Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)

Malam itu, Lila bertekad untuk mencari tahu lebih dalam tentang arwah wanita yang menghantuinya. Dia tahu ini bukan sekadar permainan; ini adalah hidupnya yang sedang dipertaruhkan. Dengan sisa keberanian yang ada, dia memutuskan untuk kembali ke pemakaman tua.

Sebelum berangkat, dia menghubungi Rina. “Rin, gue mau ke pemakaman lagi. Gue perlu bawa lo,” ujarnya.

“Gila! Malam-malam? Lo serius?” Rina terkejut.

“Iya. Gue ngerasa ada yang perlu kita selidiki lebih jauh,” Lila menjawab tegas.

Akhirnya, Rina setuju, meskipun terlihat ragu. Mereka berdua bertemu di depan pemakaman, suasana sudah gelap dan kabut tebal mulai menyelimuti area itu. “Kenapa kita selalu balik ke tempat horor ini?” Rina berbisik, terlihat ketakutan.

“Karena ini satu-satunya cara untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi,” jawab Lila sambil menarik napas dalam-dalam.

Begitu memasuki area pemakaman, hawa dingin menyergap tubuh mereka. Lila bisa merasakan aura mistis yang menyelimuti tempat itu, seolah ada yang mengawasi setiap langkah mereka. “Rin, hati-hati,” kata Lila, memimpin jalan.

Mereka berjalan pelan, berusaha mengingat jalur yang mereka lalui sebelumnya. Di tengah perjalanan, Lila mendengar bisikan halus lagi. “Bantu aku…” suara itu terdengar semakin jelas.

“Lo denger itu?” tanya Lila, matanya melirik ke arah Rina.

“Denger, Lil. Tapi itu suara apa?” Rina menjawab dengan nada bergetar.

“Gue rasa itu suara arwah yang kita cari,” Lila berkata, berusaha menenangkan diri.

Ketika mereka mendekati nisan yang baru, Lila merasakan getaran aneh. “Kita harus dekat sini,” ujarnya.

Rina mengangguk, terlihat semakin tegang. Mereka berhenti di depan nisan besar yang terbuat dari marmer hitam. Tiba-tiba, bayangan gelap melintas di depan mereka, membuat Lila terlonjak. “Itu dia!” teriaknya.

“Lil, jangan panik! Coba kita fokus!” Rina menenangkan, meskipun dia sendiri juga ketakutan.

Lila mengedarkan pandangannya, berusaha menemukan sumber suara. “Di mana lo?” teriaknya, berharap bisa mendapatkan jawaban.

“Bantu aku keluar dari sini…” suara itu berbisik lagi, kali ini lebih mendesak. Lila merasa ada ikatan kuat yang menariknya ke nisan tersebut.

“Gue rasa kita harus coba untuk membuka nisan ini,” Lila mengatakan dengan mantap, melihat ke arah Rina.

“Lo gila, Lil! Nggak mungkin kita bisa!” Rina protes, tetapi Lila sudah terlanjur terfokus pada nisan itu.

“Kalau nggak sekarang, kapan lagi? Ini satu-satunya cara!” Lila bersikeras.

Dengan bantuan Rina, mereka mulai mendorong nisan. “Ayo, Rin! Kita bisa!” Lila bersemangat meskipun tangannya terasa berat.

Setelah beberapa saat berjuang, nisan itu sedikit tergeser. Mereka melihat celah gelap di dalamnya. “Apa kita harus masuk?” tanya Rina, suaranya bergetar.

“Gue rasa kita harus. Ini satu-satunya jalan untuk membantu dia,” jawab Lila, bertekad.

Dengan berani, mereka berdua melangkah ke dalam celah tersebut. Suasana di dalam sangat gelap dan dingin, dan bau tanah basah menusuk hidung. “Gue ngerasa nggak enak, Lil,” Rina berbisik.

“Tenang, Rin. Kita pasti bisa,” Lila berusaha menenangkan.

