Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah

..."Jangan datang jika tidak ingin singgah. Jangan mengaku mencintai jika masih saja menyakiti. Jika memang tulusmu itu nyata, maka buktikan lah. Bukan sekedar topeng berselimut luka."...

...~~~...

Satu Minggu Kemudian.

Hari-hari mulai berlalu, tidak terasa sudah satu minggu Arumi berada di rumah keluarga Dirgantara. Setiap hari, ia tidak pernah kurang perhatian mau itu dari suaminya ataupun mertuanya. Semua orang memperlakukan Arumi dengan sangat baik, bahkan sampai ia pulih dan luka-luka di tubuhnya pun sudah hampir sembuh sepenuhnya.

Tidak lupa setiap hari Alaska menjaga istrinya, diperlakukan bagaikan seorang ratu. Bahkan untuk beres-beres saja tidak diperbolehkan olehnya, sehingga Arumi hanya diam saja di kamar terkadang kumpul di ruang tamu bersama Mama Rina. Sungguh bosan setiap hari tanpa melakukan apa pun, akhirnya kini Arumi telah sehat kembali. Ia mulai membatu Mama Rina di dapur walupun sebelumnya dilarang Alaskan. Namun, karena sedikit memaksa akhirnya mendapatkan izin. darinya.

"Mama mau masak apa sekarang?" tanya Arumi yang kini berada di belakang Mama Rina.

Mama Rina yang sedang memotong sayuran sepontan mendingan ke arah suara. "Arumi, kenapa kamu ke sini? Alaska ini gimana, masa istrinya dibiarkan pergi ke dapur?" ucapnya sedikit kaget.

"Hehe iya Ma. Mas Alaska enggak salah kok Ma, ini kemauan Arumi jadi Mas Alaska mengijinkannya tadi walupun sedikit dipaksa, soalnya Arumi bosan di kamar saja. Sudah lama Arumi kangen memasak di dapur," balas Arumi dengan wajah yang berseri.

"Oh begitu jadi ini kamu yang mau ya? Tapi kamu belum sembuh. Balik lagi saja ke kamar nanti Mama bawakan masakan yang kamu mau, Mama enggak mau menantu Mama sakit lagi," ucapan lembut berharap Arumi mengerti.

"Enggak Ma, Arumi mau di sini! Jangan khawatir, Arumi baik-baik saja kok, ini sudah sembuh udah enakan juga," ucap Arumi menyakinkan.

"Ya sudah kalau itu mau kamu, Mama bolehin asal jangan kecapan ya?" tutur Mama Rina yang akhirnya lulus membolehkan menantunya membantu di dapur.

"Siap Ma. Apa ni yang bisa Arumi bantu? Tapi Mama belum jawab mau masak apa," ucap Arumi yang kini matanya melihat bahan-bahan yang berada di atas meja.

"Oh iya, ini Mama mau buat opor ayam kesukaan Alaska sama sayur capcay. Kamu mau apa? Nanti Mama biarin," ujarnya yang masih memotong sayuran.

"Arumi ngikut saja Ma. Tadi kata Mama Mas Alaska suka opor ayam ya?" tanya Arumi memastikan kembali ucapan Mama Rina.

"Iya Alaska sangat suka sama opor ayam, makanya Mama mau buatin ini sekalian sama Papa Farhan karena sama-sama suka opor ayam. Arumi, kamu serius enggak ingin dibuatkan makanan lain lagi gitu? Ni biar Mama sekalian masakin," ucap Mama Rina yang kini beralih menatap menantunya.

"Emm ... enggak Ma. Arumi mau buatin opor ayam dulu buat Mas Alaska," ucap Arumi yang kini memotong daging ayam dan mencucinya.

"Eh biar Mama saja, nanti kamu kecapean kalau masak itu," ujar Mana Rina yang hendak menghentikan aktifitas Arumi.

"Tidak apa Ma, biar kali ini Arumi yang masakin buat Mas Alaska. Arumi selama ini tidak melayaninya dengan baik. Ini kesempatan Arumi mulai berusaha untuk menjadi istri yang baik," ucap Arumi yang masih meneruskan aktifitasnya.

"Tapi bener kan kamu tidak apa-apa? Nanti Alaska marah sama Mama loh kalau enggak jagain kamu dengan baik," ujar Mana Rina yang masih takut menantunya kenapa-kenapa jika terlalu capek.

"Sudah Ma, Arumi bisa kok. Naha tenang saja. Kita mulai masaknya, sebentar lagi pasti Papa sama Mas Alaska turun untuk sarapan," tutur Arumi yang telatan membuat masakan kesukaan suaminya.

