Chapter 2 : Meresmikan

..."Menyambung ikatan adalah sebuah pembuktian, mengikatnya menunjukan sebuah kepastian, dan menerimanya adalah pembuktian yang sesungguhnya."...

...~~~...

Brakk!

Suara pintu kamar yang sempet ditutup cukup kencang oleh Alaska.

"Lihatlah kelakuannya Ma, Alaska memang tidak akan berubah sebelum kita yang mengubahnya," seru Papa Farhan sembari tersenyum penuh kemenangan.

"Loh kok Papa bilangnya begitu? Sampe senyum begitu. Jangan-jangan Papa kesambet ya? Sudah marah-marah, tapi malah senyum-senyum gitu sekarang," ujar Mama Rina bergidik ngeri.

"Sutt! Mama ni gimana? Papa ini baik-baik saja loh jangan mikir begitu," balas Papa Farhan yang sedikit kaget dengan penuturan istrinya.

"Iya Papa si malah pake senyam senyum begitu. Jadi, kan Mama pikir Papa ni kenapa-napa. Eh tapi Pa, maksud Papa tadi ke Alaska itu apa coba? Kenapa Papa bilang begitu?" tanya Mama Rina antusias, karena sedari tadi hanya diam saja tanpa bisa berkata sepatah kata pun jika suami serta anaknya sudah bertengkar hebat seperti itu.

"Oh yang itu, Papa ingin buat pelajaran sama anak bandel itu," jawab Papa Farhan singkat.

Mama Rina menautkan kedua alisnya, merasa bingung dengan jawaban dari suaminya. "Apa yang Papa maksud? Pelajaran apa Pa? Apa jangan-jangan Papa mau kasar sama Alaska? Jangan macem-macem Pa sama anak Mama! Mau sekeras apapun Alaska, jangan sampai Papa buat luka. Sedikit saja Papa bertindak kasar, Mama akan marah!" ancam Mama Rina. Entah keberanian dari mana ia mengatakan itu pada suaminya.

"Loh Ma, udah berpikiran begitu saja sama Papa. Udah jangan khawatir ya, Papa gak bakalan macem-macem kok sama Alaska, Papa malah mau buat dia senang nanti," balas Papa Farhan dengan merangkul pundak istrinya yang mulai cemberut.

"Benarkah? Papa janji ya buat Alaska senang nanti, terus bisa menerima Mama sebagai Mamanya?" tanya Mama Rina yang kini suasananya tiba-tiba kembali riang.

"Iya insyaallah, Papa gak janji tapi Papa usahain ya nanti Mama lihat aja kedepannya gimana," ujar Papa Farhan menasehati istrinya supaya lebih bersabar lagi.

Seketika Mama Rina kembali menatap wajah suaminya. "Iya Pa, Mama pasti bersabar kok menantikan hari itu tiba, walupun entah kapan terjadinya," ucapnya dengan senyum yang tidak pernah pudar walaupun sering dihina Alaska.

"Nah gitu dong, Papa yakin sebentar lagi Alaska menerima Mama sebagai Mamanya seperti dulu Aluna masih hidup," kata Papa Farhan yang kemudian diangguki Mama Rina.

...****************...

Keesokan harinya, matahari sudah terbit indah menerangi bumi yang sempat gelap. Suara riuh penghuni bumi saling bertautan, terdengar begitu ramai menghiasi pagi yang cukup cerah.

Di balik tirai kamar yang cukup besar, masuk cahaya kecil yang lambat laun menjadi besar. Cahaya terang itu membangunkan sang empu yang tertidur lelap, dan mulai membuka kedua kelopak matanya karena terusik cahaya matahari yang sengaja masuk ke dalam kamar.

Siapa lagi kalau bukan Alaska Dirgantara, pria tampan dengan segudang pesona. Namun sayangnya, ia sangat keras dan kejam sehingga orang engan mengusiknya.

Lain halnya dengan Mama Rina yang sudah biasa membangunkan putranya itu dengan cara membuka garden kaca besar di depan kamar Alaska supaya anak itu terbangun.

"Apaan si? Masih pagi susah ganggu saja!" keluh Alaska menatap sinis Mama Rina, terlihat sedang berdiri di depan pintu jendela kamarnya yang besar.

"Putra Mama sudah bangun? Bersihkan dirimu sana! Nanti cepat ke bawah, Mama siapkan sarapan untukmu dulu ya," ucap Mama Rina sangat lembut dan penuh perhatian.

"Perlu anda ingat ya! Jangan bersikap perhatian kepadaku, karena kau bukan Mamaku!" kata Alaska dengan penuh penekanan.

