Ryuna yang sadar lelaki itu lebih dekat jadi ikut mundur. Entah kenapa merasa takut dengan aura mengintimidasi dari Jeri. Namun Ryuna tetap berusaha tak gentar.
"Kenapa harus satu pilihan kalau bisa lebih?" Ryuna menaikan dagu.
"Karena hidup nggak selalu sebaik itu untuk ngasih banyak pilihan buat lo."
Sejenak, Ryuna agak tertegun dengan ucapan Jeri. Tanpa sadar ia sudah mentok di pintu rooftop.
Jeri mengangkat tangan kanannya dan meletakkan itu di samping kepala Ryuna. Ketika Ryuna hendak pergi ke arah kiri, ia menaikan tangan kirinya hingga Ryuna terkurung. Gadis itu mendongakkan kepala dan menatap kedua mata Jeri tepat.
"Teman-teman sekelas gue nggak suka sama lo Jer," ucap Ryuna.
"Lo ngehindar karena mereka?"
"Gue cuma ..., risi?" jawab Ryuna yang malah terdengar seperti bertanya.
"Jadi lebih penting video lo atau mereka?"
Ryuna tak langsung menjawab, ia malah teralihkan oleh hal lain. "Jer lo bisa mundur kan?"
"Jawab dulu pertanyaan gue."
Gadis itu mencebik. "Iya, tapi lo mundur dulu soalnya napas lo bau."
....
Rasanya ada sesuatu yang menyentil tepat ulu hati Jeri. Apalagi ketika gadis itu menutup hidung dengan sebelah tangannya. Jeri langsung mundur, tak menyangka jika masalah bau mulut akan menyinggungnya.
Sementara Ryuna, ia nyaris tertawa jika saja tidak menahan diri. Napas Jeri memang tercium bau rokok sampai Ryuna tak tahan.
"Jangan ketawa, jawab!" Jeri jadi agak salty.
"Mereka penting, tapi untuk saat ini video gue lebih penting dikit sih," jawab Ryuna.
Lelaki itu berbalik dan melangkah ke arah pembatas rooftop.
"Jer jangan bunuh diri dulu. Entar gue jadi tersangka." Ryuna dengan polosnya menyeletuk.
"Kagak." lelaki itu mengeluarkan permen dari saku celana, membuka bungkusan dan mengemut permennya.
"Gue nggak peduli kalau teman-teman lo nggak suka sama gue," kata Jeri.
"Iya lah, mereka kan teman gue, bukan teman lo," ucap Ryuna.
"Lo juga benci sama gue karena teman-teman lo benci gue?"
Ryuna menggelengkan kepala. "Nggak, childish banget. Gue nggak akan lakuin itu. Soalnya gue punya alasan yang lebih dari cukup dan alasan tersendiri untuk membenci lo."
Kali ini Jeri berbalik. "Perasaan, gue nggak punya dosa ke lo."
Mendengar itu, Ryuna langsung menatap Jeri dengan tatapan tak percaya. "Lo usil, videoin gue diam-diam, terus nyuruh gue jadi babu!" katanya tak terima.
Jeri mengangkat bahu acuh. "Jadi babu kan pilihan lo. Jadi, lo benci gue?"
"Biasa aja, benci sama orang malah nambah penyakit hati," jawab Ryuna.
Lelaki itu hanya diam dan menatap Ryuna selama beberapa saat. "Lo bisa balik."
"Oke." Ryuna sudah berbalik dan akan membuka pintu rooftop.
"Pulang sekolah nanti lo ikut gue."
"Jer? Sumpah?" Ryuna berbalik lagi untuk menatap lelaki itu.
"Gue yakin lo nggak budek."
"Kemana sih Jer?" Ryuna malas.
"Entar juga lo tahu."
"Ck."
Kemudian, Jeri melangkah mendekat ke arah Ryuna, namun ternyata lelaki itu melewatinya. Ia membuka pintu rooftop.
"Kalau lo nyoba kabur, gue bakalan sebar video itu tanpa mikir dua kali," katanya dengan nada mengancam lalu lebih dulu melewati pintu.
Ketika pintu rooftop tertutup, Ryuna mendecak kesal sambil mencak-mencak. Namun ia kaget dan berhenti ketika pintu kembali terbuka hingga Jeri tampak.
Hal yang selanjutnya dilakukan Jeri membuat Ryuna membeku. Lelaki itu menghembuskan napasnya yang hangat ke arah wajah Ryuna.
"Sekarang nggak bau rokok kan?" tanya lelaki itu, lalu tersenyum miring.
Ia kemudian menghilang lagi di balik pintu rooftop. Meninggalkan Ryuna yang terpaku masih mencerna apa yang terjadi, lalu bertanya-tanya maksud tindakan aneh lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments