HARI TANPA CAHAYA

HARI TANPA CAHAYA

Prolog (Remake)

Angin berhembus melewati sela-sela reruntuhan. Pancaran cahaya bulan biru memantul dari satu tempat ke tempat lain, membawa kekosongan dalam senyap nya malam. Sebuah Kota yang telah hancur, dan kini hanya dihuni oleh para monster.

Seorang gadis berusia 7 tahun terfokus memegangi sniper, mengincar satu sosok setinggi lima meter di antara reruntuhan. Sosok itu menoleh ke sana sini, seolah mencari sesuatu. Tepat saat tubuhnya berbalik. Anak itu menekan pelatuk---peluru melesat membidik bola mata raksasa yang tertanam di leher, seketika menembusnya.

Mereka menyebut sosok itu sebagai, Wanters. Mahkluk, yang telah menghancurkan ketenaran manusia. Guratan garis merah yang memenuhi tubuhnya merupakan ciri khas dari mahkluk tersebut. Dia juga memiliki tingkat masing-masing dengan kekuatan yang berbeda.

Gadis itu menurunkan senjata, terfokus pada Wanters yang terkikis menjadi abu. Mata birunya berbinar, mengangkat tangannya dengan gembira.

"Lihat! Kak Via. Kamu melihatnya kan?" Angin menghembuskan rambut putihnya, lembut di bawah sinar rembulan. Menatap seorang wanita yang keluar dari reruntuhan.

"Tidak buruk, tapi.. akurasimu kurang tepat. Untung hanya wanters tingkat satu." Via menggetok pelan kepala anak itu, kemudian mengusapnya.

"He.. tapi. Bukankah ini cukup untuk membantu Papa nanti," keluhnya, mengusap kepala sambil cemberut, menatap wajah cantiknya.

Via tertegun, mengerutkan sedikit kening---kau memang hebat Raika. Anak seusiamu, bisa mengendalikan Art adalah sesuatu yang langka. Namun, maaf, aku tidak ingin rencana kami gagal---Dalam hati, sambil menatap Raika dengan senyuman yang seolah dipaksakan.

"Tiiidak. Kau masih belum cukup untuk membantunya. Aku saranin kamu berlatih lagi, hingga sesuai target yang telah diterapkan. Setelah itu, aku akan mengatakannya pada mereka," jelasnya yang kesekian kalinya.

Raika mengalihkan pandangan ke bawah, sedih atas apa yang ia dengar. "Berapa lama lagi, aku, bisa membantu kalian. Apakah hasil yang kubuat masih belum cukup?"

Via memegangi bahu Raika, sama seperti biasa. Target yang Raika buat sebenarnya sudah sesuai yang ia katakan, tapi dengan pintarnya Via menggeser sedikit, hanya ingin mengulur waktu supaya Raika tidak menganggu tugas sang Ayah.

"Maaf ---" Via mengalihkan pandangan ke pria bermasker yang menatapnya dari jauh.

"Untuk latihan saat ini, kita sudahi dulu. Kita lanjutkan nanti," ucapnya, beranjak pergi dengan tergesa-gesa.

"Tunggu, kak Vi---" Raika tidak melanjutkan ucapannya, menatap kepergian Via bersama pria bermasker yang kian menjauh.

Ini bukan pertama kalinya ia meninggalkan Raika. Padahal, ayah berpesan untuk menjaganya saat melakukan misi. Namun, ia selalu pergi seolah terdapat sesuatu yang jauh lebih penting.

Raika tidak mengatakan itu pada sang Ayah, karena ia tau, tugas yang Via kerjakan mungkin cukup penting. Itu lah yang selalu Raika lihat dari wajahnya.

"Aku sendirian lagi ... Papa, suatu hari nanti aku pasti akan ikut kan?" gumam Raika, menatap langit tanpa bintang yang hanya terlukis bulan biru, sendirian.

Raika melangkah pergi menuju tenda tempat orang-orang berpesta alkohol. Mereka semua adalah satu kelompok termasuk Raika dan Ayahnya, Fate. Alasan mengapa Fate mengikuti kelompok ini, karena sebelumnya ia dijanjikan hidup nyaman bersama putrinya di dalam Distrik, atau kota yang di lindungi dinding raksasa.

