Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat

Pagi itu, Lila nggak bisa tenang. Semalaman dia kepikiran soal telepon aneh tadi malam. Siapa yang nelepon? Maksud mereka apa dengan 'kita sudah menunggumu'? Kepalanya penuh tanda tanya.

Lila bangkit dari tempat tidur, tapi masih linglung. "Apa gue mimpi semalem?" gumamnya, setengah berharap semua kejadian itu cuma imajinasinya yang kelelahan.

Setelah mencuci muka dan ngopi seadanya, Lila berusaha meyakinkan dirinya kalau hari ini bakal biasa aja. "Gue harus balik fokus. Jangan mikirin hal-hal aneh dulu," katanya dalam hati sambil memandang cermin. Tapi jauh di dalam, dia tahu itu nggak bakal semudah itu.

Di luar, jalanan sudah mulai ramai. Suara klakson dan hiruk-pikuk kota bikin Lila merasa sedikit normal lagi. Dia menyusuri trotoar menuju kantor, tapi bayangan telepon semalam terus mengintainya.

...****************...

Di kantor, suasana sama aja kayak biasanya. Rina udah nongkrong di depan meja Lila, seperti biasa dengan ekspresi penuh gosip.

"Lil, lo tau nggak sih, kemarin gue denger ada kecelakaan di gedung yang lo liput!" seru Rina tiba-tiba.

"Hah? Kecelakaan?" Lila terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang.

"Iya! Katanya ada salah satu pekerja jatoh dari lantai dua. Lo tahu nggak? Tempat itu kayaknya beneran angker, deh!" Rina ngedumel sambil menggoyang-goyangkan tangannya, berusaha menakuti Lila.

Lila menelan ludah. Dia teringat bayangan hitam yang dia lihat di jendela lantai dua kemarin. "Sial, jangan-jangan gue beneran ngeliat sesuatu," batinnya.

"Tapi yaudahlah ya, nggak usah lo pikirin banget," lanjut Rina sambil duduk di meja sebelah. "Lo kan paling nggak suka hal-hal kayak gini."

Lila menghela napas. "Iya sih... tapi tetep aja, Rin. Gedung itu emang bikin gue ngerasa nggak nyaman," jawabnya jujur.

Rina menatapnya dengan tatapan heran. "Maksud lo gimana?"

"Nggak tau. Waktu gue di sana, rasanya... kayak ada yang ngawasin gue. Gue bahkan sempet liat bayangan di jendela," Lila menjelaskan sambil mengernyit, mencoba mengingat perasaannya saat itu.

"Hii... serem banget!" Rina langsung merinding. "Seriusan lo? Lo ngeliat apa?"

"Nggak jelas. Cuma bayangan hitam. Tapi waktu gue liat lagi, udah nggak ada," Lila menjawab dengan nada serius.

"Lo harus hati-hati, Lil. Jangan-jangan lo ngeliat hantu pekerja yang dulu mati di situ," kata Rina setengah bercanda, tapi sorot matanya menunjukkan kalau dia juga merasa nggak nyaman.

Lila tertawa kecil, meski di dalam hatinya nggak selega itu. "Iya, lo bener. Mungkin gue cuma kecapekan."

...****************...

Siang itu, Lila mendapat panggilan dari bosnya, Pak Anton. Dengan langkah pelan, dia menuju ruangannya, sambil berharap itu bukan tentang sesuatu yang buruk.

"Lila, gue ada liputan tambahan buat lo," Pak Anton langsung buka suara begitu Lila masuk. "Ini tentang seorang paranormal terkenal yang katanya bisa nyelesaikan kasus-kasus gaib. Gue pikir lo yang paling cocok buat ngeliput ini."

Lila diam sejenak. "Paranormal?" tanya Lila, memastikan dia nggak salah dengar.

"Iya. Orang ini udah sering bantuin orang-orang di kota ini yang merasa diganggu sama makhluk gaib atau yang kehilangan jejak anggota keluarga. Gue pikir ini bisa jadi artikel yang menarik," jelas Pak Anton sambil menyerahkan selembar kertas dengan informasi detailnya.

Lila merasa aneh. Seolah alam semesta ngasih sinyal ke dia. Telepon aneh, bayangan hitam di gedung tua, dan sekarang, liputan tentang paranormal?

"Gue kayak ditarik ke hal-hal aneh terus," pikir Lila sambil menatap kertas itu.

"Lo gimana? Mau nggak?" Pak Anton bertanya lagi, memandang Lila dengan sorot penuh harap.

Lila akhirnya mengangguk. "Yaudah deh, Pak. Gue ambil," jawabnya. Bagian dari dirinya penasaran, meski bagian lain sedikit takut.

...****************...

Sore harinya, Lila dan Rina pergi ke lokasi liputan: rumah besar di pinggiran kota yang katanya tempat si paranormal itu tinggal dan praktek. Dari luar, rumahnya terlihat biasa aja, tapi begitu mereka melangkah masuk, atmosfernya langsung beda. Udara terasa lebih dingin, dan suasananya kayak nggak dari dunia ini.

