Chapter 5 : Ternyata Cantik

..."Sesempurna apa rencanamu, jika takdir tidak menghendakinya maka tidak akan pernah terjadi. Begitupula, sejauh apa kamu menghindar jika takdir berkehendak iya maka akan terjadi, meskipun kau tidak menginginkannya."...

...~~~...

Dilihatnya wajah wanita yang terbaring lemas di atas tempat tidur, tersediakan khusus untuk pasian. Parasnya begitu cantik walaupun pucat. Kulit mulus putih bersih itu masih terpejam, wajahnya memang cantik dengen bulu mata lentik, wajah oval dan pipi sedikit cabi, hidung imut menambah kesan manis ditambah wajahnya yang baby face. Sungguh siapa saja yang melihatnya akan kagum.

Alaska menatap dalam wajah cantik istrinya itu, sejenak ia tertegun ternyata tidak seburuk itu istrinya bahkan sangat cantik. Namun, kecantikannya itu tidak mengurunkan niatnya untuk memberi pelajaran kepada Arumi setelah wanita itu bangun dari komanya.

"Hem, ternyata tidak seburuk yang aku kira. Memang wajahnya cantik, tapi maaf nona. Seorang Alaska tidak akan pernah tertarik kepada gadis sepertimu!" gumam Alaska di dalam hatinya sembari tersenyum menatap wajah sang istri.

"Alaska kok diam saja di situ? Cuma mau ditatap aja mukanya? Tenang aja kamu bebas mau cium Arumi juga, toh dia istrimu sekarang," ucap Papa Farhan yang berhasil mengalihkan pandangan Alaska dengen sorot mata yang ingin menerkam saja rasanya, tapi ia masih waras karena bagaimanapun juga Papa Farhan adalah orang tuanya.

"Pa sudahlah jangan seperti itu terus, Alaska tidak suka ya digoda begitu!" tegas Alaska berusaha bersikap tenang.

"Apa yang Papamu bilang itu bener adanya Alaska, mau kamu apapun juga tidak akan ada yang larang asal tahu tempat. Dan emang sebaiknya kamu mencium kening istrimu, lalu bacalah doa. Walupun Arumi masih terpejam, tetep saja kamu sudah menjadi suaminya secara hukum agama dan negara," timpal Abi Harun semakin membuat Alaska kalang kabut.

Jangankan untuk membaca doa, doa mau makan saja Alaska lupa lagi apalagi doa yang mertuanya maksud. Bahkan ia tidak tahu sekali, sungguh miris dirinya yang jauh dari agama.

"Jadi, Alaska harus menciumnya sekarang? Apa tidaklah sopan di depan semua orang begini, Abi? tanyanya dengan berusaha mencari jalan keluar.

"Tidak apa untuk saat ini karena kami juga tidak akan melarangnya," jawab Abi Harun diiringi dengan seulas senyum.

"Baik kalau begitu, aku coba cium dulu. Eh tapi Abi, Alaska tidak tahu doanya bagaimana?" terang Alaska dan tidak menutupi bahwa emang dia tidak mengetahui doanya.

Abi Harun tersenyum mengerti keadaan menantunya, lalu mendekati Alaska. "Tidak apa, Abi akan bantu kamu. Nanti kamu ikuti saja kata Abi ya?" ucapnya

penuh pengertian.

Alaska mengangguk dengan Abi Harun yang akan memulai membaca doanya, lalu diikuti oleh Alaska yang sedang bersiap.

"Sebelum itu, kamu pegang ubun-ubun istrimu dengan tangan kanan," pinta Abi Harun sebelum ia memulai membacakan doanya.

"Baik Abi," sahut Alaska langsung memegang ubun-ubun Arumi. Tangannya cukup gemetar entah kenapa, mungkin karena ia sangat dingin kenapa wanita dan kali ini bersikap lembut.

"Sekarang coba ikuti kata Abi," ucap Abi Harun yang langsung diangguki Alaska. Segera saja Abi Harun membacakan doanya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

"Ya Allah, berkahilah aku dalam permasalahan keluargaku. Berkahilah keluargaku dalam permasalahanku. Berilah mereka rizki dariku, dan berilah aku rizki dari mereka."

Selesai membaca doanya walupun terbata, Alaska tetep bisa mengucapkan kata demi kata yang dibingbing oleh mertuanya dan tidak terlalu kaku. Selepas itu, Alaska dimintai mencium Arumi.