Mama Rina hanya diam dan tidak menanggapi kata putranya itu, ia malah melenggang pergi keluar dari kamar Alaska. Begitulah setiap harinya dia lakukan walaupun Alaska tetep engan menerimanya bahkan sampai bertahun-tahun.

***

Lima belas menit kemudian, Alaska mulai menuruni anak tangga dan menghampiri orang tuanya, terlihat Papa Farhan menatap Alaska dengan tersenyum lebar.

Keduanya hanya diam dan beradu pandang, tidak lama dari itu hanya hening yang terjadi di meja makan mewah dan cukup besar itu, sesekali terdengar suara dentuman sendok dan piring yang saling beradu. Alaska hanya menyantap makanan dengan wajah datar dan enggan berkata sepatah kata pun.

Setiap hari seperti itu, Ayah Farhan dan Mama Rina sudah terbiasa dengan sikap Alaska dan tidak mempermasalahkannya. Ke mana putra yang dibawa Mama Rina? Ya dia pergi kuliah ke Kairo Mesir, sudah delapan tahun Ibrahim menetap di sana, sesekali pulang pada saat lebaran dua aid.

"Alaska ayo ikut Papa! Sekarang kita pergi ke rumah teman Papa yang berada di Bandung," ucap Papa Farhan sudah siap dengan pakaian rapih serta berpamitan kepada istrinya.

"Hah, sekarang Pa? Ini masih pagi, apa tidak menunggu siang saja?" Alaska nampaknya mencari-cari alasan untuk mengulur waktu.

"Tidak ada bantahan lagi! Papa tidak mau tahu pokoknya sekarang kamu ikut Papa!" tegas Papa Farhan sekali lagi supaya anaknya tidak lagi membuat alasan.

"Baik, Alaska ikut Papa sekarang," jawabannya lesu tidak ada semangat sama sakali.

Seketika senyum lebar terpampang di wajah Papa Farhan. Di dalam perjalanan, Alaska hanya diam, sedengkan Papa Farhan sekali melirik putranya.

Tidak butuh waktu lama dua jam kemudian, Alaska dan Papa Farhan sampai di kediaman Abi Harun sekaligus pemilik pondok pesantren Darussalam.

"Tempat apaan ini Pa? Ramai orang memakai pakaian aneh, ini rumah apa kontrakan?" tanya Alaska cukup heran, karena ia melihat para santri saling berlewatan di halaman pondok pesantren Darussalam, dengan memakai baju koko, sarung serta peci yang dikenakan di kepalanya. Sungguh menurutnya itu sangat aneh.

Papa Farhan hanya menggelengkan kepala dengan sikap putranya yang cukup minim agama. Semenjak Mama Aluna meninggal, Alaska mamang sulit untuk diajarkan mengaji berbicara saja sangat ngirit. Mama Rina sudah berusaha mengajarkan agama kenapa Alaska seperti halnya Ibrahim. Namun, Alaska sejak dulu menantang itu dan engan berdekatan dengan Mama Rina.

"Cek kamu ni! Sudahlah jangan banyak bicara! Kita temui dulu Harun nanti kamu akan tau tempat apa ini, padahal sudah jelas plang tadi menunjukan ini tempat apa," ucap Papa Farhan melemas.

Alaska hanya diam, ia memang tau ini pondok tapi tidak menyangka di dalamnya banyak orang layaknya pasar atau kontrakan yang memakai pakaian serba aneh.

Setelah sampai di depan pintu rumah Abi Harun, keduanya disambut ramah oleh keluarga. Terutama Ummi Salamah yang merupakan istri dari Abi Harun, nampaknya terlihat sangat ramah pula kepada Papa Farhan karena ia tahu bahwa Papa Farhan adalah teman dekat suaminya, sehingga sering datang kemari.

Di dalam ruangan cukup besar itu, tiba-tiba suasananya menjadi tegang karena mereka mulai membahas perjodohan dan pernikahan yang sudah direncanakan delapan belas tahun yang lalu oleh Papa Farhan dan Abi Harun serta Mama Aluna sewaktu masih hidup.

"Harun pasti kamu sudah tahu maksud kedatangan kami ke sini? Aku akan meremikan perjodohan anak kita yang sudah direncanakan delapan belas tahun kebelakang," ucap Papa Farhan langsung ke intinya.

Kedua mata Alaska terbelalak lebar mendengar penuturan dari Papa Farhan. Sungguh ia sangatlah kaget bahwa selama itu, Alaska sudah terikat perjodohan dengan wanita yang sema sekali belum ia lihat bahkan sampai detik ini.