"Lil, lo ngerasa nggak sih? Kok gue jadi merinding gini ya?" Rina berbisik, memeluk dirinya sendiri.

"Iya, gue juga ngerasa," jawab Lila pelan, sambil mengamati sekeliling. Dia berusaha tetep tenang, meski hatinya bilang tempat ini nggak wajar.

Mereka disambut oleh asisten paranormal, seorang pria tua dengan wajah datar. "Silakan, masuk," katanya dengan suara serak, membukakan pintu lebih lebar.

Di dalam, suasana lebih suram lagi. Ada banyak benda-benda aneh seperti patung-patung kecil, lilin, dan botol-botol kaca berisi cairan misterius. Lila berusaha nggak terlalu fokus pada hal-hal aneh itu.

Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan paranormalnya. Seorang wanita berumur sekitar 50-an dengan wajah tenang tapi tajam. Dia duduk di sebuah kursi besar, seolah menunggu kedatangan mereka.

"Selamat datang," sapa wanita itu dengan suara pelan tapi jelas.

Lila dan Rina duduk di hadapannya. Lila merasa jantungnya mulai berdegup lebih kencang. "Terima kasih udah mau ditemuin, Bu," kata Lila sambil berusaha tersenyum.

"Jadi, kalian ingin tahu tentang pekerjaan saya sebagai paranormal?" wanita itu langsung bertanya, sorot matanya tajam seolah bisa melihat ke dalam diri Lila.

Lila mengangguk. "Iya, saya jurnalis, dan kami tertarik buat nulis tentang aktivitas paranormal di kota ini," jawabnya.

Wanita itu memandang Lila dengan lebih tajam lagi, seolah menilai sesuatu yang lebih dari sekadar niat liputan. "Kamu... punya sesuatu yang spesial, ya?" tanyanya tiba-tiba.

Lila terdiam. Dia nggak tahu harus jawab apa. "Maksud ibu...?"

"Kamu bisa melihat mereka, bukan? Makhluk dari dunia lain," kata si paranormal tanpa ragu, seolah hal itu sudah jelas.

Rina langsung kaget. "Hah? Apa maksudnya, Lil?"

Lila nggak langsung menjawab. Suasana di ruangan itu tiba-tiba terasa berat. Dia bisa merasakan tatapan wanita itu yang seolah tahu segalanya tentang dia. "Gue nggak bisa bohong," pikir Lila. Akhirnya, dia menghela napas panjang.

"Iya... kadang-kadang gue bisa lihat hal-hal yang orang lain nggak bisa lihat," jawab Lila pelan.

Rina membelalak, nggak percaya dengan apa yang baru didengarnya. "Serius, Lil? Kok lo nggak pernah cerita?"

Lila tersenyum tipis. "Gue pikir itu nggak penting, Rin. Lagian, gue juga nggak mau orang-orang ngira gue aneh."

Si paranormal mengangguk pelan. "Kamu belum sepenuhnya menerima siapa dirimu, Lila. Tapi waktunya sudah tiba. Mereka akan terus datang kepadamu."

Lila terdiam. Kata-kata wanita itu seolah menjadi pertanda. Dia tahu apa yang akan datang... sesuatu yang besar, sesuatu yang nggak bisa dia hindari lagi.

...****************...

Dalam perjalanan pulang, Rina masih syok dengan pengakuan Lila. "Gue nggak nyangka, Lil. Lo beneran bisa liat hantu?"

"Kadang," jawab Lila singkat. "Tapi gue nggak bisa ngontrol kapan atau gimana."

"Terus lo nggak takut?"

Lila tertawa kecil, tapi ada sedikit ketegangan di balik tawanya. "Ya takutlah, Rin. Gue cuma nggak mau mikirin terus. Kalo gue takut terus, hidup gue bakal kacau."

Rina mengangguk pelan, masih berusaha mencerna semua informasi yang baru dia terima. "Lo kuat juga, Lil."

Lila tersenyum, tapi dalam hatinya, dia bertanya-tanya... seberapa lama lagi dia bisa bertahan tanpa benar-benar menghadapi semua ini?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

besok di lanjut yah guys Author mau tidur dulu

🥱🥱

bye bye guys

Terpopuler

Comments

Tina Febbryanti

Tina Febbryanti

masih menyimak dan meresapi....ada maksa apa di cerita ini ...

2024-10-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2 Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3 Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4 Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5 Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6 Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7 Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8 Bab 8: Jejak Arwah
9 Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10 Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11 Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12 Bab 12: Teror Tanpa Henti
13 Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14 Bab 14: Hantu Bucin
15 Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16 Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17 Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18 Bab 18: Pintu Terakhir
19 Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20 Bab 20: Selalu Mengawasi
21 Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22 Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23 Bab 23: Rina di Ujung Teror
24 Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25 Bab 25: Teror di Kantor
26 Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27 Bab 27: Perjanjian Terakhir
28 Bab 28: Bayangan yang Kembali
29 Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30 Bab 30: Akhir dari Teror
31 Bab 31: Teror Kembali
32 Bab 32: Ritual Terakhir
33 Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34 Bab 34: Keputusan Gila
35 Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36 Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37 Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38 Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39 Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40 Bab 40: Kembali ke Awal
41 Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42 Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43 Bab 43: Kembali ke Kota
44 Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45 Bab 45: Ritual Terakhir
46 Bab 46: Pertemuan Lama
47 Bab 47: Kepergian Dewi
48 Bab 48: Jejak Kegelapan
49 Bab 49: Teror dari Kegelapan
50 Bab 50: Bayangan Kematian
51 Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52 Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53 Bab 53: Pintu Terakhir
54 Bab 54: Jalan Buntu
55 Bab 55: Kembali ke Kosan
56 Bab 56: Malam Terakhir
57 Bab 57: Sosok di Layar
58 Bab 58: Raja Siluman Ular
59 Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60 Bab 60: Waktu Terbatas
61 Bab 61: Misi Terakhir
62 Bab 62: Panggilan Penyelamat
63 Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64 Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65 Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66 Bab 66: Bayangan Mengintai
67 Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68 Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69 Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70 Bab 70: Pertarungan Terakhir
71 Bab 71: Titik Balik
72 Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73 Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74 Bab 74: Takdir di Balik Teror
75 Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1: Panggilan yang Tak Terduga
2
Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat
3
Bab 3: Antara Nyata dan Gaib
4
Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
5
Bab 5: Teror di Tempat Kerja
6
Bab 6: Jejak yang Tertinggal
7
Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)
8
Bab 8: Jejak Arwah
9
Bab 9: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 1)
10
Bab 10: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 2)
11
Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
12
Bab 12: Teror Tanpa Henti
13
Bab 13: Hantu Sok Imut di Kamar Kosan
14
Bab 14: Hantu Bucin
15
Bab 15: Drama Kosan Makin Gila
16
Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
17
Bab 17: Mewing Skibidi di Gedung Tua
18
Bab 18: Pintu Terakhir
19
Bab 19: Balik ke Kos, Tapi Nggak Tenang
20
Bab 20: Selalu Mengawasi
21
Bab 21: Kejar-Kejaran di Batas Nyata
22
Bab 22: Menyusuri Jejak Bayangan
23
Bab 23: Rina di Ujung Teror
24
Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
25
Bab 25: Teror di Kantor
26
Bab 26: Jejak yang Terlupakan
27
Bab 27: Perjanjian Terakhir
28
Bab 28: Bayangan yang Kembali
29
Bab 29: Teror yang Tak Pernah Usai
30
Bab 30: Akhir dari Teror
31
Bab 31: Teror Kembali
32
Bab 32: Ritual Terakhir
33
Bab 33: Ketukan di Tengah Malam
34
Bab 34: Keputusan Gila
35
Bab 35: Teror yang Tak Terbendung
36
Bab 36: Cindy yang Nggak Takut Apa-apa
37
Bab 37: Ketakutan yang Nyata
38
Bab 38: Teror di Kantor Pak Anton
39
Bab 39: Perjalanan ke Desa Misterius
40
Bab 40: Kembali ke Awal
41
Bab 41: Kebenaran yang Terungkap
42
Bab 42: Petunjuk dari Nenek Sumi
43
Bab 43: Kembali ke Kota
44
Bab 44: Pertemuan dengan Nenek Sumi
45
Bab 45: Ritual Terakhir
46
Bab 46: Pertemuan Lama
47
Bab 47: Kepergian Dewi
48
Bab 48: Jejak Kegelapan
49
Bab 49: Teror dari Kegelapan
50
Bab 50: Bayangan Kematian
51
Bab 51: Jejak Teror yang Tertinggal
52
Bab 52: Pertanda dari Kegelapan
53
Bab 53: Pintu Terakhir
54
Bab 54: Jalan Buntu
55
Bab 55: Kembali ke Kosan
56
Bab 56: Malam Terakhir
57
Bab 57: Sosok di Layar
58
Bab 58: Raja Siluman Ular
59
Bab 59: Kekuatan Api dan Es
60
Bab 60: Waktu Terbatas
61
Bab 61: Misi Terakhir
62
Bab 62: Panggilan Penyelamat
63
Bab 63: Pertarungan yang Mendekat
64
Bab 64: Tarian Pemanggil Arwah
65
Bab 65: Ketenangan yang Singkat
66
Bab 66: Bayangan Mengintai
67
Bab 67: Janji di Balik Kegelapan
68
Bab 68: Kepergian Sang Siluman Ular
69
Bab 69: “1.000 Aura Boss Kuuhhh”
70
Bab 70: Pertarungan Terakhir
71
Bab 71: Titik Balik
72
Bab 72 : Kebangkitan Yang Tak Terduga
73
Bab 73: Tawa di Tengah Teror
74
Bab 74: Takdir di Balik Teror
75
Bab 75: Kerinduan Akan Sang Penolong

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!