"Iya deh kalau kamu memaksa. Mana bisa apa?" balas Mama Rina dengan gelak tanya yang membuat keduanya tertawa riang. Begitupun pada pelayan lainnya yang hanya senyum-senyum.

Lima belas menit kemudian, kini Arumi juga Mama Rina sudah menyelesaikan masakan yang dibuatnya tadi di dapur. Dilihat tangan lentik Arumi menyiapkan makanan dan di simpan di meja makan yang cukup besar itu.

Masalahnya begitu wangi, sehingga membuat Alaska yang sudah lapar terburu-buru menuruni anak tangga dan duduk di kursi makan yang di depannya ada Arumi sedeng menyiapkan lauk pauk yang dibuatnya tadi, sehingga seisi meja makan penuh dengan makanan yang masih panas.

"Wah masakannya banyak ni," ucap Alaska yang kini menatap meja makan penuh makanan.

Arumi yang melihat Alaska langsung saja terseyum. "Mas mau makan sekarang? Sini biar Arumi siapkan," ucapnya seakan mengerti apa yang suaminya mau.

"Iya sayang, aku sangat lapar sekali. Tolong siapakan istriku yang cantik," ucap Alaska lembut membuat wajah Arumi merah merona dikala Alaska memujinya.

"Iya Mas. Mas mau diambilkan apa saja?" tanya Arumi yang kini berada di samping Alaska dengan detak jantung yang sudah tidak karuan.

"Apa saja yang kamu ambil, Mas pasti suka apalagi orangnya," jawab Alaska dengan menyediakan sebelah matanya.

Blus!

Kini wajah Arumi semakin panas dibuatnya, apalagi pipinya sudah seperti kepiting rebus. Setiap hari, Alaska pasti menggombalinya membuat Arumi tersipu malu, ditambah perhatiannya yang membuat Arumi menjadi semakin yakin kalau Alaska memang suami yang baik.

"Sudah Mas. Cepat makan! Arumi mau panggil Papa dulu," ucap Arumi yang hendak pergi karena tidak ingin lagi dibuat tersipu malu oleh suaminya yang super gombal.

"Eessttt! Mau ke mana? Sudah di sini temani Mas makan! Kalau perlu sekalian suapi Mas," ucap Alaska tersenyum nakal dengan menarik tubuh Arumi, sehingga Arumi duduk dipangkuan suaminya.

"Eh Mas, jangan seperti ini! Arumi malu, nanti ada yang lihat kita," cicit Arumi semakin tidak nyaman jika harus berdekatan dengan Alaska seperti itu.

"Sutt! Diam sayang! Tidak ada yang berani mengganggu kita, apalagi melarang suamimu yang tampan ini berdekatan dengan istrinya," tutur Alaska yang semakin mendekap erat tubuh Arumi.

"Mas udah! Arumi mau panggil Papa," sangkal Arumi yang berusaha lepas dari tubuh Alaska.

Cukup lama, akhirnya Alaska melepaskan Arumi untuk pergi meninggalkannya.

"Huh, akhirnya lepas juga," gumam Arumi sembari memegang dadanya yang masih berdegup kencang.

"Sayang jangan lupa kembali lagi! Mas ada kejutan untuk kamu nanti," teriak Alaska yang membuat Arumi mengerutkan kedua alisnya. Namun, ia tidak mempermasalahkan itu dan hanya mengangguk mengiyakan apa yang Alaska katakan.

Tidak lama dari itu, kini semua anggota keluarga sudah berada di meja makan dan sedang menyantap makanan yang dibuat Mama Rina juga Arumi.

"Bisa juga wanita itu masak seenak ini, tapi ada yang berbeda dari rasanya. Entah kenapa aku sangat menyukainya," batin Alaska berucap sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Sangat enak kan Alaska masakan Arumi?" tanya Mama Rina dengan tersenyum melihat Alaska yang lahap memakan opor ayam buatan istrinya.

"Hem, iya Ma. Sangat enak, istriku ini selain cantik ternyata pinter masak juga," tutur Alaska di sela memasukan makanan ke dalam mulutnya. Namun, jauh di lubuk hatinya menyimpan rasa muak harus bersikap baik terus seperti ini di depan keluarga hanya supaya Papa Farhan percaya.

Arumi hanya tersenyum mendapatkan pujian dari suaminya yang semakin hari membuatnya bahagia. Ia juga mulai merasakan rasa yang berada kepada Alaska, entah itu apa Arumi juga belum tahu pasti.

"Pa, nanti Alaska mau bawa Arumi ke rumah barunya. Alaska sudah menyiapkan barang bawaannya tinggal berangkat," ucap Alaska tiba-tiba setelah beres menyantap sarapan paginya.

Episodes
1 Chapter 1 : Satu Persyaratan
2 Chapter 2 : Meresmikan
3 Chapter 3 : Kabar Buruk
4 Chapter 4 : Mendadak Menikah
5 Chapter 5 : Ternyata Cantik
6 Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7 Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8 Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9 Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10 Chapter 10 : Membiasakan Diri
11 Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12 Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13 Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14 Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15 Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16 Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17 Chapter 17 : Salah Tingkah
18 Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19 Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20 Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21 Chapter 21 : Tetap Kejam
22 Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23 Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24 Chapter 24 : Menagih Janji
25 Chapter 25 : Cukup Berat
26 Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27 Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28 Chapter 28 : Kembali Sekamar
29 Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30 Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31 Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32 Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33 Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34 Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35 Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36 Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37 Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38 Chapter 38 : Menemui Suami
39 Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40 Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41 Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42 Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43 Chapter 43 : Kemarahan Safa
44 Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45 Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46 Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47 Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48 Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49 Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50 Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51 Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52 Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53 Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54 Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55 Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56 Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57 Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58 Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59 Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60 Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61 Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62 Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63 Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64 Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65 Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66 Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67 Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68 Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69 Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70 Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71 Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72 Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73 Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74 Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75 Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76 Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77 Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78 Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79 Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80 Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81 Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82 Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83 Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84 Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85 Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86 Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87 Chapter 87 : Kembali Bertemu
88 Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89 Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90 Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91 Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92 Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93 Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94 Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95 Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96 Chapter 96 : Kejadian Kocak
97 Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98 Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99 Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100 Chapter 100 : Menjalankan Misi
101 Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102 Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103 Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104 Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105 Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106 Chapter 106 : Mulai Main-Main
107 Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108 Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109 Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110 Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111 Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112 Chapter 112 : I Love You, My Wife
113 Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114 Chapter 114 : Tertangkap Basah
115 Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116 Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117 Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118 Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119 Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120 Chapter 120 : Menambah Masalah
121 Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122 Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123 Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124 Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125 Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126 Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127 Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128 Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129 Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130 Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131 Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132 Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133 Chapter 133 : Berkerja Sama
134 Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135 Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136 Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137 Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138 Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139 Chapter 139 : Turungkap Sudah
140 Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141 Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142 Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143 Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144 Chapter 144 : Menikah Ulang
145 Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146 Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147 Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148 Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149 Chapter 149 : Kabar Bahagia
150 Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151 Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152 Chapter 152 : Semakin Perhatian
153 Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154 Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155 Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156 Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Chapter 1 : Satu Persyaratan
2
Chapter 2 : Meresmikan
3
Chapter 3 : Kabar Buruk
4
Chapter 4 : Mendadak Menikah
5
Chapter 5 : Ternyata Cantik
6
Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7
Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8
Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9
Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10
Chapter 10 : Membiasakan Diri
11
Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12
Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13
Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14
Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15
Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16
Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17
Chapter 17 : Salah Tingkah
18
Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19
Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20
Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21
Chapter 21 : Tetap Kejam
22
Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23
Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24
Chapter 24 : Menagih Janji
25
Chapter 25 : Cukup Berat
26
Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27
Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28
Chapter 28 : Kembali Sekamar
29
Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30
Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31
Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32
Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33
Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34
Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35
Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36
Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37
Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38
Chapter 38 : Menemui Suami
39
Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40
Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41
Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42
Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43
Chapter 43 : Kemarahan Safa
44
Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45
Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46
Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47
Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48
Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49
Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50
Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51
Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52
Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53
Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54
Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55
Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56
Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57
Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58
Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59
Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60
Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61
Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62
Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63
Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64
Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65
Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66
Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67
Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68
Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69
Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70
Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71
Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72
Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73
Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74
Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75
Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76
Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77
Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78
Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79
Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80
Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81
Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82
Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83
Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84
Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85
Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86
Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87
Chapter 87 : Kembali Bertemu
88
Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89
Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90
Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91
Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92
Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93
Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94
Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95
Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96
Chapter 96 : Kejadian Kocak
97
Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98
Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99
Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100
Chapter 100 : Menjalankan Misi
101
Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102
Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103
Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104
Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105
Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106
Chapter 106 : Mulai Main-Main
107
Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108
Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109
Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110
Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111
Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112
Chapter 112 : I Love You, My Wife
113
Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114
Chapter 114 : Tertangkap Basah
115
Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116
Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117
Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118
Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119
Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120
Chapter 120 : Menambah Masalah
121
Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122
Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123
Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124
Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125
Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126
Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127
Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128
Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129
Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130
Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131
Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132
Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133
Chapter 133 : Berkerja Sama
134
Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135
Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136
Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137
Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138
Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139
Chapter 139 : Turungkap Sudah
140
Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141
Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142
Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143
Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144
Chapter 144 : Menikah Ulang
145
Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146
Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147
Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148
Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149
Chapter 149 : Kabar Bahagia
150
Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151
Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152
Chapter 152 : Semakin Perhatian
153
Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154
Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155
Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156
Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!