Chapter 9

Ryuna sampai di rumah cukup sore, sekitar pukul setengah lima. Sang ayah terlihat keluar dari kamar, tapi hanya sekilas menatapnya, kemudian berlalu ke arah dapur. Ia tak tahu ibunya di mana. Setidaknya Ryuna agak merasa tenang karena tidak ada pertengkaran seperti biasanya saat ini. Gadis itu tak berharap terlalu jauh untuk disambut, ketenangan saja cukup.

Tapi setelah beberapa saat, Ryuna melihat ibunya dari arah dapur. Wanita itu menatap ke arahnya. "Ryuna kenapa baru pulang? Udah makan?"

"Iya tadi ada kerja kelompok dulu. Udah, Ma." Ryuna sepenuhnya berbohong.

Ia hanya tak mau ditanyai lebih lanjut jika mengatakan yang sebenarnya.

"Oh ... Iya, kalau kamu masih lapar, mama udah masak tadi, lauknya kalau dingin bisa kamu angetin lagi."

Ibunya tersenyum, kemudian berlalu ke arah suatu ruangan. Kamar lain yang Ryuna tahu itu bukan kamar yang biasa ditempati ibunya. Kamar yang berbeda dari kamar saat ayahnya keluar tadi.

Ryuna menghela napas, ia melangkah menuju kamarnya. Sampai di sana, gadis itu duduk di atas ranjang. Kepala Ryuna tertunduk, ia bisa melihat telapak tangannya dan plester luka yang menutupi goresan luka.

Meskipun luka itu tak terlalu parah, tapi cukup perih.

***

Di tempat lain, Jeri telah memasuki rumahnya. Lelaki itu saat ini menaiki tangga menuju lantai dua.

"Jeri, pulang darimana kamu?" tanya salah seorang wanita dari arah ruang tengah, sebelumnya ia dari dapur.

Lelaki itu langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara. "Rumah teman," jawab Jeri.

"Ngapain? Jangan kebanyakan main, kamu harus banyak belajar supaya bisa masuk universitas."

"Iya," ucap lelaki itu pasrah.

"Jangan cuma iya-iya aja. Lagian ini juga buat masa depan kamu."

Jeri menghela napas pelan. "Kita udah sepakat Ma, selama nilai aku bagus aku boleh main sepuasnya."

Wanita itu melengos. "Iya."

Jeri melanjutkan langkah untuk pergi ke kamarnya, ia melemparkan tas ke atas ranjang lalu rebahan di atas sofa. Hari ini berjalan baik, tidak ada hal yang mengubah moodnya.

Ia tiba-tiba teringat kejadian di lapangan tadi ketika Ryuna menghalangi bola yang akan melesat ke arahnya.

Sekarang ..., gadis itu sedang apa?

Jeri mengerjap, untuk apa ia peduli Ryuna sedang apa? Lelaki itu bangun dari tidurannya dan mengubah posisi menjadi duduk. Tapi sekarang Ryuna adalah "mainan" barunya, tidak ada yang salah dengan tiba-tiba ingat gadis itu atau merencanakan sesuatu untuk mengusilinya. Namun saat ini mungkin ia harus melakukan aktivitas lain seperti segera mandi misalnya.

***

Goresan tinta tercetak jelas di atas sebuah kertas. Ada berbagai macam angka dan huruf terpampang di sana. Malam ini, Ryuna sedang mengerjakan tugas.

"Delapan dikali enam ..., delapan dikali lima jadi empat puluh berarti ditambah delapan hasilnya empat puluh delapan."

Ryuna menulis hasil dari jawaban yang pengerjaannya cukup panjang.

"Lah bego, belibet." gadis itu merutuki dirinya sendiri.

Selesai dengan jawaban salah satu soal, Ryuna menaruh bolpoin, ia mengambil camilan dari kemasan yang sudah terbuka dan memakannya. Lalu mengambil bolpoin lagi untuk lanjut mengerjakan soal.

Smartphone Ryuna yang berada di atas meja belajarnya tiba-tiba bergetar, menunjukkan sebuah panggilan dari nomor yang ia beri nama 'Anak Setan'. Ryuna melirik untuk melihat siapa sang penelepon, setelah tahu, ia jadi mendengus.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

kayak nya kehidupan Ryuna dgn Jeri ga jauh beda 🤔

2024-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!