Air menetes dengan suara nyaring setiap beberapa detik sekali. Genangan di bawahnya bersinar merah-kehitaman dari pantulan langit yang berubah seperti sebelumnya. Tidak ada apapun, kosong hanya di temani kabut yang hampir menutupi semua tempat.
CLAK ...
Setetes air menyadarkan Raika kembali, meski awalnya bingung, dalam sekejap ia mengingat kembali tempat ini---Sekarang ingatanku semakin kuat dari sebelumnya. Sekarang aku tau ini adalah mimpi. Namun, bukankah seharusnya aku melawan Vicuris? ... Ini aneh, kapan aku tertidur? Setahuku pasti ada pemicu yang memindahkan ku ke sini, dan aku tau, pasti ada maksud lain, karena ini bukan pertama kalinya semenjak berada di per kumuhan---Batin, sambil berjalan dan memikirkan sisa-sisa ingatannya di tempat ini, Raika selalu lupa apa yang sudah terjadi saat terbangun.
Raika menghentikan langkahnya, menyadari keanehan pada air yang menggenang kaki. Ketika ia perhatikan, betapa terkejutnya Raika saat air itu naik semakin tinggi yang berarti terdapat gelombang besar di depan.
Dengan sigap, ia hendak berlari ke belakang, tapi kakinya tertahan sesuatu yang membuatnya jatuh. Raika sekali lagi terdiam dalam keadaan tengkurap menatap air, matanya terbelalak karena yang ia kira air ternyata, darah. Raika menoleh ke belakang menyaksikan lebih dari tiga tangan muncul dari bawah memegangi kedua kakinya.
Raika memberontak tidak mempedulikan apapun, seolah mengalami trauma berat. "Tidak... Lepaskan aku! Kumohon lepaskan aku! Tidaaakkk!" teriaknya dengan getaran serta air mata, juga menyadari gelombang darah yang akan menerjang dirinya.
Sekuat apapun ia meminta tolong ataupun berteriak, semua itu terasa percuma. Raika hanya menatap gelombang dengan wajah kusut membiarkan dirinya ditenggelamkan, ia hanya bisa menutup mata.
BRUGHSS
"Huh!" Raika tersentak dalam keadaan berdiri. Sigap, ia memeriksa tubuhnya dari kepala hingga kaki, dan tidak menemukan kejanggalan.
Raika berusaha mencerna apa yang terjadi, dan lagi, ia melupakan kembali. Raika hanya merasakan keanehan pada tubuhnya, kemudahan teralihkan menyadari ia berada di tempat lain---Sebelumnya aku melawan Vicuris kan? ... tapi ini di mana?---Batin, sambil menatap ke sekitar yang di penuhi reruntuhan gedung, bahkan hampir rata.
Raika berjalan menelusuri sepanjang tempat sambil sesekali mengamati sekitarnya. Satu hal yang membuat semua ini janggal adalah, tidak ada Wanters di kota hancur ini---Entah kenapa semua ini terasa dekat denganku, tapi apa aku pernah datang ke lokasi ini? Apakah di distrik 10 ... Tidak! Bukankah di sana sudah hancur akibat serangan Wanters tingkat 6 kalo tak salah---Batin, sambil memegangi lumut di dinding.
Tanpa sengaja, Raika menemukan sebuah gambar anak-anak yang menunjukkan seorang anak kecil bersama orang dewasa yang memegangi bulatan di pundaknya.
Namun, fokus Raika dalam sekejap hilang saat sebuah mobil mewah dari Distrik melintasinya lebih dari satu, menuju arah yang sama. Raika terdiam sejenak, pikirannya memproses dan memproses sampai sebuah ledakan diikuti hembusan angin super kuat menghempaskannya---Ini... Tidak! Tidak mungkin---Batin. Raika langsung bangkit dari jatuh, kemudian berlari sekencang-kencangnya sambil mengaktifkan belati yang langsung menyalurkan Fury mode.
Author --- Fury mode aktif saat seseorang memegangi Ark miliknya.
Raika terus memacu langkahnya, semakin cepat dan cepat, tanpa memedulikan beberapa Wanters yang mulai terlihat, berjalan pada satu arah seolah terpanggil sesuatu.
Di balik gedung, bayangan tentakel raksasa menunjukan dirinya yang terus menjulang tinggi ke atas, diikuti tentakel lainnya---Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin!---Batin, sambil menatap lurus menuju tempat yang lebih tinggi, kemudian lolongan keras terdengar bertepatan dengan Raika yang telah sampai tujuan berbarengan dengan hembusan angin kencang, membuatnya harus menahan dan menutup mata.
Meski ragu, Raika membuka matanya perlahan, menyaksikan sosok kepala kadal raksasa sebesar gunung yang muncul dari tanah dengan puluhan tentakel yang semakin memanjang serta memporak-porandakan sekitarnya.
Beberapa kilasan singkat muncul dalam waktu bersamaan, yang langsung Raika tepis. Namun, semua itu percuma, seolah memaksa masuk dalam ingatannya. Raika berlari ke arah Wanters dalam ke adaan terguncang, ia hanya ingin memastikan sesuatu.
Langkah demi langkah ia pacu, melewati gerombolan Wanters yang mulai mengejarnya. Sepatu yang ia kenakan hancur, dan terlepas akibat diabaikannya rasa sakit. Ia terus bergerak meski tentakel raksasa hendak menjatuhkan diri tepat di jalurnya.
Dengan sekuat tenaga Raika mengaktifkan Fury mode sampai Fase akhir, melompat dan menebaskan belatinya hingga tentakel itu terbelah diikuti belati di tangannya hancur. Raika terus berlari di atas tentakel, tanpa memedulikan apapun sebelum Fury mode sudah tidak aktif.
Uap serta aura di tubuhnya semakin besar, membuatnya merasakan mati rasa. Meski begitu, akhirnya ia sampai di lokasi yang ada di ingatan. Raika terdiam, berdiri di atas gundukan, menatap seorang anak kecil berambut putih dengan mata biru memandangi Wanters sambil mengacungkan satu tangan ke depan.
Tubuh Raika bergetar, menyadari gumpalan energi transparan mengelilingi anak itu yang terhubung langsung dengan Wanters, membuat kakinya tidak napak dengan tanah.
Meski penuh tekanan, Raika menghentakkan kakinya, melesat hendak menyerangnya dengan satu belati yang telah berkobar hitam, tetapi belum juga menyentuh anak itu, waktu seketika berhenti.
"Kau harus hidup Raika." Sebuah suara menyentak dirinya, kemudian bayangan dua orang yang mencekik salah satunya, kembali ia lihat dengan lebih jelas.
"Pa-papa ...."
---
Raika membuka cepat matanya, terlihat kepulan asap memenuhi tempat itu dan ia dalam posisi hampir mencium tanah. Dengan cepat ia membangunkan tubuhnya kemudian memeriksa luka dari kepala, aneh ia merasa rambutnya lebih panjang, hingga tangannya terhenti ketika menyentuh badan, yang tanpa busana.
"A-apa. Kenapa?" gumamnya bingung atas apa yang terjadi pada dirinya. Namun, ia tersadar sedang berada di tempat berasap ini. Dari jauh, meski samar ia melihat tanah yang sangat tinggi mengelilinginya.
Raika juga melirik ke sekitar memastikan apakah ada orang lain selain dirinya. Namun tidak ada siapapun, yang ada hanya kumpulan asap tebal muncul dari tanah bercampur pasir. Anehnya Raika tidak merasakan panas ataupun yang lain---Asapnya tebal, aku hampir tidak bisa melihat apapun. Namun, sejak kapan aku berada di sini? Dan, sepertinya aku memimpikan hal itu kembali, tapi apa?---Batin, sambil mengingat-ingat mimpi yang baru saja ia lupakan lagi.
ADA ORANG DI SANA!
Raika tersentak, saat suara teriakan terdengar dari ujung tanah yang tinggi. Raika bergegas bangun, dan menyadari orang-orang itu berada jauh di atasnya, bahkan dilihat seukuran semut. Namun---Bagaimanan suara mereka bisa sekencang itu? Sekarang bukan waktunya memikirkan itu, aku butuh ban ... Tidak tunggu. Bagaimana jika mereka para Arkers? Dan, aku juga dalam keadaan buruk. Sial! Aku harus mencari cara---Batin, sambil mencari cara untuk meminimalkan resiko yang terjadi.
Dugaan Raika benar, mereka mendekatinya menggunakan kendaraan terbang berbentuk piring, yang berarti mereka adalah Arkers. Namun, mereka semua hampir menggunakan perlengkapan tahan panas.
Cukup lama mencari akhirnya Raika memiliki ide saat melihat kepulan asap yang lebih pekat. Ia berencana menyembunyikan dirinya, kemudian merebut kendaraan salah satu dari mereka.
End bab 6
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments