Chapter 10 : Membiasakan Diri

..."Terimalah apa yang menjadi takdirmu. Dan jangan bandingkan hidupmu dengan hidup orang lain, kerena semua orang mempunyai jalan takdirnya masing-masing. Jika ingin seperti yang lain, lihatlah dulu langkah terjang belakangmu."...

...~~~...

Kini mobil mewah milik Papa Farhan sudah memasuki gerbang rumah mewah yang bertingkat itu. Penjagaannya juga cukup ketat, tapi siap siaga jika sudah ada perintah dari bosnya.

Pintu mobil pun dibuka oleh penjaga yang lainnnya. Kemudian keluarlah Papa Farhan serta keluarga juga anggota baru di dalam keluarganya yang tidak lain, ialah Arumi. Gadis cantik itu tetep terlihat anggun walupun menggunakan pakaian tertutup, didampingi oleh suaminya.

Tatapan Alaska tidak pernah lepas dari Arumi. Entah kenapa penjaga kepercayaan Alaska sangat heran melihat atasnya menatap begitu dalam wanita yang sudah berstatus istri atasannya itu. Setahunya, ia tidak pernah melihat sisi ini dari dalam diri Alaska.

"Silahkan masuk Tuan, Nyonya." Suara itu mengangetkan Arumi yang tidak menyangka bahwa pelayan di rumah ini sangat banyak. Ia menjadi penasaran sebenarnya suaminya itu orang seperti apa, sampai rumah keluarganya saja semewah ini, di dalamnya bagaikan istana di negri dongeng.

"Arumi, kenapa diam saja di sana? Ayo masuk!" ajak Mama Rina yang kini sudah berada di dalam rumah bersama Papa Farhan.

"Eh iya Ma," ucap Arumi yang masih canggung.

"Alaska bawa istrimu masuk. Jangan buat dia berdiri seperti itu terlalu lama, Arumi baru sembuh nanti sakit lagi gimana? Bawa dia langsung ke kamarmu, nanti Mama bawakan makanan untuknya ke atas," ujar Mama Rina menatap Alaska yang masih di ambang pintu karena Arumi hanya diam saja.

Alaska hanya mengangguk, ia belum ingin memperlihatkan sikap aslinya terhadap Arumi. Matanya seketika menatap Arumi, lalu sedikit memaksanya masuk ke dalam rumah.

"Ayo sayang. Jangan malu-malu, ini sudah menjadi rumahmu juga," ucap Alaska yang langsung menggandeng tangan Arumi untuk segera masuk, sedangkan Arumi hanya pasrah mengikuti langkah suaminya.

Sesampainya di depan pintu kamar, Alaska membuka pintu kamarnya dengan sangat lebar. Terlihat kamarnya penuh riasan dan bunga-bunga bertebaran di atas tempat tidur juga di bawah lantai, dilengkapi dengan lilin-lilin beraroma yang membuat kesannya semakin romantis. Alaska susah yakin kalau ini adalah udah Mama Rina, ia muak melihat itu semua. Namun, ia malah menyunggingkan senyuman khasnya.

Tanpa aba-aba, Alaska menggendong Arumi secepat kilat. Untung saja tidak jatuh, karena pertahanan tubuh Alaska cukup kuat untuk memangku beban tubuh Arumi yang cukup ideal.

"Aaaa! Turunin takut!" keluh Arumi yang kaget mendapatkan perlakuan yang tidak terduga dari suaminya.

"Sudah, jangan takut istriku. Ini akan menjadi kesan indah untukmu sebelum kita pindah ke rumah baru yang sudah aku siapkan khusus untukmu," bisik Alaska yang membuat seluruh tubuh Arumi merinding. Tidak tahu kenapa, setiap Alaska berbicara membuat tubuh Arumi merinding dibuatnya.

"Rumah? Apa kamu menyiapkan rumah untukku? Tapi buat apa? Kan tadi kamu bilang kita bisa tinggal di sini," sahut Arumi kini memberanikan diri untuk bertanya.