Untuk memasuki Distrik, mereka perlu mempunyai sebuah ID sebagai kartu penduduk. Bila seseorang tidak memilikinya, maka tidak ada yang bisa masuk. Total Distrik yang masih berdiri saat ini hanya 10 di seluruh daratan, dan masing-masing memiliki ID yang berbeda.

Di tengah kebosanannya, Raika menghentikan langkah di antara beberapa orang yang berjalan. Pandangannya tertuju pada bangunan, yang berdiri kokoh. Tempat biasa Via pergi setelah melatihnya.

"Kenapa kak Via pergi ke sana? Kenapa kak Via lebih mementingkan pergi ke sana? Kenapa? ... Apa ada yang seru di sana?" Raika berkata penuh pertanyaan, dengan sekali-kali mengedipkan matanya.

Seketika ia tersentak, seolah mendapatkan jawaban acak. "Apa di sana seru? Apa mereka melakukan sesuatu yang mengasikan. Bukankah kak Via selalu kesana? Itu artinya pasti ada sesuatu. Bahkan kak Via tidak menolak."

Raika menelan ludah, menimbang-nimbang, apakah ia akan ke sana? Setelah memastikan sekitar, ia memutuskan untuk memeriksanya. Penjaga yang biasa berdiri di kedua samping pintu kini tidak ada. Tanpa pikir panjang, Raika bergegas masuk tanpa di ketahui siapapun.

Raika mengikuti lorong yang hanya di temani kedipan lampu. Semakin dalam ia melangkah udara di sekitar semakin sejuk serta dingin yang semakin menusuk---Kenapa kak Via selalu ke sini? Tidak ada apapun? ... Dingin---Batinnya. Menghentikan langkah, sambil memegangi kedua tangan.

Di luar gerbang, penjaga yang baru saja kembali, menyadari sebuah jejak kaki kecil. Dia menyentuhnya, dan menjilatnya---Basah. Kenapa selalu ada orang bodoh yang melanggar peraturan---Batinnya, berbarengan dengan beberapa orang yang baru datang.

"Ada apa? Apa ada orang yang berani masuk huh?" ucap salah satu dari mereka, berbadan kekar.

"Ya. Anak kecil ..." jelas penjaga yang memeriksa jejak kaki itu.

Jumlah mereka ada empat, saling menatap satu sama lain seolah tidak percaya. Kemudian mereka tertawa, tidak tahan, Kenapa bisa anak kecil masuk ke tempat ini?

Tiga orang menyusulnya masih dengan gelegat tawa. Ingin tau sosok seperti apa yang berani masuk. Apa tidak ada yang mengajarinya?

Raika yang sudah tidak nyaman berencana putar arah, karena ia tidak menemukan apapun. Yang ia tahu semua ini hanyalah lorong kosong, seolah tidak memiliki ujung---Aku tidak tau. Sebaiknya berlatih lagi. Lagi pula tidak ada apapun di sin---Batinnya terhenti seketika mendengar langkah ramai yang semakin mendekat.

Seketika, Raika teringat peringatan Ayah dan Via yang melarangnya untuk memasuki tempat ini. Sial, Dia sudah terlambat. Badannya bergetar, tidak tau apa yang harus dilakukan.

"Lari?" Raika menghentakkan kaki, berlari semakin dalam tidak peduli apa yang terjadi.

"Oi.. kalian dengar itu?" suaranya menggema berkali-kali.

"Hehe.. apa kau tersesat lalat kecil!" teriak salah satu dari mereka diikuti suara langkah kaki yang semakin cepat.

Raika terus berlari hingga menemukan pintu berlampu merah. Namun, ia tidak dapat membukanya meski telah di dorong sekuat mungkin. Raika berlari kembali, tidak jauh dari sana ia melihat sekumpulan kardus di pojokan dinding. Bergegas ia memasukinya berusaha menghilangkan suara dan mengatur ritme pernapasan.