Setelah beberapa langkah, Lila merasakan ada sesuatu yang menjalar di kakinya. “Rin, ada yang aneh!” teriaknya. Dia melihat ke bawah dan melihat bayangan hitam merayap.

“Lila! Kita harus keluar!” Rina panik, mulai bergerak mundur.

“Gue nggak bisa mundur sekarang! Gue harus tahu siapa dia!” Lila tetap maju, meskipun suara hatinya berteriak untuk berhenti.

Tiba-tiba, suara jeritan wanita terdengar. “Bantu aku!” Suara itu jelas dan penuh penderitaan.

Lila terhenti, terperangah. “Siapa kamu?” dia berteriak.

“Aku terjebak di sini! Tolong!” jawab suara itu.

“Gue harus bantu dia, Rin!” Lila bertekad, berusaha menelusuri asal suara tersebut.

“Lil, lo nggak sadar ini berbahaya?” Rina bersuara, tapi Lila sudah terlanjur terseret dalam pencarian.

Dia mengikuti suara itu, semakin dalam memasuki kegelapan. Lila tiba di ruangan kecil dengan dinding tanah. Di tengah ruangan, ada bayangan samar seorang wanita, wajahnya tidak terlihat jelas.

“Gue di sini! Tolong!” wanita itu merintih.

“Lo siapa?” Lila bertanya, berusaha menenangkan diri meskipun jantungnya berdebar kencang.

“Aku… aku tidak bisa pergi dari sini. Dia yang menahanku…” suara itu terputus.

“Siapa yang menahanmu?” Lila mendesak, merasakan ketegangan semakin meningkat.

“Dia… mantanku. Dia tidak mau aku pergi. Tolong… bantu aku…” wanita itu menangis, suaranya membuat hati Lila hancur.

“Gue akan bantu, tenang aja!” Lila berusaha menenangkan, meskipun ketakutan mulai menjalari tubuhnya.

Tiba-tiba, bayangan gelap muncul lagi, kali ini lebih besar dan lebih menakutkan. “Jangan bantu dia!” suara berat itu menggema, membuat Lila dan Rina terkejut.

“Siapa kamu?” Lila berteriak, mencoba mempertahankan keberaniannya.

“Dia milikku! Kau tidak boleh mengambilnya!” suara itu menggelegar, membuat ruangan bergetar.

“Gue nggak takut sama lo!” Lila berusaha berbicara tegas meskipun kakinya bergetar.

Bayangan itu semakin mendekat, membuat Rina terjatuh. “Lila, kita harus pergi!” dia berteriak.

“Tunggu, Rin! Aku nggak bisa meninggalkannya!” Lila menolak, berusaha mendekati wanita itu.

“Gue butuh bantuanmu! Tolong, selamatkan aku!” wanita itu terisak.

“Lo harus pergi! Ini berbahaya!” Rina mengingatkan.

Lila terjebak antara pilihan. “Gue nggak bisa membiarkan dia di sini,” pikirnya, berusaha mencari jalan keluar. Dia meraih tangan wanita itu. “Gue akan membantumu keluar!”

“Jangan sentuh dia!” suara berat itu melarang, menggetarkan tanah di bawah mereka.

Lila merasakan kekuatan misterius dari wanita itu. “Gue akan melawan!” dia berteriak, berusaha menarik wanita itu bersamanya.

Saat dia berhasil meraih tangan wanita itu, Lila merasakan aliran energi aneh. Mereka berdua bersatu, tetapi bayangan itu semakin menguatkan cengkeramannya.

“Gue nggak akan menyerah!” Lila berteriak, memfokuskan pikirannya.

“Bantu dia, Lil!” Rina berteriak dari belakang, memberikan semangat.

Dengan satu tarikan kuat, Lila berusaha menarik wanita itu keluar dari bayangan yang mengekangnya. Tiba-tiba, suara jeritan wanita itu menggema, dan ruangan bergetar lebih keras.

“Aku tidak akan melepaskanmu!” suara berat itu mengancam, tetapi Lila tidak mau menyerah.