"Shuttt! Jangan banyak bicara! Nanti kamu akan tahu semuanya, karena itu adalah sebagian mahar dariku," kata Alaska dengan santainya membawa masuk tubuh Arumi yang berada digendongannya.

Arumi cukup kaget mendengar penuturan suaminya, ia diberikan mahar rumah. Tidak pernah disangka olehnya bahwa banyak hal yang tidak terduga terjadi sebelum ia tersadar dari koma.

Sekian lama Arumi memikirkan semua itu, dikagetkan lagi dengan tubuhnya yang tiba-tiba saja sudah dibaringkan di atas tempat tidur oleh Alaska dengan lembut. Bahkan, ia juga sampai tidak menyangka Alaska sebaik dan seromantis itu. Sangat berbeda jauh pada saat pertama kali melihatnya.

"Terimakasih," ucap Arumi malu-malu. Alaska sekilas tersenyum, lalu mengangguk.

Tidak lama, pintu kamar Alaska ditutup rapat. Laki-laki bertubuh tegap itu menghampiri istrinya yang masih duduk di tepian tempat tidur. Tidak berubah, masih sama seperti pada saat ia menurunkan tubuh gadis itu.

"Kenapa diam saja? Istirahatlah, nanti Mama akan datang kemari. Aku bersih-bersih dulu," ucap Alaska yang mulai berbeda. Ia juga langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa berkata lagi.

"Eemmm ... iya, sebentar lagi aku tidur," ucap Arumi ragu-ragu dengan menutupi bahwa ia kini merasa sangat lapar karena belum memakan sesuatu lagi dari tadi, sehingga membuat perutnya sakit.

Tok! Tok! Tok!

"Arumi sayang, ini Mama. Tolong buka pintunya!" ujar Mama Rina di luar pintu kamar Alaska.

"Iya Ma, tunggu sebentar!" Arumi bergegas turun dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah pintu yang sempat ditutup Alaska tadi.

Dengan tangan halusnya, ia membuka pintu itu cukup lebar. Matanya tiba-tiba menatap makanan yang dibawa oleh mama mertuanya, sempat Arumi meneguk lidah dibuatnya. Singgung pas sekali, ia sedang lapar.

"Mama bawakan ini untuk kamu. Mama masuk ya?" tanya Mama Rina sembari terseyum ramah.

"Masuk saja Ma, suami Arumi juga masih di kamar mandi," ucap Arumi yang masih bingung harus memanggil apa kenapa suaminya.

"Loh kamu ni, panggil saja Mas Alaska gitu. Kan sekarang dia sudah menjadi suamimu masa gitu bilangnya," ujar Mama Rina menyarankan kepada menantunya.

"Eemm ... iya Ma, nanti Arumi panggilnya Mas Alaska," cicitnya sedikit ragu.

"Nah gitu dong kan enak didengernya. Sekarang kamu makan ya? Ini sekalian Mama siapkan obat kamu, nanti langsung di minum jangan sampai lupa! Mama enggak mau menantu Mama sakit lagi," ucap Mama Rina sembari menyimpan nampan penuh makanan, dan juga satu gelas susu yang di simpan di meja depan sofa.

"Terimakasih Ma. Maaf Arumi jadi ngerepotin Mama bukannya bantu," ujar Arumi yang sangat malu dilayani seperti itu oleh Mama Rina.

"Tidak apa sayang, kamu sekarang anak Mama juga. Jadi, sudah sepantasnya Mama seperti ini. Kedepannya kamu harus mencoba membiasakan diri di sini ya? Karena sekarang ini adalah keluargamu," ucap Mama Rina lembut soraya memberikan pengertian.

"Iya Ma, insyaallah Arumi mencoba membiasakan diri di sini Ma. Mama sangat baik kepada Arumi sama seperti Ummi. Terimakasih ya Ma sudah menerima Arumi sebagai menantu Mama di sini, Arumi bersyukur mendapatkan mertua baik seperti Mama juga Papa," ucap Arumi terharu melihat sikap kedua mertuanya begitu mengutamakan dirinya, walaupun baru hari pertama.