Jejak kaki semakin mendekat. Meski samar, Raika melihat mereka melewatinya. Setelah aman, ia bergegas keluar dari kardus, tapi langsung ia urungkan kembali saat mendengar suara seseorang di dalam ruangan berpintu merah sebelumnya. Suara itu seperti suara pria bermasker.

"Yaaah. Setelah ini tugas kita selesai. Langkah terakhir kita hanya melarikan diri saja. Apa susahnya, hah?" ucapnya, seolah menganggap enteng, apapun.

"Tapi, bagaimana jika mereka gagal? Meski Fate berhasil mengambilnya, belum tentu dia selamat dari penjagaan," jawab suara pria lain.

"Heh! Tidak per~"

Raika tertegun, ia tidak percaya nama ayahnya bakal di sebut---Aku akan tau apa yang ayah lakukan. Cih! Suara mereka kurang jelas---Batin, sambil mencari cara untuk bisa memperjelasnya.

Raika memberanikan diri keluar dari kardus, ia menempelkan telinga pada dinding, sambil berjalan mencari lokasi yang pas. Namun, fokusnya seketika buyar ketika sebuah tangan memegangi bahunya. Refleks Raika menoleh, tapi mulutnya di tahan, membuatnya memejamkan mata.

Sitss...

Orang itu ber desis, memberikan isyarat untuk tidak bersuara. Meski ragu, Raika membuka matanya, terkejut menyadari dia adalah, Via.

"Kak Via," ucap Raika pelan.

"Untuk sekarang kita harus pergi dari sini, paham," bisiknya, sambil tersenyum yang lagi-lagi seperti di paksakan.

Dalam hati, Raika terus berkata kenapa? Apa yang sebenarnya mereka kerjakan? Tapi, ia tidak bisa melakukan apapun. Raika hanya mengangguk, kemudian tangannya di gandeng Via keluar dari tempat itu.

Penjaga yang melihat mereka berdua, terdiam. Badannya bergetar menyadari Via menatapnya setajam silet. Raika hanya menunduk, merasa bersalah atas apa yang ia lakukan.

"Raika ..." ujar Via, namun tidak disambut Raika. Wajahnya tampak murung.

Via berjongkok, menatapnya seolah tidak terjadi apa-apa. "Sudah lupakan saja yang tadi. Yang penting, aku memiliki kejutan. Mau tau?"

Raika yang tampak murung, berubah menjadi penuh pertanyaan, meski sedikit lesu. "Kejutan?"

Via menoleh ke belakang dalam sekejap. "Ah. Akan aku tunjukkan. Bukankah ini yang kau mau?"

Via menyingkir di hadapan Raika, memperlihatkan seorang laki-laki berambut coklat menatapnya dengan senyuman lembut. Raika terdiam sejenak, sebelum tak kuasa menjatuhkan air matanya.

Dia berjalan sedikit demi sedikit, kemudian berlari. "Papa ..." Memeluknya erat, seperti tidak ingin ditinggalkan kembali. "Bodoh. Lama sekali. Kenapa Papa begitu lama?"

Fate mengusap kelapa anaknya, sambil tertawa haru. "Maaf. Papa janji sekarang tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi."

Pandangan Raika beralih pada wajah sang Ayah yang tersenyum. "Sungguh?"

"Ya. Lagi pula tugas Papa sudah selesai," jelasnya, membawa kabar gembira bagi Raika.

Raika seketika kepikiran tentang hasil latihannya bersama Via. "Papa! Aku ingin menunju---"

DOR!

Ucapannya terhenti bertepatan seseorang tidak jauh dari mereka, mati, diikuti suara tembakan yang memekakkan telinga.

Fate tersentak, ia tau apa arti dari tembakan itu---Apakah mereka berhasil melacak tempat ini?---Batin. Dengan sigap ia menarik Raika untuk segera melarikan diri.

Fate juga tidak melihat Via setelah mengantar Raika padanya.

Pikiran Raika stuck, matanya bergetar berusaha berlari menghindari hujan peluru yang memenuhi tempat dari ujung ke ujung, diikuti suara bom serta teriakan.