Dengan sekuat tenaga, Lila mengangkat wanita itu. “Ayo, kita bisa keluar!” Lila teriak, merasa ada cahaya yang mulai menerangi ruangan.

“Ya, aku bisa pergi!” suara wanita itu penuh harapan.

Akhirnya, dengan satu dorongan terakhir, Lila dan wanita itu melompat ke luar celah nisan. Mereka terjatuh di tanah, dan bayangan itu menghilang ke dalam kegelapan.

“Gue… kita berhasil!” Rina terengah-engah, merasa lega.

Lila menatap wanita yang baru diselamatkannya. “Lo aman sekarang. Apa nama lo?” tanyanya.

“Aku… Riana. Terima kasih,” wanita itu tersenyum, meskipun air mata mengalir di pipinya.

“Mari kita keluar dari sini,” kata Lila, merasa beban di dadanya mulai berkurang.

Mereka bertiga berjalan keluar dari pemakaman, dan saat melangkah di luar, Lila merasa seolah beban berat telah terangkat. “Kita berhasil, Rin!” Lila berteriak penuh semangat.

Rina mengangguk, terlihat masih tertegun. “Tapi kita harus hati-hati. Dia mungkin tidak sendirian.”

Lila menatap ke arah pemakaman, merasakan ada yang masih tersisa di sana. “Kita harus kembali. Mungkin ada yang lain yang butuh bantuan."

Dengan semangat baru, Lila tahu bahwa jejak yang tertinggal tidak hanya milik arwah Riana, tetapi mungkin juga milik banyak jiwa yang terjebak di antara dunia. Dia bertekad untuk membantu mereka yang membutuhkan, meski tahu itu akan membawa lebih banyak tantangan ke dalam hidupnya.

“Gue nggak bisa terus kayak gini, tapi gue juga nggak bisa biarin mereka terjebak,” gumam Lila, berusaha mengumpulkan keberanian.

“Gue di sini buat lo, Lil,” Rina menepuk bahunya. “Kita bakal cari cara buat bantu mereka semua.”

“Ya, kita harus. Mungkin ada cara lain yang bisa kita lakukan,” Lila berpikir keras, mencatat semua hal yang terjadi di kepala.

Malam itu, mereka pulang dengan banyak pikiran. Lila tahu ini baru permulaan. Banyak hal yang belum dia pahami tentang kemampuannya, dan tentang dunia yang kini seolah terbuka lebar di depan matanya.

Sesampainya di kosan, Lila duduk di tepi tempat tidurnya. Dia mengeluarkan buku catatan dan mulai menulis semua yang dia alami. Setiap detail penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

“Gue butuh referensi,” Lila berbisik pada dirinya sendiri. Dia mulai mencari informasi tentang paranormal, arwah, dan cara-cara untuk membantu mereka.

Semakin dalam dia mencari, semakin banyak informasi yang membuatnya terkejut. Banyak kisah tentang orang-orang yang terjebak dan membutuhkan bantuan, yang hanya bisa dipanggil oleh mereka yang memiliki kemampuan seperti dirinya.

“Gue nggak sendiri,” Lila merenung, merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. “Harus ada orang lain di luar sana yang merasakan hal yang sama.”

Di malam yang sepi, Lila menutup bukunya dan memejamkan mata. Dia tahu, perjalanannya baru saja dimulai. Dengan keberanian dan dukungan Rina, dia siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Keesokan harinya, saat di kantor, Lila tidak bisa berhenti memikirkan petualangannya semalam. Rina melihat wajah Lila yang penuh semangat. “Lo dapat inspirasi baru ya, Lil?” tanya Rina sambil tersenyum.

“Bisa dibilang gitu. Gue mau nyelamatin lebih banyak arwah,” jawab Lila penuh percaya diri.

“Gue dukung lo. Kita bisa cari informasi lebih lanjut. Mungkin ada komunitas atau orang-orang yang bisa bantu kita,” Rina menyarankan.