"Iya tentu saja saya masih inget Farhan. Apalagi yang kita tunggu, putri saya juga sudah cukup umur untuk berumah tangga," jawab Abi Harun sembari tersenyum.

Episodes
1 Chapter 1 : Satu Persyaratan
2 Chapter 2 : Meresmikan
3 Chapter 3 : Kabar Buruk
4 Chapter 4 : Mendadak Menikah
5 Chapter 5 : Ternyata Cantik
6 Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7 Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8 Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9 Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10 Chapter 10 : Membiasakan Diri
11 Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12 Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13 Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14 Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15 Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16 Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17 Chapter 17 : Salah Tingkah
18 Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19 Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20 Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21 Chapter 21 : Tetap Kejam
22 Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23 Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24 Chapter 24 : Menagih Janji
25 Chapter 25 : Cukup Berat
26 Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27 Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28 Chapter 28 : Kembali Sekamar
29 Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30 Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31 Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32 Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33 Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34 Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35 Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36 Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37 Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38 Chapter 38 : Menemui Suami
39 Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40 Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41 Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42 Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43 Chapter 43 : Kemarahan Safa
44 Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45 Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46 Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47 Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48 Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49 Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50 Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51 Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52 Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53 Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54 Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55 Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56 Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57 Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58 Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59 Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60 Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61 Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62 Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63 Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64 Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65 Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66 Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67 Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68 Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69 Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70 Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71 Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72 Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73 Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74 Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75 Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76 Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77 Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78 Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79 Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80 Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81 Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82 Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83 Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84 Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85 Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86 Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87 Chapter 87 : Kembali Bertemu
88 Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89 Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90 Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91 Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92 Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93 Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94 Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95 Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96 Chapter 96 : Kejadian Kocak
97 Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98 Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99 Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100 Chapter 100 : Menjalankan Misi
101 Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102 Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103 Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104 Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105 Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106 Chapter 106 : Mulai Main-Main
107 Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108 Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109 Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110 Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111 Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112 Chapter 112 : I Love You, My Wife
113 Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114 Chapter 114 : Tertangkap Basah
115 Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116 Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117 Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118 Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119 Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120 Chapter 120 : Menambah Masalah
121 Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122 Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123 Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124 Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125 Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126 Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127 Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128 Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129 Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130 Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131 Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132 Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133 Chapter 133 : Berkerja Sama
134 Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135 Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136 Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137 Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138 Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139 Chapter 139 : Turungkap Sudah
140 Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141 Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142 Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143 Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144 Chapter 144 : Menikah Ulang
145 Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146 Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147 Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148 Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149 Chapter 149 : Kabar Bahagia
150 Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151 Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152 Chapter 152 : Semakin Perhatian
153 Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154 Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155 Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156 Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Chapter 1 : Satu Persyaratan
2
Chapter 2 : Meresmikan
3
Chapter 3 : Kabar Buruk
4
Chapter 4 : Mendadak Menikah
5
Chapter 5 : Ternyata Cantik
6
Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7
Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8
Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9
Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10
Chapter 10 : Membiasakan Diri
11
Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12
Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13
Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14
Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15
Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16
Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17
Chapter 17 : Salah Tingkah
18
Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19
Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20
Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21
Chapter 21 : Tetap Kejam
22
Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23
Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24
Chapter 24 : Menagih Janji
25
Chapter 25 : Cukup Berat
26
Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27
Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28
Chapter 28 : Kembali Sekamar
29
Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30
Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31
Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32
Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33
Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34
Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35
Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36
Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37
Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38
Chapter 38 : Menemui Suami
39
Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40
Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41
Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42
Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43
Chapter 43 : Kemarahan Safa
44
Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45
Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46
Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47
Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48
Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49
Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50
Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51
Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52
Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53
Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54
Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55
Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56
Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57
Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58
Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59
Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60
Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61
Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62
Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63
Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64
Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65
Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66
Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67
Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68
Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69
Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70
Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71
Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72
Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73
Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74
Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75
Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76
Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77
Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78
Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79
Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80
Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81
Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82
Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83
Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84
Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85
Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86
Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87
Chapter 87 : Kembali Bertemu
88
Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89
Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90
Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91
Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92
Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93
Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94
Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95
Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96
Chapter 96 : Kejadian Kocak
97
Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98
Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99
Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100
Chapter 100 : Menjalankan Misi
101
Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102
Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103
Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104
Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105
Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106
Chapter 106 : Mulai Main-Main
107
Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108
Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109
Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110
Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111
Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112
Chapter 112 : I Love You, My Wife
113
Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114
Chapter 114 : Tertangkap Basah
115
Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116
Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117
Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118
Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119
Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120
Chapter 120 : Menambah Masalah
121
Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122
Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123
Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124
Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125
Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126
Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127
Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128
Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129
Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130
Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131
Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132
Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133
Chapter 133 : Berkerja Sama
134
Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135
Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136
Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137
Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138
Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139
Chapter 139 : Turungkap Sudah
140
Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141
Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142
Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143
Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144
Chapter 144 : Menikah Ulang
145
Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146
Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147
Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148
Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149
Chapter 149 : Kabar Bahagia
150
Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151
Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152
Chapter 152 : Semakin Perhatian
153
Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154
Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155
Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156
Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!