Beberapa dari mereka melawan balik, dan sebagian lagi melarikan diri---Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa, semua ini ... Kak Via?---Batin Raika, sambil terus memacu langkahnya bersama sang Ayah, mencari keberadaan Via yang anehnya Raika tidak melihatnya.

End prolog.

Terpopuler

Comments

kuda nil 🤫🧏🏻

kuda nil 🤫🧏🏻

akhirnya dapet juga novel sci-fi yang MC nya cewek

2025-03-22

0

gugun

gugun

semangat thor

2025-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog (Remake)
2 Bab 1 Awal yang baru (Remake)
3 Bab 2 Raid dan kota tersisih (Remake)
4 Bab 3 Mempersiapkan segalanya (Remake)
5 Bab 4 Vicuris, Wanters tingkat 5 (Remake)
6 Bab 5 Berhasil? Tapi... (Remake)
7 Bab 6 Bayangan samar (Remake)
8 Bab 7 Keanehan pada diri sendiri (Remake)
9 Bab 8 Selamat? (Remake)
10 Bab 9 Pilihan yang tak berpilih (Remake)
11 Bab 10 Perekrutan (Remake)
12 Bab 11 Eyes Strom? (Remake)
13 Bab 12 Misi Pertama (Remake)
14 Bab 13 Ougi sang penakluk Wanters tingkat 6 (Remake)
15 Bab 14 Beruntun tanpa celah (Remake)
16 Bab 15 Perubahan signifikan (Remake)
17 Bab 16 Apa kau baik-baik saja? (Remake)
18 Bab 17 Lab laboratorium terbengkalai (Remake)
19 Bab 19 Tulang belulang.
20 Bab 20 Abu-Abu.
21 Bab 21 Siapa wanita itu?
22 Bab 22 Ungkapan.
23 Bab 23 sesuatu terasa janggal.
24 Bab 24 Camp.
25 Bab 25 Benteng dan badai.
26 Bab 26 Naga?
27 Bab 27 Bridgecrash.
28 Bab 28 Hujan api.
29 Bab 29 Ledakan adalah seni.
30 Bab 30 Menyebalkan.
31 Bab 31 Butiran bercahaya.
32 Bab 32 Lukisan generasi.
33 Bab 33 Aroma daging yang di asap-kan.
34 Bab 34 Apa yang ingin kau sampaikan?
35 Bab 35 Mencoba untuk tersenyum.
36 Bab 36 Sebelum suaraku keluar.
37 Bab 37 Bagaimana bisa?
38 Bab 38 Kau sudah melakukan yang terbaik.
39 Bab 39 Yang menentukan adalah, kekuatan.
40 Bab 40 Seperti yang selalu kupikirkan.
41 Bab 41 Aura Wanters yang sedikit aneh.
42 Bab 42 Mungkinkah jenis langka?
43 Bab 43 Monster Hitam.
44 Bab 44 Ketepatan.
45 Bab 45 Perih Menggigil.
46 Bab 46 Berusaha-lah untuk tidak menjadi sampah.
47 Bab 47 Penjelasan yang tak ku ketahui.
48 Bab 48 Percobaan.
49 Bab 49 Tanpa disadari yang lain.
50 Bab 50 Awal dari segalanya?
51 Bab 51 Apakah sebuah kebetulan?
52 Bab 52 Pelajaran baru.
53 Bab 53 Kecocokan.
54 Bab 54 Dibalik kecurigaan.
55 Bab 55 Raungan kematian.
56 Bab 56 Aya Medaline.
57 Bab 57 Bertarung dan ketepatan.
58 Bab 58 Yang kedua kalinya.
59 Bab 59 Hal yang tak ku-mengerti.
60 Bab 60 Aya?
61 Bab 61 Akhir dari pelatihan.
62 Bab 62 Teman?
63 Bab 63 Kecurigaan.
64 Bab 64 Bimbang.
65 Bab 65 Melambaikan tangan.
66 Bab 66 Parasite yang menjengkelkan.
67 Bab 67 Anggap saja sebuah permainan.
68 Bab 68 Monster kelas.
69 Bab 69 Hasil yang tidak terlalu pahit.