"Sama-sama sayang, kamu juga menantu terbaik buat Mama. Sudah jangan menangis begitu, kamu harus istirahat. Cepat makanlah! Nanti Alaska marah sama Mama karena buat kamu sedih seperti ini." Mama Rina mengucap air mata yang hendak jatuh di pipi Arumi.

"Mama tinggal dulu ya? Nanti kalau kamu butuh apa-apa panggil saja Mama di bawah," ujar Mama Rina yang kini kembali meninggalkannya kamar Alaska.

Arumi hanya mengangguk menjawab ucapan Mama Rina, ia tidak ingin jika merepotkan mertuanya lagi. Sudah dipikirkan, Arumi ingin cepat pulih lagi supaya bisa membantu mertuanya, dan juga melayani kebutuhan suaminya nanti. Walaupun begitu, Arumi belum bisa terbiasa dengan rumah barunya sekarang, karena masih ingat rumah kedua orang tuanya yang sering kali penuh santriwan dan santriwati, sedangkan di sini banyaknya pelayan.

Episodes
1 Chapter 1 : Satu Persyaratan
2 Chapter 2 : Meresmikan
3 Chapter 3 : Kabar Buruk
4 Chapter 4 : Mendadak Menikah
5 Chapter 5 : Ternyata Cantik
6 Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7 Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8 Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9 Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10 Chapter 10 : Membiasakan Diri
11 Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12 Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13 Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14 Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15 Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16 Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17 Chapter 17 : Salah Tingkah
18 Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19 Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20 Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21 Chapter 21 : Tetap Kejam
22 Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23 Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24 Chapter 24 : Menagih Janji
25 Chapter 25 : Cukup Berat
26 Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27 Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28 Chapter 28 : Kembali Sekamar
29 Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30 Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31 Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32 Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33 Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34 Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35 Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36 Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37 Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38 Chapter 38 : Menemui Suami
39 Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40 Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41 Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42 Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43 Chapter 43 : Kemarahan Safa
44 Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45 Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46 Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47 Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48 Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49 Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50 Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51 Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52 Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53 Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54 Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55 Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56 Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57 Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58 Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59 Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60 Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61 Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62 Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63 Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64 Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65 Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66 Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67 Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68 Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69 Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70 Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71 Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72 Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73 Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74 Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75 Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76 Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77 Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78 Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79 Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80 Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81 Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82 Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83 Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84 Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85 Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86 Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87 Chapter 87 : Kembali Bertemu
