Ribuan langkah kaki terdengar serempak, berjalan pada satu arah tak peduli walaupun kabut masih menyelimuti mereka. Mobil-mobil mewah memantau dari atas, terbang bagaikan burung mengintai mangsanya.
Tangan mereka yang mengikuti Raid telah ditanamkan chip bercahaya, sebagai tanda tidak ada yang bisa melarikan diri kemanapun mereka pergi.
Namun, salah satu dari mereka yang mengenakan jubah tidak memiliki chip di tangannya, dengan berpenampilan tertutup---Penyelinapan telah selesai kulakukan. Setelah dimulainya Raid, aku harus mencari lokasi yang aman. Sebentar lagi seharunya Shield akan aktif---Batin Raika, menatap lurus pada sebuah kristal besar. Satu sosok Wanters raksasa terkurung didalamnya, memiliki bentuk seperti singa dengan kepala bison.
Dari pengamatan Raid sebelumnya, Wanters yang terkurung di dalam kristal tidak akan terbangun jika tidak diganggu. Kemudian, saat serangan pertama di lontarkan, Wanters akan mengeluarkan Shield yang sangat luas mengurung semua orang di dalam. Bagi siapa saja yang melewati Shield tubuhnya sudah tak berbentuk.
BERSIAPLAH AMBIL POSISI!
Teriak seseorang dari atas mobil, keras dan menggema. Orang-orang mulai berhamburan menyesuaikan diri dengan jobnya masing-masing. Seorang fighter berupa pedang, tombak, kapak, pedang ganda, di posisikan dekat dengan kristal, untuk Shooter di posisikan jauh sesuai senjata yang mereka gunakan.
Tanpa di ketahui orang lain, Raika berjalan perlahan memposisikan dirinya di balik tumpukan tanah yang dapat menyamarkan dirinya. Menatap orang berpedang besar yang berada di bar, telah siap dengan meriam di hadapannya, juga beberapa meriam lain telah mengelilingi kristal tersebut---Ini adalah kali pertamaku mengikuti Raid. Aku telah memantau dan memperhatikan raid-raid sebelumnya dari jarak jauh. Wanters saat ini adalah Vicuris, memiliki kekuatan listrik dan cendrung agresif saat menyerang ... Baiklah, aku telah mempersiapkan ini cukup lama---batin, menatap lurus pada pria itu yang akan menekan tombol aktif.
BUMM!
Pancaran merah keluar dari meriam, melesat cepat menghantam kristal. Membuat beberapa bongkahan berjatuhan.
Seketika sunyi.
Tak lama setelahnya firasat buruk membekukan mereka semua termasuk Raika, seolah dekat dengan kematian. Kemudian angin berhembus kencang menghilangkan kabut di sekitar.
"Badanku... Bergetar? Kenapa?" gumam Raika merasakan getaran di tangan.
Teriakan orang-orang seketika mengalihkan perhatian Raika, ia terbelalak menyadari Wanters telah menghilang dari kristal.
Dalam sekejap mata, suara guntur memekakkan telinga berbarengan Wanters yang muncul dari kekosongan, membunuh ratusan orang dalam hitungan kurang dari satu detik. Petir emas menggelegar di tubuhnya, serta lolongannya teramat kencang membuat siapa yang tak siap, kehilangan kewarasannya.
Beberapa orang mulai berlarian dengan pucat, seolah tak memiliki harga diri. Namun mereka terlambat, saat sebuah Shield emas menghancurkan tubuh mereka, dan mengurung semuanya yang ada di dalam, dengan jarak yang sangat luas.
Teriakan di dalam Shield semakin menjadi-jadi, karena kebanyakan dari mereka tidak menyaka Wanters itu mengaktifkan Shield sekarang. Raika sendiri sudah mengetahui hal ini akan terjadi mengingat Vicuris telah berkali-kali terusik, jadi kemungkinan luka dari Raid sebelumnya belum pulih yang mengakibatkan Wanters menyerang dengan kemampuan penuhnya.
"Hahahaha... Kalian semua memang bodoh! Hanya demi uang kalian rela melakukan apapun! ... Ini menarik," teriak Devio, dengan gelagat tawa serta tangannya yang menggelitik udara. Posisinya sekarang berada di atas mobil terbang, jauh dari lokasi Shield.
"Hah... Mereka sangat mudah sekali di manfaatkan. Seperti biasa," tambah Nike sambil menghela napas.
Vani tertawa kecil, menatap Wanters yang mengamuk ganas di dalam Shield. "Sekarang, Apa yang akan kau lakukan, Ahusa."
