Chapter 17 : Salah Tingkah

..."Seburuk apapun sifatnya lambat laun pasti akan berubah. Sekejam-kejamnya tindakan yang dilakukan olehnya jika sudah berhadapan dengan orang berhati lembut, maka luluh sudah pertahanannya."...

...~~~...

Alaska terdiam, nampaknya ia tengah mengingat-ingat kejadian beberapa menit yang lalu. Tiba-tiba saja wajah menyeramkan itu menatap Arumi dengan masih tidak menyangka.

"Aaahkk sialan! Aku baru inget tadi sempat mengatakan itu kepadanya. Memalukan sekali," batin Alaska berkata setelah mengingat semuanya.

"Kenapa Mas diam? Mas lupa ya? Tadi Mas sendiri loh yang bilang untuk ...," ucap Arumi terjeda karena melihat keterdiaman suaminya.

"Stop! Diamlah jangan banyak bicara!" tegur Alaska tidak ingin mendengar Arumi mengulangi katanya tadi.

"Loh Mas kenapa? Malu ya? Suruh siapa marah-marah, padahal sendirinya yang salah," celetuk Arumi membuat Alaska menatap sinis terhadapnya.

"Sudahlah jangan banyak bicara! Berisik kamu tuh! Makan ya makan saja jangan banyak ngomong," ketus Alaska yang tidak terima mendapatkan sindiran dari mulut Arumi.

"Loh kok Mas yang sewot si? Berati benar kan kata aku? Mas malu kan nyalahin Arumi? Huh tukang nyalahin giliran salah enggak mau ngaku," cecer Arumi dengan sengaja memanas-manasi Alaska.

"Enggak! Sudah diem! Mulut kamu itu perlu ditutup biar bungkam," ucap Alaska sembari menyodorkan sendok berisi nasi serta lauk pauknya ke dalam mulut Arumi secara tiba-tiba.

"Eemmm ... Mas ih!" kata Arumi disela mengunyah makanan di dalam mulutnya.

"Apa? Diam kan kamu? Sudah makan saja jangan banyak omong tar kesedak kan repot," kata Alaska dengan senyum smirk di bibirnya.

Wajah Arumi cemberut mendengar perkataan dari suaminya barusan. Sungguh menggemaskan jika dilihat. Namun, karena ego Alaska yang terlalu tinggi, maka ia pun memalingkan mukanya ke sembarang arah supaya tidak terkecoh oleh tingkah Arumi.

"Arumi mau makan kalau Mas suapin lagi kayak tadi. Sini Mas suapin lagi ya?" ucap Arumi memiliki ide lain untuk menarik perhatian Alaska.

"Dih apaan si kamu? Makan saja sendiri! Jangan geer ya! Tadi cuma ketidaksengajaan," ujar Alaska mengelak apa yang Arumi katakan.

"Masa tidak sengaja kok senyum-senyum gitu?" goda Arumi sembari menyenggol pundak Alaska yang kini akan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Pring!

Suara sendok jatuh ke bawah piring kaca dengan sengaja karena ulah Arumi yang menyenggol pundaknya itu.

Wajah Alaska memerah, ia sudah tidak tahan menanggapi sikap Arumi yang terus-menerus menggodanya. Tangannya dengan cepat menggeser kursi Arumi kasar, sehingga membuat istrinya kaget dan ketakutan berada sangat dekat dengan tubuhnya.

"Mas mau ngapain? Jangan begini, aku takut," cicit Arumi sedikit menundukkan kepalanya, karena takut jika harus melihat wajah menakutkan dari suaminya.

"Hem kamu takut ya istriku? Bukannya ini yang kamu mau hem? Berada dekat dengan suamimu? Kenapa sekarang kamu begitu takut?" tanya Alaska dengan senyum khas di bibirnya.

"Iya, tapi Mas jangan begini juga. Aku takut, kini Mas Alaska sudah berbeda tidak seromantis kemarin," kata Arumi dengan masih menunduk.

"Haha, istri yang pintar kamu! Sekarang sudah tahu kan suamimu ini seperti apa? Jadi, jangan coba main-main denganku!" ucap Alaska dengan sengaja memegang dagu Arumi sangat kuat.

"Aaaww! Mas udah, sakit!" keluh Arumi sembari memegangi tangan Alaska yang masih berada di dagunya.

"Bilang dulu iya, kalau tidak maka aku akan terus membuatmu kesakitan seperti ini!" ancam Alaska semakin menyakiti Arumi.

"Aaaww! Iya Mas, iya Arumi enggak macem-macem lagi," kata Arumi dengan berusaha menghentikan aksi suaminya.