88 Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89 Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90 Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91 Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92 Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93 Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94 Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95 Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96 Chapter 96 : Kejadian Kocak
97 Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98 Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99 Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100 Chapter 100 : Menjalankan Misi
101 Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102 Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103 Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104 Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105 Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106 Chapter 106 : Mulai Main-Main
107 Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108 Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109 Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110 Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111 Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112 Chapter 112 : I Love You, My Wife
113 Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114 Chapter 114 : Tertangkap Basah
115 Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116 Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117 Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118 Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119 Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120 Chapter 120 : Menambah Masalah
121 Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122 Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123 Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124 Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125 Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126 Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127 Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128 Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129 Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130 Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131 Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132 Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133 Chapter 133 : Berkerja Sama
134 Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135 Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136 Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137 Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138 Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139 Chapter 139 : Turungkap Sudah
140 Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141 Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142 Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143 Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144 Chapter 144 : Menikah Ulang
145 Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146 Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147 Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148 Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149 Chapter 149 : Kabar Bahagia
150 Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151 Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152 Chapter 152 : Semakin Perhatian
153 Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154 Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155 Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156 Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Chapter 1 : Satu Persyaratan
2
Chapter 2 : Meresmikan
3
Chapter 3 : Kabar Buruk
4
Chapter 4 : Mendadak Menikah
5
Chapter 5 : Ternyata Cantik
6
Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
7
Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
8
Chapter 8 : Ternyata Telah Dijodohkan
9
Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
10
Chapter 10 : Membiasakan Diri
11
Chapter 11 : Mulai Merasa Nyaman
12
Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
13
Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
14
Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
15
Chapter 15 : Hanya Sebagai Penebus Syarat
16
Chapter 16 : Dibuat Kelelahan Seharian
17
Chapter 17 : Salah Tingkah
18
Chapter 18 : Perdebatan Di Pagi Hari
19
Chapter 19 : Tiba-tiba Pingsan
20
Chapter 20 : Terlalu Berlebihan
21
Chapter 21 : Tetap Kejam
22
Chapter 22 : Kedatangan Papa Farhan
23
Chapter 23 : Bagaimana Bisa Tahu?
24
Chapter 24 : Menagih Janji
25
Chapter 25 : Cukup Berat
26
Chapter 26 : Tidak Berperasaan
27
Chapter 27 : Menuduh Tanpa Bukti
28
Chapter 28 : Kembali Sekamar
29
Chapter 29 : Tidak Mau Mengaku
30
Chapter 30 : Terpaksa Mengobati Luka
31