Celia sendiri hanya menatap kosong. Dalam dirinya ia merasakan kegilaan yang entah kenapa mengingatkannya akan suatu tempat, dia tak merasa takut, tapi merasakan kesenangan serta perasaan campur aduk lain. Bahkan ia meneteskan air mata.
Dari sudut pandang Raika, ia hanya bisa menghitung waktu seraya memperhatikan pola pertempuran yang amat hancur, bahkan berkali-kali ia hampir lupa untuk bernapas. Meski begitu kondisi saat ini sudah sesuai rencananya, sisanya menunggu Kristal yang melindungi inti mata semakin retak, serta akses menuju meriam terbuka.
Raika tidak bisa langsung mengambil tindakan, karena semua meriam telah terpakai. Ia mau tidak mau mengorbankan mereka yang berjuang daripada mengambil resiko. Tujuan prioritasnya hanya dua, selamat dari situasi ini, dan mengambil Arcis tingkat 5, dengan begitu kemungkinan bertahan hidup jauh lebih tinggi dengan kekuatan Arcis tingkat 5. Entah kenapa ia ingin terus hidup, meski berkali-kali keinginan untuk mati selalu muncul, Raika hanya mengingat suara, menyuruhnya harus hidup apapun yang terjadi.
"Semua yang kubutuhkan telah siap," gumamnya sambil menyalakan belati, sniper ia taruh di punggung, dan sarung tangan telah ia kenakan.
Raika mengamati sekali lagi---Beberapa meriam telah rusak, ribuan orang telah kehilangan nyawanya ... Hmm.. orang itu ternyata tidak membual, kau berhasil bertahan sejauh ini, sungguh hebat---Batin, sambil memperhatikan pria berpedang besar yang dengan mudahnya menangkis petir, dan memanfaatkan meriam dengan baik.
Namun sepertinya ia sudah tidak bisa mengandalkan siapapun lagi, karena semua yang berada di garis depan hampir tak tersisa---Bertahanlah jika kau bisa---Batin, menatap lurus, setelah menghembuskan napas, Raika menghentakkan kaki, melesat di antara kehancuran tanah menuju meriam rusak.
Inilah kekuatan dari senjata yang ia rakit. Setelah sampai di lokasi meriam, Raika memegangi komponennya tanpa menghentikan langkah. Dalam posisi berlari sebuah hologram muncul, memberikan pesan, "Perbaikan sukses", membuatnya tersenyum.
Ledakan dahsyat kembali terdengar di belakangnya, memperlihatkan meriam sebelumnya yang menjadi baru. Namun, Raika tau kelemahan terbesar dari cara ini adalah, barang akan cepat hancur karena tidak memiliki Arcis.
Itu bukan masalah baginya, Raika terus memacu langkahnya secepat kilat, menyentuh komponen meriam lainnya. Satu.. dua.. tiga.. empat....
Perbaikan sukses, Perbaikan sukses, Perbaikan gagal, perbaikan gagal, perbaikan sukses, perbaikan sukses ...
Raika terus memacu langkahnya tanpa henti. Ledakan meriam memenuhi semua sudut tempat kembali, dan pancarannya menyerbu tepat ke arah Wanters, membuat Vicuris menargetkan apapun secara acak. Pria berpedang sedikit terpana meski mengharuskannya fokus pada percikan listrik, ia melihat siluet biru bergerak dalam kecepatan tinggi meski kurang jelas karena debu.
"Sial! Aku benar-benar tidak mengerti. Bantuan datang? Tidak, tidak mungkin! Mereka telah mati, bahkan para shooter," ucapnya kencang sedikit gugup, sambil menatap hologram yang menampilkan sisa orang-orang di berbagai posisi. 120 Shooter/ 62 Fighter. Mentalnya yang sekeras baja di hadapan Vani, kini hanya menyisakan raut pasrah di wajahnya. Entah apa yang dialami Ahusa.
Vicuris yang terkecohkan, seketika berteriak sekencang-kencangnya; suara yang melebihi batas maksimal telinga manusia, menandakan ia telah berada di Pase paling akhir, dibuktikan juga dengan petirnya yang semakin kuat serta berwarna merah ke emasan.
Raika yang menghentikan langkah dengan terengah-engah, menatapnya dari jarak jauh. Cairan merah keluar dari telinganya serta dari segala sudut mata. Perih, tapi tidak ada cara lain. Itulah yang ia pikirkan.
End bab 4
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments