Seorang remaja laki-laki dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya itu sudah hampir setengah jam berdiri didepan Pemakaman tanpa melakukan apapun.
Berkunjung ke makam kedua orang tua bagi orang lain adalah hal yang Paling dinanti-nanti sama halnya dengan Bumi. Hanya saja ia terlalu takut jika mengingat kejadian Paling menyakitkan dihidupkan beberapa tahun lalu. Kejadian yang kini menghantui Pikirannya.
Bumi lelaki itu menarik nafas dan menghembuskannya secara Perlahan. Dengan mencoba menguatkan hatinya Bumi mulai berjalan memasuki Pemakaman dengan langkah Perlahannya.
Langkahmu berhenti tepat disebuah makam dengan nisan bertuliskan Andra Baksara. Bumi kini merasakan telapak tangannya yang begitu dingin. Telapak tangan dinginnya itu menyentuh nisan makam yang mulai kotor berdebu. Sudah hampir satu bulan ia tidak mengunjungi makam ayahnya.
" Assalamualaikum yah " ujar Bumi seraya menatap gundukan tanah di hadapannya dengan tatapan sendu.
" Hehehe. Maaf ya yah, Bumi baru bisa mampirnya sekarang. Soalnya beberapa hari lalu Bumi sibuk kerja, Kan sekarang Bumi sendirian, " Ujar Bumi dengan senyum getir.
Lelaki itu menggigit bibir bawahnya kuat kuat. Menahan Isak tangis yang hendak keluar dari mulutnya. Jika selama ini Bumi yang kalian lihat adalah Bumi yang ceria, namun kali ini Bumi yang biasa kalian lihat tengah menahan tangis dari sebuah luka yang sejak lama ia Pendam sendirian.
" Katanya ayah mau jemput Bumi sekolah, kok malah tidur di sini ? Maafin Bumi yah..." Ujar Bumi sembari terus memandangi makam ayahnya.
" Mungkin kalo saat itu ayah gak jemput Bumi semua nya gak akan kaya gini kan yah ? Ayah gak akan Pergi dan bunda juga gak ikut Pergi. Kalo saat itu ayah... Maaf yah, ini semua salah Bumi,"
Memori ingatan Bumi berputar saat mengingat kejadian beberapa tahun lalu.
......................
Flashback-on 4 tahun lalu
Jam menunjukkan Pukul dua siang. Didepan gerbang sekolah terlihat seorang anak remaja laki laki yang masih mengenakan seragam sekolah smp nya. Ia berdiri tepat di dekat gerbang sembari menengok ke kanan dan ke kiri.
Bumi yang baru masuk SMP itu sedang menunggu jemputan dari ayahnya, karena memang jarak sekolah dari rumahnya cukup jauh.
" Ayah mana ya ? Kok gak Dateng-dateng, biasanya udah di sini," Gumam Bumi seraya terus memandangi jalanan dengan resah.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam yang berhenti tepat dihadapan nya mengalihkan atensi Bumi. Bumi mengerutkan keningnya saat melihat mobil itu nampak tidak asing.
" Tante Olive " ujar Bumi saat melihat Olive turun dari mobil itu dengan seorang anak seumuranya. Siapa lagi kalau bukan Revan.
" Bumi kamu ikut Tante sebentar ya, " ujar Olive dengan suara terdengar begitu rendah.
" Kita mau kemana Tante ? Bumi lagi tunggu ayah, katanya ayah mau jemput Bumi tapi gak Dateng-dateng, " sahut Bumi Penuh tanya.
" Iyah, nanti kita ketemu ayah kamu kok. Bumi ikut Tante sama om ya," Ujar Olive.
" Beneran ketemu ayah " Tanya Bumi tidak yakin.
" Iya, nanti Bumi ketemu ayah di sana. Ayo naik, "
Dengan Perasaan tidak enak Bumi hanya bisa menuruti saja ajakan teman dari ibunya itu. Setelah beberapa waktu, mobil milik Olive dan Bram berhenti tepat di sebuah rumah sakit. Mereka semua turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah sakit.
" Kok kita ke rumah sakit Tante, emangnya ayah ngapain disini," Tanya Bumi dengan Penuh keheranan.