Alaska terseyum puas, lalu melepaskan tangannya dari wajah cantik Arumi. "Bagus, sekarang kamu habiskan makanan itu!" lanjutnya membuat kedua mata Arumi membulat sempurna.

"Mas ini kan untuk Mas? Kok jadi aku yang makan?" tanya Arumi penuh keheranan.

"Jangan membantah! Kamu makan sampai habis dan berikan porsi baru untukku!" pinta Alaska dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Emm ... iya Mas sebentar." Arumi hanya bisa menerima apa yang Alaska minta jika menolak pun percuma.

Tangannya dengan telatan membawa piring baru dan memasukan nasi juga lauk pauk secukupnya. Diam-diam Alaska terus memperhatikan gerakan Arumi, melihatnya seperti itu menjadi hobi barunya.

"Sudah ini Mas. Semuanya baru seperti yang Mas Alaska minta," kata Arumi sembari menggantikan piringnya dengan milik Alaska yang akan dimakannya nanti.

"Ya, sekarang suapi aku!" pinta Alaska kembali membuat Arumi menatapnya sebal.

"Apa lihat-lihat? Cepat suapi aku! Tidak lagi menerima penolakan!" ujar Alaska semakin membuat Arumi bungkam dan menurutinya.

"Huh! Dasar menyebalkan sekali suamiku ini. Disuruh nyuapin enggak mau, giliran dia maunya makan disuapin. Dasar manja!" gumam Arumi di dalam hatinya. Kali ini tidak ia lontarkan secara langsung karena kalau itu terjadi, maka Alaska akan menyakitinya lagi.

"Yang bener dong kalau nyuapin! Tangan sama mukanya dikondisikan," ucap Alaska karena Arumi kurang konsen. Mengarahkan sendok malah ke hidungnya.

"Eh iya Mas maaf. Ni udah bener," ucap Arumi yang sudah berhasil memasukan makanan ke dalam mulut Alaska.

"Masih kurang," kata Alaska sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya.

"Hah, apanya yang kurang Mas? Nasinya? Biar aku tambahkan kembali," ujar Arumi dengan sigap ingin mengambil nasi kembali. Namun, dihentikan oleh tangan kekar Alaska.

"Bukan nasi, tetapi mukamu," ucap Alaska membuat Arumi kebingungan.

"Muka aku kenapa Mas?" tanya Arumi penuh dengan keheranan.

"Lemot banget si kamu? Maksudku wajah kamu kondisikan bukan monyong begitu kayak bebek. Jelek sekali si," ucap Alaska tidak terduga.

Kedua mata Arumi melotot dibuatnya, secara terang-terangan Alaska mengatainya. Sungguh tidak punya sopan santunnya suaminya itu, sama istri sendiri seperti itu.

"Mas ih! Wajah aku enggak kayak bebek ya! Mas yang kayak gorila," ketus Arumi yang sangat sebal dengan perkataan suaminya itu.

"Heh apa kamu bilang? Coba sekali lagi kamu katakan?" ucap Alaska kembali emosi.

"Eh enggak Mas, Mas ganteng kok hehe," sahut Arumi karena takut dimarahi kembali oleh Alaska.

"Bagus, aku emang sangat tampan." Dengan pedenya Alaska mengakui dirinya itu tampan.

"Ganteng-genteng kok galak?" gumam Arumi pelan dan masih bisa didenger oleh Alaska.

"Apa kamu bilang?" Alaska mendekati Arumi yang masih memegang piring.

"Enggak Mas, itu ada kecoa lewat tadi," sangkal Arumi supaya suaminya tidak emosi.

"Jangan bohong kamu!" tegas Alaska yang memang tidak bisa untuk dibohongi.

"Iya Mas Alaska yang ganteng. Sini aku suapin lagi ya?" tawar Arumi dengan wajah yang sangat menggemaskan sehingga membuat Alaska menurut.

"Baiklah. Suapinnya yang bener jangan kayak tadi!" tegas Alaska yang hanya diangguki oleh Arumi.

"Ini, aaaa ...," ucap Arumi memberi instruksi untuk Alaska.

Hap!

Semua isi makanan di dalam sendok itu pun masuk ke dalam mulut Alaska. Dengan lahap Alaska menghabiskan makanan yang ada di dalam piring itu sampai meminta nambah. Arumi dengan sengaja memasukan makanan dari piringnya untuk dimakan oleh Alaska tanpa sepengetahuan darinya, karena sedari tadi Alaska makan hanya dengan menatap wajahnya, sehingga tidak melihat aksinya itu.

Lumayan untuk mengurangi porsi makannya yang sudah Alaska perintahkan.