“Bagus, Rin! Kita cari tahu,” Lila bersemangat. Mereka mulai menyusun rencana untuk menjelajahi lebih banyak tempat dan mengumpulkan informasi tentang arwah yang terjebak.

Malam itu, mereka kembali ke pemakaman, kali ini lebih siap. Dengan lilin dan buku catatan, Lila ingin mengadakan sesi komunikasi. “Kalau ada yang butuh bantuan, tunjukkan tanda-tanda,” katanya saat menyalakan lilin.

Di tengah malam yang sunyi, suara angin berbisik dan dedaunan bergetar. “Gue yakin ada yang merespon,” Lila berbisik, merasa semakin terhubung dengan dunia lain.

Tiba-tiba, suara lembut terdengar. “Terima kasih…” suara itu menggema, membuat bulu kuduk mereka merinding.

“Siapa?” Lila bertanya dengan berani.

“Aku di sini… butuh bantuan…” suara itu semakin jelas.

“Bisa lo kasih tahu nama lo?” Lila bertanya, berusaha menahan rasa takut.

“Anisa,” suara itu menjawab.

“Anisa, kenapa lo terjebak di sini?” Lila melanjutkan, merasa ada ikatan emosional.

“Aku tidak bisa pergi. Dia tidak membiarkanku,” Anisa menjawab, suaranya penuh kesedihan.

“Siapa yang tidak membiarkan lo?” Rina ikut bertanya, merasa khawatir.

“Pacarku… dia marah ketika aku ingin pergi. Dia tidak mau kehilangan aku,” Anisa menjelaskan.

Lila merasa tergerak. “Kita akan bantu lo, Anisa. Jangan khawatir,” dia berusaha memberikan harapan.

Mereka mulai mencari cara untuk membantu Anisa melepaskan diri dari belenggu. “Apa yang bisa kita lakukan?” tanya Rina, merasa putus asa.

“Bisa kalian panggil dia? Aku ingin bicara dengannya,” Anisa meminta.

“Itu berbahaya,” Lila menjawab. “Tapi mungkin ini satu-satunya cara.”

Mereka berdiskusi dan akhirnya memutuskan untuk melakukan ritual kecil. Dengan lilin dan doa, mereka berusaha memanggil pacar Anisa.

Saat mereka melakukannya, hawa di sekitar terasa semakin dingin, dan bayangan mulai muncul. “Kau tidak boleh mengganggunya!” suara berat itu menggema, penuh kemarahan.

“Siapa kau?” Lila berani bertanya.

“Aku yang memilikinya! Dia milikku!” suara itu menggelegar.

“Tidak! Anisa berhak pergi! Kami akan membantunya!” Rina menantang.

“Cukup! Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan!” suara itu berteriak.

Lila dan Rina merasa terjebak dalam pertarungan antara dua dunia. Mereka harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat. “Anisa, kita akan berjuang untukmu!” Lila berteriak, berusaha menguatkan semangat.

“Terima kasih… aku tidak ingin terjebak selamanya,” Anisa menjawab dengan harapan.

Dengan semangat baru, Lila dan Rina berjuang melawan bayangan itu, mencoba menciptakan cahaya dari harapan mereka. Mereka berdoa dan berusaha memberikan kekuatan kepada Anisa untuk melawan ikatan yang menahannya.

Tiba-tiba, cahaya terang memancar, mengusir kegelapan. “Aku bebas!” teriak Anisa, dan dengan itu, bayangan menghilang, meninggalkan mereka dalam keheningan.

Lila terengah-engah, merasa lelah tetapi puas. “Kita berhasil, Rin!” dia berteriak.

Rina tersenyum, meskipun wajahnya masih terlihat cemas. “Tapi kita harus hati-hati. Masih banyak yang mungkin terjebak di luar sana.”

“Benar. Ini baru permulaan. Kita akan terus berjuang untuk mereka,” Lila menjawab penuh tekad.