70 Bab 70 Apa yang sebenarnya terjadi?
71 Bab 18 Siapa kau sebenarnya? (Remake)
72 Bab 19 Hanya ingin memastikan sesuatu (Remake)
73 Bab 20 Alat pelacak terbaru (Remake)
74 (Hiatus)
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Prolog (Remake)
2
Bab 1 Awal yang baru (Remake)
3
Bab 2 Raid dan kota tersisih (Remake)
4
Bab 3 Mempersiapkan segalanya (Remake)
5
Bab 4 Vicuris, Wanters tingkat 5 (Remake)
6
Bab 5 Berhasil? Tapi... (Remake)
7
Bab 6 Bayangan samar (Remake)
8
Bab 7 Keanehan pada diri sendiri (Remake)
9
Bab 8 Selamat? (Remake)
10
Bab 9 Pilihan yang tak berpilih (Remake)
11
Bab 10 Perekrutan (Remake)
12
Bab 11 Eyes Strom? (Remake)
13
Bab 12 Misi Pertama (Remake)
14
Bab 13 Ougi sang penakluk Wanters tingkat 6 (Remake)
15
Bab 14 Beruntun tanpa celah (Remake)
16
Bab 15 Perubahan signifikan (Remake)
17
Bab 16 Apa kau baik-baik saja? (Remake)
18
Bab 17 Lab laboratorium terbengkalai (Remake)
19
Bab 19 Tulang belulang.
20
Bab 20 Abu-Abu.
21
Bab 21 Siapa wanita itu?
22
Bab 22 Ungkapan.
23
Bab 23 sesuatu terasa janggal.
24
Bab 24 Camp.
25
Bab 25 Benteng dan badai.
26
Bab 26 Naga?
27
Bab 27 Bridgecrash.
28
Bab 28 Hujan api.
29
Bab 29 Ledakan adalah seni.
30
Bab 30 Menyebalkan.
31
Bab 31 Butiran bercahaya.
32
Bab 32 Lukisan generasi.
33
Bab 33 Aroma daging yang di asap-kan.
34
Bab 34 Apa yang ingin kau sampaikan?
35
Bab 35 Mencoba untuk tersenyum.
36
Bab 36 Sebelum suaraku keluar.
37
Bab 37 Bagaimana bisa?
38
Bab 38 Kau sudah melakukan yang terbaik.
39
Bab 39 Yang menentukan adalah, kekuatan.
40
Bab 40 Seperti yang selalu kupikirkan.
41
Bab 41 Aura Wanters yang sedikit aneh.
42
Bab 42 Mungkinkah jenis langka?
43
Bab 43 Monster Hitam.
44
Bab 44 Ketepatan.
45
Bab 45 Perih Menggigil.
46
Bab 46 Berusaha-lah untuk tidak menjadi sampah.
47
Bab 47 Penjelasan yang tak ku ketahui.
48
Bab 48 Percobaan.
49
Bab 49 Tanpa disadari yang lain.
50
Bab 50 Awal dari segalanya?
51
Bab 51 Apakah sebuah kebetulan?
52
Bab 52 Pelajaran baru.
53
Bab 53 Kecocokan.
54
Bab 54 Dibalik kecurigaan.
55
Bab 55 Raungan kematian.
56
Bab 56 Aya Medaline.
57
Bab 57 Bertarung dan ketepatan.
58
Bab 58 Yang kedua kalinya.
59
Bab 59 Hal yang tak ku-mengerti.
60
Bab 60 Aya?
61
Bab 61 Akhir dari pelatihan.
62
Bab 62 Teman?
63
Bab 63 Kecurigaan.
64
Bab 64 Bimbang.
65
Bab 65 Melambaikan tangan.
66
Bab 66 Parasite yang menjengkelkan.
67
Bab 67 Anggap saja sebuah permainan.
68
Bab 68 Monster kelas.
69
Bab 69 Hasil yang tidak terlalu pahit.
70
Bab 70 Apa yang sebenarnya terjadi?
71
Bab 18 Siapa kau sebenarnya? (Remake)
72
Bab 19 Hanya ingin memastikan sesuatu (Remake)
73
Bab 20 Alat pelacak terbaru (Remake)
74
(Hiatus)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!