Malam itu mereka habiskan dengen Arumi yang terus menyuapi Alaska, dilanjutkan Arumi yang hanya makan sendiri karena setelah Alaska kenyang, ia ditinggalkan sendirian di meja makan tanpa mengucapkan terimakasih dan pamitan.

Episodes
1 Chapter 1 : Satu Persyaratan
2 Chapter 2 : Meresmikan
3 Chapter 3 : Kabar Buruk
4 Chapter 4 : Mendadak Menikah
5 Chapter 5 : Ternyata Cantik
6 Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7 Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8 Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9 Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10 Chapter 10 : Membiasakan Diri
11 Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12 Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13 Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14 Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15 Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16 Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17 Chapter 17 : Salah Tingkah
18 Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19 Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20 Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21 Chapter 21 : Tetap Kejam
22 Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23 Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24 Chapter 24 : Menagih Janji
25 Chapter 25 : Cukup Berat
26 Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27 Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28 Chapter 28 : Kembali Sekamar
29 Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30 Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31 Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32 Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33 Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34 Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35 Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36 Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37 Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38 Chapter 38 : Menemui Suami
39 Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40 Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41 Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42 Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43 Chapter 43 : Kemarahan Safa
44 Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45 Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46 Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47 Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48 Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49 Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50 Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51 Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52 Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53 Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54 Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55 Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56 Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57 Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58 Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59 Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60 Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61 Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62 Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63 Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64 Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65 Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66 Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67 Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68 Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69 Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70 Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71 Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72 Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73 Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74 Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75 Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76 Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77 Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78 Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79 Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80 Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81 Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82 Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83 Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84 Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85 Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86 Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87 Chapter 87 : Kembali Bertemu
88 Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89 Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90 Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91 Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92 Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93 Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94 Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95 Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96 Chapter 96 : Kejadian Kocak
97 Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98 Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99 Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100 Chapter 100 : Menjalankan Misi
101 Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102 Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103 Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104 Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105 Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106 Chapter 106 : Mulai Main-Main
107 Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108 Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109 Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110 Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111 Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112 Chapter 112 : I Love You, My Wife
113 Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114 Chapter 114 : Tertangkap Basah
115 Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116 Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117 Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118 Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119 Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120 Chapter 120 : Menambah Masalah
121 Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122 Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123 Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124 Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125 Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126 Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127 Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128 Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129 Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130 Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131 Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132 Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133 Chapter 133 : Berkerja Sama
134 Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135 Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136 Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137 Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138 Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139 Chapter 139 : Turungkap Sudah
140 Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141 Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142 Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143 Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144 Chapter 144 : Menikah Ulang
145 Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146 Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147 Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148 Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149 Chapter 149 : Kabar Bahagia
150 Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151 Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152 Chapter 152 : Semakin Perhatian
153 Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154 Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155 Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156 Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Chapter 1 : Satu Persyaratan
2
Chapter 2 : Meresmikan
3
Chapter 3 : Kabar Buruk
4
Chapter 4 : Mendadak Menikah
5
Chapter 5 : Ternyata Cantik
6
Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7
Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8
Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9
Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10
Chapter 10 : Membiasakan Diri
11
Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12
Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13
Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14
Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15
Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16
Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17
Chapter 17 : Salah Tingkah
18
Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19
Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20
Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21
Chapter 21 : Tetap Kejam
22
Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23
Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24
Chapter 24 : Menagih Janji
25
Chapter 25 : Cukup Berat
26
Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27
Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28
Chapter 28 : Kembali Sekamar
29
Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30
Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31
Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32
Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33
Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34
Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35
Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36
Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37
Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38
Chapter 38 : Menemui Suami
39
Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40
Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41
Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42
Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43
Chapter 43 : Kemarahan Safa
44
Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45
Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46
Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47
Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48
Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49
Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50
Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51
Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52
Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53
Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54
Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55
Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56
Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57
Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58
Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59
Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60
Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61
Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62
Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63
Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64
Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65
Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66
Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67
Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68
Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69
Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70
Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71
Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72
Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73
Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74
Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75
Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76
Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77
Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78
Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79
Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80
Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81
Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82
Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83
Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84
Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85
Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86
Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87
Chapter 87 : Kembali Bertemu
88
Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89
Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90
Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91
Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92
Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93
Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94
Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95
Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96
Chapter 96 : Kejadian Kocak
97
Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98
Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99
Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100
Chapter 100 : Menjalankan Misi
101
Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102
Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103
Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104
Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105
Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106
Chapter 106 : Mulai Main-Main
107
Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108
Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109
Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110
Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111
Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112
Chapter 112 : I Love You, My Wife
113
Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114
Chapter 114 : Tertangkap Basah
115
Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116
Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117
Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118
Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119
Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120
Chapter 120 : Menambah Masalah
121
Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122
Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123
Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124
Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125
Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126
Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127
Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128
Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129
Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130
Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131
Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132
Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133
Chapter 133 : Berkerja Sama
134
Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135
Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136
Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137
Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138
Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139
Chapter 139 : Turungkap Sudah
140
Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141
Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142
Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143
Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144
Chapter 144 : Menikah Ulang
145
Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146
Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147
Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148
Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149
Chapter 149 : Kabar Bahagia
150
Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151
Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152
Chapter 152 : Semakin Perhatian
153
Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154
Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155
Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156
Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!