Malam itu, mereka pulang dengan rasa haru dan semangat baru. Dengan tekad di hati, Lila tahu bahwa dia tidak akan berhenti sampai semua arwah mendapatkan kedamaian yang mereka butuhkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pesona Mbak Rina

cantik yah guys!! wkwkw

Episodes
1 Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2 Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3 Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4 Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5 Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6 Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7 Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8 Bab 8: Jejak Arwah
9 Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10 Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11 Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12 Bab 12: Teror Tanpa Henti
13 Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14 Bab 14: Hantu Bucin
15 Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16 Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17 Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18 Bab 18: Pintu Terakhir
19 Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20 Bab 20: Selalu Mengawasi
21 Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22 Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23 Bab 23: Rina di Ujung Teror
24 Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25 Bab 25: Teror di Kantor
26 Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27 Bab 27: Perjanjian Terakhir
28 Bab 28: Bayangan yang Kembali
29 Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30 Bab 30: Akhir dari Teror
31 Bab 31: Teror Kembali
32 Bab 32: Ritual Terakhir
33 Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34 Bab 34: Keputusan Gila
35 Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36 Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37 Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38 Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39 Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40 Bab 40: Kembali ke Awal
41 Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42 Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43 Bab 43: Kembali ke Kota
44 Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45 Bab 45: Ritual Terakhir
46 Bab 46: Pertemuan Lama
47 Bab 47: Kepergian Dewi
48 Bab 48: Jejak Kegelapan
49 Bab 49: Teror dari Kegelapan
50 Bab 50: Bayangan Kematian
51 Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52 Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53 Bab 53: Pintu Terakhir
54 Bab 54: Jalan Buntu
55 Bab 55: Kembali ke Kosan
56 Bab 56: Malam Terakhir
57 Bab 57: Sosok di Layar
58 Bab 58: Raja Siluman Ular
59 Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60 Bab 60: Waktu Terbatas
61 Bab 61: Misi Terakhir
62 Bab 62: Panggilan Penyelamat
63 Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64 Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65 Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66 Bab 66: Bayangan Mengintai
67 Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68 Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69 Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70 Bab 70: Pertarungan Terakhir
71 Bab 71: Titik Balik
72 Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73 Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74 Bab 74: Takdir di Balik Teror
75 Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2
Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3
Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4
Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5
Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6
Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7
Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8
Bab 8: Jejak Arwah
9
Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10
Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11
Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12
Bab 12: Teror Tanpa Henti
13
Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14
Bab 14: Hantu Bucin
15
Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16
Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17
Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18
Bab 18: Pintu Terakhir
19
Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20
Bab 20: Selalu Mengawasi
21
Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22
Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23
Bab 23: Rina di Ujung Teror
24
Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25
Bab 25: Teror di Kantor
26
Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27
Bab 27: Perjanjian Terakhir
28
Bab 28: Bayangan yang Kembali
29
Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30
Bab 30: Akhir dari Teror
31
Bab 31: Teror Kembali
32
Bab 32: Ritual Terakhir
33
Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34
Bab 34: Keputusan Gila
35
Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36
Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37
Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38
Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39
Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40
Bab 40: Kembali ke Awal
41
Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42
Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43
Bab 43: Kembali ke Kota
44
Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45
Bab 45: Ritual Terakhir
46
Bab 46: Pertemuan Lama
47
Bab 47: Kepergian Dewi
48
Bab 48: Jejak Kegelapan
49
Bab 49: Teror dari Kegelapan
50
Bab 50: Bayangan Kematian
51
Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52
Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53
Bab 53: Pintu Terakhir
54
Bab 54: Jalan Buntu
55
Bab 55: Kembali ke Kosan
56
Bab 56: Malam Terakhir
57
Bab 57: Sosok di Layar
58
Bab 58: Raja Siluman Ular
59
Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60
Bab 60: Waktu Terbatas
61
Bab 61: Misi Terakhir
62
Bab 62: Panggilan Penyelamat
63
Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64
Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65
Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66
Bab 66: Bayangan Mengintai
67
Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68
Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69
Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70
Bab 70: Pertarungan Terakhir
71
Bab 71: Titik Balik
72
Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73
Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74
Bab 74: Takdir di Balik Teror
75
Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!