tiba-tiba listrik mati. Gelap gulita. Hanya suara kipas angin yang berhenti dan dentingan jam dinding yang terdengar di ruangan itu.

“Eh, mati lampu lagi?” Rina bangkit sambil meraba-raba ke arah saklar.

Lila yang duduk di sofa menatap ke luar jendela. Semua rumah di sekitar kosan masih terang benderang. “Bukan mati lampu, Rin. Cuma kosan kita yang gelap.”

Rina berhenti di tempat, perlahan menoleh ke arah Lila. “Serius lo?”

“Gue nggak bercanda,” jawab Lila, suaranya mulai gemetar.

Tiba-tiba terdengar suara dari kamar mereka. Bukan suara manusia, lebih kayak bisikan halus yang nggak jelas asalnya. Rina langsung merinding, sementara Lila udah berdiri dari sofa.

“Anjir... ini nggak bener,” bisik Rina, suaranya bergetar.

“Gue rasa mereka balik lagi,” Lila berbisik, mencoba menenangkan diri.

Mereka berdua pelan-pelan jalan ke arah kamar, meski setiap langkah terasa berat. Ketika mereka sampai di depan pintu kamar, bisikan itu semakin jelas. Ada suara seperti seseorang yang tertawa kecil, tapi nada tawanya dingin dan mengerikan.

Lila mau buka pintu kamar, tapi tangannya gemetar. Rina di belakangnya udah siap buat kabur, tapi nggak mau ninggalin Lila sendirian.

Pas pintu dibuka, ruangan kamar mereka kosong, gelap, dan dingin. Tapi di sudut kamar, samar-samar, ada sosok yang bergerak. Bayangan itu kecil, seperti anak-anak, dan matanya bersinar merah di kegelapan.

“Gila lu! Apa lagi nih?!” Rina hampir teriak.

Sosok itu perlahan mendekat, jalannya seperti melayang di udara. Lila bisa merasakan udara di sekitarnya makin dingin, seakan-akan seluruh ruangan diselimuti es

...****************...

Setelah Lila merasakan ruangan diselimuti es, ia mulai panik. Suasana di sekitar berubah semakin mencekam, dan ia merasa ada sesuatu yang mengawasi dari kegelapan. Suara-suara aneh mulai terdengar, seperti bisikan yang samar tapi mengintimidasi.

Lila berusaha mengendalikan napasnya yang mulai memburu. Di tengah-tengah ketakutannya, ia melihat bayangan samar yang mendekat dari sudut ruangan. Bayangan itu berbentuk seperti seorang perempuan, tapi wujudnya aneh, seperti tidak sepenuhnya nyata. Perempuan itu tampak melayang, dan wajahnya terlihat kabur.

Lila berusaha menjauh, tapi tubuhnya terasa kaku, seolah tak bisa bergerak. "Siapa lu?" tanyanya dengan suara bergetar, tapi perempuan itu hanya tersenyum samar. Senyuman yang membuat bulu kuduk Lila meremang.

Perempuan itu mendekat, dan semakin dekat ia datang, semakin jelas Lila bisa melihat wajahnya. Wajah pucat dengan mata kosong yang hanya menatap lurus ke depan, tapi senyumnya tetap ada, makin lebar.

Tanpa diduga, perempuan itu bicara. "Kamu nggak bisa lari, Lila," bisiknya, suaranya pelan tapi tajam, menusuk langsung ke dalam kepala Lila.

Lila mencoba berteriak, tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Tangannya gemetar, mencoba mencari sesuatu untuk pegangan. Namun, perempuan itu terus mendekat, sampai akhirnya tepat berada di depan Lila. "Kita akan selalu bersamamu..."

Episodes
1 Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2 Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3 Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4 Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5 Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6 Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7 Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8 Bab 8: Jejak Arwah
9 Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10 Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11 Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12 Bab 12: Teror Tanpa Henti
13 Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14 Bab 14: Hantu Bucin
15 Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16 Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17 Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18 Bab 18: Pintu Terakhir
19 Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20 Bab 20: Selalu Mengawasi
21 Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22 Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23 Bab 23: Rina di Ujung Teror
24 Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25 Bab 25: Teror di Kantor
26 Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27 Bab 27: Perjanjian Terakhir
28 Bab 28: Bayangan yang Kembali
29 Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30 Bab 30: Akhir dari Teror
31 Bab 31: Teror Kembali
32 Bab 32: Ritual Terakhir
33 Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34 Bab 34: Keputusan Gila
35 Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36 Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37 Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38 Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39 Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40 Bab 40: Kembali ke Awal
41 Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42 Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43 Bab 43: Kembali ke Kota
44 Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45 Bab 45: Ritual Terakhir
46 Bab 46: Pertemuan Lama
47 Bab 47: Kepergian Dewi
48 Bab 48: Jejak Kegelapan
49 Bab 49: Teror dari Kegelapan
50 Bab 50: Bayangan Kematian
51 Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52 Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53 Bab 53: Pintu Terakhir
54 Bab 54: Jalan Buntu
55 Bab 55: Kembali ke Kosan
56 Bab 56: Malam Terakhir
57 Bab 57: Sosok di Layar
58 Bab 58: Raja Siluman Ular
59 Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60 Bab 60: Waktu Terbatas
61 Bab 61: Misi Terakhir
62 Bab 62: Panggilan Penyelamat
63 Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64 Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65 Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66 Bab 66: Bayangan Mengintai
67 Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68 Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69 Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70 Bab 70: Pertarungan Terakhir
71 Bab 71: Titik Balik
72 Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73 Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74 Bab 74: Takdir di Balik Teror
75 Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2
Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3
Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4
Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5
Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6
Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7
Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8
Bab 8: Jejak Arwah
9
Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10
Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11
Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12
Bab 12: Teror Tanpa Henti
13
Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14
Bab 14: Hantu Bucin
15
Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16
Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17
Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18
Bab 18: Pintu Terakhir
19
Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20
Bab 20: Selalu Mengawasi
21
Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22
Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23
Bab 23: Rina di Ujung Teror
24
Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25
Bab 25: Teror di Kantor
26
Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27
Bab 27: Perjanjian Terakhir
28
Bab 28: Bayangan yang Kembali
29
Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30
Bab 30: Akhir dari Teror
31
Bab 31: Teror Kembali
32
Bab 32: Ritual Terakhir
33
Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34
Bab 34: Keputusan Gila
35
Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36
Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37
Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38
Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39
Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40
Bab 40: Kembali ke Awal
41
Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42
Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43
Bab 43: Kembali ke Kota
44
Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45
Bab 45: Ritual Terakhir
46
Bab 46: Pertemuan Lama
47
Bab 47: Kepergian Dewi
48
Bab 48: Jejak Kegelapan
49
Bab 49: Teror dari Kegelapan
50
Bab 50: Bayangan Kematian
51
Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52
Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53
Bab 53: Pintu Terakhir
54
Bab 54: Jalan Buntu
55
Bab 55: Kembali ke Kosan
56
Bab 56: Malam Terakhir
57
Bab 57: Sosok di Layar
58
Bab 58: Raja Siluman Ular
59
Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60
Bab 60: Waktu Terbatas
61
Bab 61: Misi Terakhir
62
Bab 62: Panggilan Penyelamat
63
Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64
Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65
Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66
Bab 66: Bayangan Mengintai
67
Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68
Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69
Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70
Bab 70: Pertarungan Terakhir
71
Bab 71: Titik Balik
72
Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73
Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74
Bab 74: Takdir di Balik Teror
75
Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!