Jimi baru saja dari toilet ketika ia melihat Ryuna yang berada di belakang Jeri dari kejauhan. Akhir-akhir ini keduanya jadi terlihat dekat, entah apa yang terjadi. Sebenarnya Jimi penasaran apalagi jika ia pikir Jeri lah yang mengganggu Ryuna.
Lelaki itu yakin kedekatan mereka bukan untuk pendekatan seperti yang orang lain sangka. Jika benar Ryuna ada urusan dengan Jeri, ia harus tahu apa itu. Entah bagaimana, karena sebelumnya ia meminta Ryuna menjaga jarak, tapi Jimi akan menemukan cara.
Jeri pergi ke kelasnya, sementara Ryuna bergerak ke arah jurusan IPA.
"Jim? Lagi ngapain?"
Lelaki itu tersentak kaget, ia menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Luna yang menatapnya sambil mengerutkan kening. Lalu, gadis itu menatap ke arah datangnya Ryuna.
"Hah? Oh nggak."
Luna melihatnya dengan tatapan tak percaya.
"Kamu mau kemana? Aku mau masuk kelas," kata Jimi pada gadis itu.
"Oh ... mau ketemu teman, oke."
Jimi tersenyum, ia mengusap lembut puncak kepala Luna. Kemudian lelaki itu berjalan menuju kelasnya hampir berbarengan dengan Ryuna, hanya saja tak jadi karena gadis itu memelankan langkah agar Jimi masuk lebih dulu.
Ryuna baru akan memasuki kelas ketika tiba-tiba Luna memanggilnya. Gadis itu langsung berhenti dan menatap ke arah Luna.
"Iya?"
"Bisa kita ngomong bentar?" ucap Luna.
Kedua mata Ryuna mengerjap. "Bisa."
Biar Ryuna tebak, ini pasti tidak jauh-jauh dengan Jimi. Tapi bukankah seharusnya Luna sudah tahu bahwa ia dan lelaki itu telah saling menjaga jarak?
Sementara di dalam kelas, Jimi yang telah duduk di kursi dan menatap ke arah pintu jadi mengernyit. Tadi Ryuna ada di belakangnya kan? Seharusnya gadis itu sudah masuk kelas, tapi sekarang tidak ada.
Jimi memanjangkan leher. Ia bisa melihat kepala Ryuna dari jendela kelas, gadis itu berjalan mengikuti Luna. Kedua matanya sontak membulat, apa yang akan mereka berdua lakukan?
Lelaki itu kembali berdiri, lalu melangkah keluar kelas. Ia diam-diam memperhatikan Luna dan Ryuna dari kejauhan sambil berusaha untuk tak kehilangan jejak mereka.
Sementara di sisi lain, Ryuna agak deg-degan. Ia tahu Luna baik dan tidak akan melakukan tindakan amoral dan murahan seperti halnya di sinetron-sinetron yang menindas seorang gadis tak bersalah.
Mereka berhenti tepat di ujung balkon jajaran kelas XII IPA. Tepatnya di sisi bangunan Lab Biologi.
"Lun, kalau ini soal Jimi---"
"Gue belum ngomong apa-apa." Luna memotong ucapan Ryuna.
Mereka berdua bertatapan.
"Menurut lo kurang gue dimana, Ryu?" tanya Luna.
"Hah?" Ryuna tentu saja agak kaget mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ia saja tak begitu kenal dekat dengan Luna meski teman dekatnya adalah pacar gadis di depannya ini.
"Apa yang nggak gue miliki tapi lo miliki?" Luna kembali bertanya.
Ryuna mengerjap. "Apa yang sebenarnya mau lo omongin?"
Luna kali ini bersandar di tepi pagar balkon. "Lo sama Jimi gimana?"
"Nggak gimana-gimana. Mungkin lo tahu kalau gue sama dia udah jaga jarak. Itu kan yang lo mau?"
Luna kali ini berbalik, menatap ke bawah namun tatapannya kosong.
"Tapi sejauh apa pun kalian. Dia selalu lihat lo," ucap Luna dengan nada lebih pelan.
"Jimi sayang sama lo, itu sebabnya dia minta gue untuk jaga jarak. Buat ngehargain perasaan lo, Luna," ucap Ryuna.
Luna menggeleng. "Jimi jaga jarak bukan untuk gue, tapi buat lo. Mungkin lo nggak sadar berapa banyak orang yang ngomongin lo karena terlalu dekat sama cowok yang udah punya pacar. Awalnya gue nggak masalah Ryu, gue terima karena kalian temenan, tapi gue benci karena sadar bahwa teman-teman gue benar. Sekeras apa pun gue berusaha, lo yang akan pertama dia lihat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments