...***...
Saat ini, Ryuna baru pulang ekskul, ia sampai di depan rumahnya, gadis itu kaget ketika mendengar teriakan sang ibu. Ryuna berhenti di depan pintu dan tetap diam di sana. Suara mereka bahkan terdengar sampai luar.
"Keterlaluan! Kamu pasti puas udah membodohi kami selama ini!"
"Harus aku bilang berapa kali?! Aku ngga selingkuh! Jangan asal tuduh!" sang ayah terdengar tak terima.
"Asal tuduh? Aku bakal kasih bukti kalau aku benar! Penjahat mana yang ngaku kalau dirinya penjahat!"
"Cukup! Kalau kamu nggak percaya, itu urusan kamu. Aku udah muak!"
"Aku lebih muak sama kamu! Pergi aja! Kami di sini bahkan bisa hidup walau kamu nggak ada."
Setelah beberapa saat, Ryuna kaget karena pintu rumah terbuka dan tampaklah ayahnya yang akan keluar. Ia dan pria yang juga tampak kaget karena kehadiran Ryuna itu bertatapan.
Namun, kontak mata mereka terputus ketika Ryuna memutuskan masuk. Sepasang mata kedua orang tuanya mengawasi Ryuna.
"Kalian nggak malu teriak-teriak sampai kedengaran ke luar?" Ryuna tak tahan untuk tak mengeluarkan kata-kata itu.
Ia masih melanjutkan langkah.
"Darimana aja kamu jam segini baru pulang? Harusnya kamu udah pulang dari tadi, jangan sampai kamu ketahuan keluyuran nggak jelas," ucap ayahnya.
Ryuna berhenti. "Ekskul."
"See? Bahkan kamu nggak tahu dia ada ekskul hari ini. Kamu yang bisanya main tuduh," ucap mama Ryuna.
"Itu bukan masalah yang harus kamu besar-besarkan! Apa salahnya khawatir sama anak sendiri?" balas ayah Ryuna.
"Stop! Aku tahu kalian pernah bilang jangan ikut campur sama masalah kalian. Tapi kalian nggak capek? Berisik, aku mohon, cukup. Untung tetangga di sini kayaknya nggak suka julidin urusan rumah tangga orang lain."
Ia kembali melanjutkan langkah, berlalu begitu saja dan masuk ke kamarnya. Di dalam kamar, Ryuna berhenti dan berdiri di balik pintu.
"Ini semua karena kamu. Ryuna pasti malu orang tuanya bertengkar terus." suara ayahnya kembali terdengar.
"Oh masih di sini? Nggak jadi keluar? Sekarang kamu mikirin Ryuna? Jadiin dia alasan? Seharusnya kamu mikirin aku dan dia sebelum memutuskan melirik wanita lain!"
"Jangan sembarangan! Jaga omongan kamu!" suara sang ayah semakin meninggi.
"Sembarangan apanya, mentang-mentang kamu di tempat jauh terus kamu pikir aku nggak bakal tahu hah?!"
Ryuna mengeluarkan smartphone dari saku celana olahraganya, lalu menyalakan musik dari ponsel dan menambahkan volumenya sampai full.
Tapi itu tak meredam apa pun. Pertengkaran masih berlanjut. Jari jemari Ryuna bergerak pada salah satu kontak WA, ia ingin mengirimkan pesan.
Namun, baru mengetik kata 'Kak', Ryuna berhenti. Jarinya seolah tertahan dan beberapa detik berikutnya, ia menghapus pesan itu. Kakaknya mungkin sedang sibuk. Ia hanya menatap kosong pada layar smartphone walau telinganya mendengarkan pertengkaran sang ayah dan sang ibu yang masih berlanjut. Itu baru berhenti ketika ia mendengar ayahnya keluar rumah, ibunya sempat berteriak kesal.
Lalu tak ada lagi percakapan. Ryuna dapat mendengar jelas lagu yang ia putar.
Namun tak lama, suara lain terdengar membuat pertahanan yang Ryuna bangun sedari tadi mulai runtuh.
Tangis ibunya.
Ryuna jatuh, meluruh terduduk di atas lantai. Air matanya perlahan menelusuri pipi, bermuara di dagu lalu jatuh terserap oleh celana olahraga yang ia pakai, seolah tak pernah ada. Bahkan jejaknya pun akan tersapu, hanya tersisa luka yang semakin menggerogoti hati Ryuna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
anggita
hadiah iklan☝+ikut ng👍like aja. moga lancar novelnya.
2024-08-31
1