Dengan telaten, ia mendekati wajah istrinya. Semakin dekat detak jantungnya berdebar tidak karuan apalagi wajah Arumi sangat amat cantik jika dilihat dari dekat seperti itu. Perlahan bibirnya hendak menyentuh bibir mungil sang istri, setelah dibuka sebentar alat medis yang menutupi permukaan wajahnya. Tindakan itu membuat semua orang yang ada di ruang rawat Arumi memalingkan wajahnya ke sembarang arah karena tindakan Alaska yang tidak terduga.

Melihat itu Papa Farhan langsung berucap, "Alaska kamu ini apa-apaan? Bukan itu yang dicium, tapi keningnya."

Sontak saja Alaska terbangun dan sepontan menatap Papa Farhan dengan kaget, dan ada rasa malu yang menyelinap di relung hatinya melihat semua orang termasuk mertuanya memalingkan wajah. Sadar dengar tindakannya itu, Alaska hendak menutupi kembali alat medis itu yang mengkin sangat berpengaruh jika dibuka, dan benar saja gadis itu kelihatan susah bernafas walupun dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Maaf semuanya, aku tidak tahu." Alaska merasa menyesal melakukan hal itu walupun belum terjadi.

"Tidak apa Alaska, Abi mengerti." Jawaban dari Abi Harun membuat Alaska tenang.

Kemudian, Alaska kembali menatap wajah Arumi. Dengan ragu dan masih malu, ia mendaratkan kecupan di kening Arumi yang telah resmi menjadi istrinya. Entah kenapa, Alaska merasa ketenangan setelah menatap wajah gadis itu.

Sejenak ia terdiam menatapnya dalam. Dirasa sudah puas menatap wajah sang istri, Alaska pun kembali mendekati Papa Farhan.

"Kamu ini sudah tidak sabaran saja Alaska," ujar Papa Farah dan diiringi gelak tawa. Termasuk Pak penghulu serta kedua orang tua Arumi yang senyum-senyum mendengar penuturan Papa Farhan.

"Diam Pa! Jangan mengatakan seperti itu, Alaska muak mendengarnya!" bisik Alaska pelan dekat telinga Papa Farhan yang tinggi tubuhnya tidak jauh berbeda.

Papa Farhan nampaknya tidak perduli dan acuh dengan perkataan Alaska, sungguh itu membuat Alaska ingin memukulinya saja jika bukan papanya. Sangat malu, itu yang dirasakan Alaska kini walupun pernikahannya dengan Arumi hanyalah partamoganda untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, dan diklaim hak miliknya.

Setelah keadaan mulai kembali santai, Alaska dan Papa Farhan pamit untuk pulang ke rumah. Alaska yang kini sudah menjadi seorang suami, ia meminta izin pula kepada kedua orang tua Arumi untuk pulang, karena tidak mungkin juga ia membawa istrinya dalam kondisi seperti itu.

"Abi, Alaska pulang dulu ya? Titip Arumi, nanti setiap hari Alaska ke sini untuk menjenguknya sampai kondisinya membaik dan setelah bangun dari koma, nanti Alaska bawa ke rumah. Atau nanti Alaska bawa orang suruhan untuk menjaga Arumi jika Alaska banyak kerjaan dan tidak sempat kemari," ucap Alaska sopan. Itu sungguh di luar dugaan semua orang bahkan Papa Farhan yang baru kali ini melihat sikap lembut putranya, walaupun kemungkinan itu hanya sandiwara di depan temannya.

"Iya tidak apa Nak Alaska, kami ada di sini menjaganya juga bergantian. Kamu harus inget sekarang kamu suaminya jangan lupakan dia, walaupun Arumi masih belum sadar dan belum tau apa yang terjadi," tutur Abi Harun menasehati.

"Itu pasti Abi jangan khawatir. Alaska pamit dulu bersama Papa, Assalamu'alaikum." Lantas ia mencium punggung tangan Abi Harun serta Ummi Salamah secara bergantian. Alaska tahu kalau itu adalah tanda penghormatan kepada yang lebih tua, karena dulu almarhumah Mama Aluna pernah mengajarkan itu kepada Alaska.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan Farhan, dan salam kepada istrimu yang tidak bisa hadir itu," kata Abi Harun yang kini memeluk teman lamanya.

"Baik Harun, itu pasti. Jaga menantu saya, sebentar lagi putrimu akan menemani istriku di rumah nanti," balas Papa Farhan tersenyum yang kemudian meraka berdua melenggang pergi dari ruang rawat Arumi.

Episodes
1 Chapter 1 : Satu Persyaratan
2 Chapter 2 : Meresmikan
3 Chapter 3 : Kabar Buruk
4 Chapter 4 : Mendadak Menikah
5 Chapter 5 : Ternyata Cantik
6 Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7 Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8 Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9 Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10 Chapter 10 : Membiasakan Diri
11 Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12 Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13 Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14 Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15 Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16 Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17 Chapter 17 : Salah Tingkah
18 Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19 Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20 Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21 Chapter 21 : Tetap Kejam
22 Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23 Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24 Chapter 24 : Menagih Janji
25 Chapter 25 : Cukup Berat
26 Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27 Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28 Chapter 28 : Kembali Sekamar
29 Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30 Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31 Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32 Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33 Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34 Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35 Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36 Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37 Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38 Chapter 38 : Menemui Suami
39 Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40 Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41 Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42 Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43 Chapter 43 : Kemarahan Safa
44 Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45 Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46 Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47 Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48 Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49 Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50 Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51 Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52 Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53 Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54 Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55 Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56 Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57 Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58 Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59 Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60 Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61 Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62 Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63 Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64 Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65 Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66 Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67 Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68 Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69 Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70 Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71 Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72 Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73 Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74 Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75 Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76 Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77 Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78 Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79 Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80 Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81 Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82 Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83 Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84 Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85 Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86 Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87 Chapter 87 : Kembali Bertemu
88 Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89 Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90 Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91 Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92 Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93 Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94 Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95 Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96 Chapter 96 : Kejadian Kocak
97 Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98 Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99 Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100 Chapter 100 : Menjalankan Misi
101 Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102 Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103 Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104 Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105 Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106 Chapter 106 : Mulai Main-Main
107 Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108 Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109 Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110 Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111 Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112 Chapter 112 : I Love You, My Wife
113 Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114 Chapter 114 : Tertangkap Basah
115 Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116 Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117 Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118 Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119 Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120 Chapter 120 : Menambah Masalah
121 Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122 Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123 Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124 Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125 Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126 Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127 Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128 Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129 Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130 Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131 Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132 Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133 Chapter 133 : Berkerja Sama
134 Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135 Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136 Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137 Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138 Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139 Chapter 139 : Turungkap Sudah
140 Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141 Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142 Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143 Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144 Chapter 144 : Menikah Ulang
145 Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146 Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147 Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148 Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149 Chapter 149 : Kabar Bahagia
150 Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151 Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152 Chapter 152 : Semakin Perhatian
153 Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154 Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155 Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156 Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Chapter 1 : Satu Persyaratan
2
Chapter 2 : Meresmikan
3
Chapter 3 : Kabar Buruk
4
Chapter 4 : Mendadak Menikah
5
Chapter 5 : Ternyata Cantik
6
Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7
Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8
Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9
Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10
Chapter 10 : Membiasakan Diri
11
Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12
Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13
Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14
Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15
Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16
Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17
Chapter 17 : Salah Tingkah
18
Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19
Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20
Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21
Chapter 21 : Tetap Kejam
22
Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23
Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24
Chapter 24 : Menagih Janji
25
Chapter 25 : Cukup Berat
26
Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27
Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28
Chapter 28 : Kembali Sekamar
29
Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30
Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31
Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32
Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33
Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34
Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35
Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36
Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37
Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38
Chapter 38 : Menemui Suami
39
Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40
Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41
Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42
Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43
Chapter 43 : Kemarahan Safa
44
Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45
Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46
Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47
Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48
Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49
Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50
Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51
Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52
Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53
Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54
Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55
Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56
Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57
Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58
Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59
Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60
Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61
Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62
Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63
Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64
Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65
Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66
Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67
Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68
Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69
Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70
Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71
Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72
Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73
Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74
Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75
Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76
Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77
Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78
Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79
Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80
Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81
Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82
Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83
Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84
Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85
Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86
Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87
Chapter 87 : Kembali Bertemu
88
Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89
Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90
Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91
Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92
Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93
Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94
Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95
Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96
Chapter 96 : Kejadian Kocak
97
Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98
Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99
Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100
Chapter 100 : Menjalankan Misi
101
Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102
Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103
Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104
Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105
Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106
Chapter 106 : Mulai Main-Main
107
Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108
Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109
Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110
Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111
Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112
Chapter 112 : I Love You, My Wife
113
Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114
Chapter 114 : Tertangkap Basah
115
Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116
Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117
Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118
Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119
Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120
Chapter 120 : Menambah Masalah
121
Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122
Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123
Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124
Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125
Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126
Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127
Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128
Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129
Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130
Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131
Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132
Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133
Chapter 133 : Berkerja Sama
134
Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135
Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136
Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137
Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138
Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139
Chapter 139 : Turungkap Sudah
140
Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141
Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142
Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143
Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144
Chapter 144 : Menikah Ulang
145
Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146
Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147
Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148
Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149
Chapter 149 : Kabar Bahagia
150
Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151
Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152
Chapter 152 : Semakin Perhatian
153
Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154
Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155
Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156
Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!