Chapter 31 : Kejutan Berakhir Keterkejutan
32
Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
33
Chapter 33 : Istri Yang Paling Berhak
34
Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
35
Chapter 35 : Sebuah Tantangan
36
Chapter 36 : Tiga Puluh Hari Mengejar Cinta
37
Chapter 37 : Mulai Menjalankan Misi
38
Chapter 38 : Menemui Suami
39
Chapter 39 : Terkesan Tidak Tertarik
40
Chapter 40 : Rasa Yang Tidak Disadari
41
Chapter 41 : Degup Jantung Yang Tidak Karuan
42
Chapter 42 : Mungkinkah Jatuh Cinta?
43
Chapter 43 : Kemarahan Safa
44
Chapter 44 : Melakukan Hal Yang Benar
45
Chapter 45 : Ini Yang Dinamakan Cinta
46
Chapter 46 : Kaget Sekaligus Senang
47
Chapter 47 : Tidak Bisa Fokus
48
Chapter 48 : Mulai Merindukannya
49
Chapter 49 : Matamu Tidak Bisa Berbohong
50
Chapter 50 : Tidak Diizinkan Keluar
51
Chapter 51 : Menjadi Yang Pertama
52
Chapter 52 : Berujung Hujan-hujanan
53
Chapter 53 : Larut Dalam Cinta
54
Chapter 54 : Momen Sangat Dinantikan
55
Chapter 55 : Hadirnya Orang Di Masa Lalu
56
Chapter 56 : Kepulangan Yang Tak Di Sangka
57
Chapter 57 : Pertanyaan Yang Belum Terjawab
58
Chapter 58 : Kenyataan Yang Menyakitkan
59
Chapter 59 : Hati Yang Hancur
60
Chapter 60 : Kenyataan Yang Sulit Untuk Diterima
61
Chapter 61 : Dikucilkan Dari Keluarga Sendiri
62
Chapter 62 : Diprovokasi Sang Suami
63
Chapter 63 : Kilas Masa Lalu
64
Chapter 64 : Masa Lalu Yang Tinggal Duka
65
Chapter 65 : Kisah itu Sudah Usai
66
Chapter 66 : Cinta Itu Benar Hadir
67
Chapter 67 : Pertengkaran Hebat
68
Chapter 68 : Kehilangan Yang Menyakitkan
69
Chapter 69 : Menceritakan Kronologi Kejadian
70
Chapter 70 : Kedatangan Yang Meggegerkan
71
Chapter 71 : Dibuat Penasaran
72
Chapter 72 : Tidak Bisa Ditemukan
73
Chapter 73 : Merasakan Koneksi Batin
74
Chapter 74 : Berulang Kali Menyebut Namanya
75
Chapter 75 : Tidak Bisa Jauh
76
Chapter 76 : Terbongkarnya Kebenaran
77
Chapter 77 : Melarang Untuk Kembali
78
Chapter 78 : Tidak Kuasa Menahan Rindu
79
Chapter 79 : Semakin Mengaguminya
80
Chapter 80 : Salah Mengira Membuat Malu
81
Chapter 81 : Obsesi Wanita, Memiliki Trauma
82
Chapter 82 : Berada Di Tempat Yang Tepat
83
Chapter 83 : Mengetahui Semua Kebenaran
84
Chapter 84 : Sejauh Ini, Cinta Kita Tetap Sama
85
Chapter 85 : Keputusan Yang Tepat
86
Chapter 86 : Merasakan Kehadirannya
87
Chapter 87 : Kembali Bertemu
88
Chapter 88 : Pasrah Dengan Keadaan
89
Chapter 89 : Waktunya Berjuang
90
Chapter 90 : Kesempatan Kedua
91
Chapter 91 : Sikap Yang Berubah
92
Chapter 92 : Dibalik Sikap Juteknya
93
Chapter 93 : Menjauh Untuk Bersama
94
Chapter 94 : Pengalihan Jabatan
95
Chapter 95 : Menjalani Hidup Sederhana
96
Chapter 96 : Kejadian Kocak
97
Chapter 97 : Membuat Pelajaran
98
Chapter 98 : Bukan Membalas Dendam
99
Chapter 99 : Belajar Mengaji Besama Istri
100
Chapter 100 : Menjalankan Misi
101
Chapter 101 : Pembelaan Abi Harun
102
Chapter 102 : Ternyata Tidak Pulang
103
Chapter 103 : Tidak Bisa Dipercaya
104
Chapter 104 : Tidak Mau Kalah
105
Chapter 105 : Mengikuti Permainannya
106
Chapter 106 : Mulai Main-Main
107
Chapter 107 : Tidak Sesuai Dengan Harapan
108
Chapter 108 : Selamat Untuk Sementara
109
Chapter 109 : Kecurigaan Akan Perubahannya
110
Chapter 110 : Menanyakan Soal Sikapnya
111
Chapter 111 : Feeling Seorang Ibu
112
Chapter 112 : I Love You, My Wife
113
Chapter 113 : Kebahagiaan Tiada Tara
114
Chapter 114 : Tertangkap Basah
115
Chapter 115 : Beredarnya Foto Mesra
116
Chapter 116 : Desas Desus Para Santri
117
Chapter 117 : Fitnah Untuk Anak Kyai
118
Chapter 118 : Menghubungi Ibrahim
119
Chapter 119 : Ingin Menyelesaikan Masalah
120
Chapter 120 : Menambah Masalah
121
Chapter 121 : Menunggu Keputusan
122
Chapter 122 : Hari Yang Menegangkan
123
Chapter 123 : Pernikahan Di Ujung Tanduk
124
Chapter 124 : Kembali Hilangnya Kepercayaan
125
Chapter 125 : Ingin Menebus Kesalahan
126
Chapter 126 : Mencari Rumah Tujuan
127
Chapter 127 : Mengurunkan Niat
128
Chapter 128 : Di Balik Keputusan Arumi
129
Chapter 129 : Sebuah Keterkejutan
130
Chapter 130 : Sisi Yang Berbeda
131
Chapter 131 : Tamu Tak Diketahui
132
Chapter 132 : Ketika Lawan Menjadi Teman
133
Chapter 133 : Berkerja Sama
134
Chapter 34 : Oh Ternyata ....
135
Chapter 135 : Awal Yang Bagus Untuk Safa
136
Chapter 136 : Dekat, Tapi Tak Mengenal
137
Chapter 137 : Awal Dari Kehancuran
138
Chapter 138 : Kekecewaan Papa Farhan
139
Chapter 139 : Turungkap Sudah
140
Chapter 140 : Kebenaran Yang Terungkap
141
Chapter 141 : Tidak Bisa Berkutik Lagi
142
Chapter 142 : Penyesalan Itu Harus
143
Chapter 143 : Memilih Untuk Berdamai
144
Chapter 144 : Menikah Ulang
145
Chapter 145 : Kebahagiaan Yang Dinanti
146
Chapter 146 : Semuanya Akan Menjadi Pahala
147
Chapter 147 : Umrah Bersama Istri
148
Chapter 148 : Impian Yang Terwujud
149
Chapter 149 : Kabar Bahagia
150
Chapter 150 : Mulai Bucinnya Alaska
151
Chapter 151 : Pernikahan Ibrahim Dan Safa
152
Chapter 152 : Semakin Perhatian
153
Chapter 153 : Semua Mendapatkan Jodohnya
154
Chapter 154 : Lahirnya Buah Cinta
155
Chapter 155 : Melihat Tumbuh Anak { END }
156
Promosi Novel Baru : Love Delayed Mas Santri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!