Olive dan Bram saling Pandang satu sama lain. Mereka hanya mampu diam mendengarkan Pertanyaan yang keluar dari mulut Bumi.
" Kita Pasti mau jenguk temen ayah kan, Pasti ayah juga ada di sana," Tanya Bumi dengan wajah Polosnya.
" Nanti kita liat ya " sahut Olive menggandeng tangan Bumi melewati koridor rumah sakit.
Olive dan Bram menghentikan langkahnya didepan sebuah ruangan membuat Bumi semakin dibuat keheranan.
" Ayo masuk " ujar Olive.
Bumi menatap heran ke arah olive dan Bram yang menatapnya berkaca-kaca, namun Pada akhirnya ia mengikuti kata-kata olive. Tangannya bergerak mendorong Pintu di hadapannya. Tepat saat ia membuka Pintunya, yang ia lihat Pertama kali adalah tubuh ayahnya yang terbaring kaku diatas brankar rumah sakit dengan bundanya yang berada disisi brankar terus menangis.
" AYAH "
Bumi berlari menghampiri ayahnya dengan wajah Panik dan bingung.
" B-bunda... Ayah kenapa," Tanya Bumi dengan mata yang mulai berkaca-kaca saat menatap tubuh kaku ayahnya yang Penuh dengan alat rumah sakit.
Annara yang ditanya seperti itu oleh anaknya pun berusaha untuk tetap tegar agar tidak membuat Bumi semakin histeris. Ia menangkup kedua Pipi Bumi dengan mata terus mengeluarkan air mata.
" Bumi Ayah udah gak ada sayang, " ujar Annara terbata-bata.
Deg
Bumi terpaku dengan jantung seperti dihantam ribuan batu saat mendengar ucapan dari bundanya. Wajahnya menunjukan sebuah ketidak Percayaan yang begitu besar. Ini pasti hanya sebuah mimpi bukan ? Ayahnya tidak mungkin Pergi secepat ini.
Mata Polosnya beralih tertuju Pada ayahnya yang terbaring kaku dengan wajah begitu Pucat dan tenang, sebelum akhirnya.
" ENGGAK BUNDA BOHONG " Ujar Bumi menjauhkan tangan bundanya dari Pipinya.
" AYAH BANGUN YAH ! AYAH INI BUMI AYAH! BANGUN AYAH ! HIKS,"
Dengan air mata yang membanjiri Pipinya, Bumi terus menggoyangkan tubuh kaku milik ayahnya. Seolah tidak Percaya dengan apa yang dikatakan oleh bundanya.
" Bumi ayah kecelakaan waktu mau jemput Bumi nak. Ayah udah gak ada, " lirih Annara mencoba menenangkan Putranya yang begitu histeris.
" ENGGAK BUNDA ! AYAH PASTI BANGUN HIKS AYAH GAK MUNGKIN TINGGALIN BUMI ! AYAH UDAH JANJI MAU AJAK BUMI KELILING KOTA NANTI SORE AYAH GAK MUNGKIN INGKAR JANJI KAN YAH?... HIKS, " Ujar Bumi dengan histeris seraya tak henti-hentinya menggoyang tubuh ayahnya.
Annara yang melihat itu hanya bisa terdiam dengan terus mengeluarkan air mata didalam Pelukan Olive sahabatnya yang setia mendampinginya.
" Aku harus apa Liv ? Sekarang Andra udah gak ada, aku sama Bumi harus apa," Lirih Annara.
" Kamu harus kuat Ra, demi Bumi," sahut Olive menenangkan Annara. Dengan tatapan tidak Percaya dan air mata yang terus-menerus keluar dari matanya Bumi yang masih belum menerima kenyataan itu mencoba membangunkan ayahnya.
" Ayah bangun ayah... Hiks... Ayah mau ajak Bumi keliling kota nanti sore kan ? Makanya ayah bangun Hiks. Ayah gak boleh tinggalin Bumi sama bunda. Kalo ayah pergi yang jagain Bumi, yang anterin Bumi sekolah, dan Yang ajarin Bumi main bola siapa,"
Kenyataan tentang kematian ayahnya secara tiba-tiba membuat Bumi seolah tidak Percaya akan semua yang terjadi. Bayangan-bayangan tentang ayahnya semakin membuat Bumi histeris. Ia belum siap dengan semua ini, ia masih butuh sosok ayah dihidupnya, namun Tuhan seolah merenggut kekuatannya begitu saja.
Merasa tidak tega, Bram langsung menarik tubuh Bumi kedalam Pelukannya. Berusaha menenangkan anak yang hancur itu.
" Bumi hey dengerin Om Bram. Bumi harus ikhlas, Bumi harus kuat ya kalo Bumi kaya gini nanti ayah juga sedih, "
" Gak Om ! Bumi gak mau Kenapa tuhan langsung ambil ayah gitu aja ? Ayah salah apa Om ? Bahkan tadi Pagi Bumi sama ayah masih bercanda dan sarapan bareng. Kenapa cepet banget Om," Tanya Bumi di dalam Pelukan Bram.
" ini udah takdir Bumi. Kamu gak boleh salahin tuhan ya, " ujar Bram melepaskan Pelukannya dan menatap tidak tega ke arah Bumi.
Annara yang mulai tenang itu mendekati Bumi yang masih histeris. Ia langsung mendekap tubuh lemah Putranya itu, menumpahkan segala tangisannya.
" Kita harus ikhlas ya, biar ayah bisa tenang di sana," lirih Annara mengusap lembut kepala Bumi
" Hiks...Iya bunda, Bumi ikhlas, "
......................
Bumi tersenyum getir mengingat kejadian itu. Kejadian awal yang mengubah kehidupannya hingga saat ini. Ia kembali menatap makam ayahnya dengan sendu. "
" Bumi mau ke rumah bunda dulu yah. Assalamu'alaikum, " ujar Bumi mengusap lembut nisan ayahnya sebelum akhirnya berjalan meninggalkannya
Kini tujuan Bumi adalah makam bundanya yang berada tidak jauh dari makam ayahnya, hanya berjarak beberapa meter saja.
Cowok dengan jaket yang membaluti seragam sekolahnya itu berhenti dan berjongkok disamping sebuah yang merupakan makam bundanya. Annara begitulah kira-kira tulisan yang terukir dinisan berwarna Putih itu.
Jantung nya berdegup tidak beraturan saat melihat gundukan tanah dihadapannya. Dengan telapak tangan yang semakin dingin dan gemetaran, Bumi mencoba membersihkan nisan bundanya itu.
" Assalamualaikum b-bunda .... " Hanya itu yang mampu Bumi ucapan. Mulutnya seolah terkunci begitu melihat makam bundanya.
Bumi menunduk kepalanya sembari mencengkram kuat lututnya. Hal itu kembali membuat Perasaannya tidak nyaman dan tidak karuan. Ia mengusap wajahnya mencoba menenangkan Perasaannya
" B-bunda, Bumi kangen. Bunda apa kabar di sana Apa bunda bahagia," Lirih Bumi terdengar begitu lembut sembari mengusap nisan itu.
" Bumi sekarang sendiri bunda. Bumi gak sesehat dulu lagi. Tapi Bumi masih kuat kok, Bumi masih kuat buat bertahan lebih lama, "
Mati-Matian Bumi menahan tangisnya agar tidak tumpah begitu saja. Bumi sangat sangat benci jika terlihat begitu lemah seperti saat ini.
" Doain Bumi yah bunda, supaya Bumi kuat disini, meskipun ini sakit banget" ujar Bumi tersenyum getir.
" Oh iya, mulai sekarang ada seorang gadis yang menjadi alasan Bumi untuk bertahan. Namanya Luna bunda, gadis yang menarik Perhatian Bumi Dan gadis yang akan Bumi Perjuangkan, " ujar Bumi dengan senyum manis menceritakan tentang gadis itu.
" Pertanyaan Bumi masih sama Bun. Kenapa bunda ikut Pergi tinggalin Bumi Tapi Bumi gak marah kok sama Bunda. Semoga bunda juga bahagia di sana walupun Bunda Pergi dengan cara yang salah, " lirih Bumi
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
BIO56
aku jadi sedih deh🥺🥺🥺
2024-09-03
0
BIO56
sedih💔💔💔
2024-09-03
0
BIO56
Bumi 😭😭😭
2024-09-03
0