Ep 17

"Suruh dia masuk ruangan saya," perintahnya pada Gala.

"Oh, ya, satu lagi."

"Ya, Non."

"Batalkan semua janji temu untuk hari ini. Mungkin, saya juga tidak akan pergi ke kantor polisi. Nanti saya panggil kamu lagi kalau pertemuan dengan pengacara Clareance sudah selesai," sambungnya, berusaha bersikap wajar di depan asistennya, meski ia kesulitan meredakan detak jantung yang sudah tak beraturan.

Saat Gala sudah keluar dari ruangannya, buru-buru Merryana berjalan ke sudut ruangan, memeriksa penampilannya di depan standing mirror setinggi badannya.

Sudah lima tahun dia tidak melihat Jayden, ini akan menjadi yang pertama. Dan Merryana tak ingin meninggalkan kesan buruk. Kalau dia tak bisa memiliki Jayden saat masih remaja dulu, mungkin inilah saatnya dia mendekati pria tampan itu lagi.

"Ya, masuk," seru Merryana saat pintu ruangannya di ketuk dan di detik berikutnya, seorang pria dengan kemeja off white berpadu jas hitam pekat muncul dari balik pintu, membuat Merryana menahan napas sesaat.

Pria itu pun membuka suara dengan sapaan ringan, Merryana masih tertegun dengan tempatnya berdiri, mengagumi sosok pria yang pesonanya tak berkurang sedikit pun sejak terakhir kali Merryana melihatnya.

"Hai, Jayden. apa kabar? Aku Merryana, teman sekolahmu dulu."

Kedua alis mata Jayden mengerut, matanya menyipit samar, seolah berusaha mengingat. Tapi ....

"Maaf, saya rasa kamu salah orang. Saya tidak pernah punya teman bernama Merryana di sekolah."

Beberapa jam sebelum Jayden menemui Merryana, ia berdebat hebat dengan Rea di rumah perempuan itu.

Rea yang bersikeras tidak ingin melibatkan Jayden lagi dalam permasalahannya, dan Jayden yang tetap keras kepala dengan keinginannya untuk membela sahabatnya.

"Jayden, kamu sudah lupa dengan kesepakatan kita semalam?"ucap Rea berkacak pinggang. Perempuan itu menggelung rambut panjangnya ke atas, sementara tubuhnya yang seksi terekspos sempurna karna ia belum mengganti baju tidurnya.

Baju tidur dengan tali spageti berwarna pink yang panjangnya tak sampai menyentuh lutut. Bahannya yang lembut dan tipis membuat Jayden bisa melihat lekuk tubuh indah Rea tercetak jelas di balik baju tidur itu. Jujur saja, Jayden sempat tidak fokus dengan semua ucapan Rea, yang sejak tadi berusaha membujuknya untuk tidak ikut campur. Pria itu justru membayangkan hal lain yang lebih sensual, yang mungkin bisa ia lakukan berdua dengan Rea di dalam kamar itu.

Tatapannya belum beralih, dari wajah polos Rea yang tetap cantik meski baru saja bangun tidur, hingga berhenti di bagian dadanya yang menyembul. Ada dua titik di sana yang mungkin luput dari perhatian Rea. Dan Jayden bisa menebak dengan mudah, bahwa perempuan itu lupa untuk memakai bra sebelum menemui Jayden tadi pagi.

"Jayden, kamu dengerin aku nggak, sih?" Gerutu Rea yang kini maju satu langkah mendekati Jayden, dan otomatis pria itu mundur satu langkah. Ada aliran aneh yang merayapi tubuhnya saat ia berada di dekat Clareance.

"Astaga, ada apa denganmu, Jayden? Ayolah, fokus! Kamu ke sini bukan untuk mengagumi tubuh indah dan seksi milik Clareance, kamu ingin menolongnya keluar dari masalah!" Pekik suara hati Jayden, membuyarkan lamunannya.

"Kamu tahu, Altan tidak akan pernah setuju kalau aku masih memakai jasamu untuk menyelesaikan masalah ini."

"Dia sudah menghubungimu?" Tanya Jayden yang kembali fokus, dan sedikit melempar pandangan ke arah lain. Dia harus mengenyahkan berbagai pikiran kotor dari dalam kepalanya.

Rea menggeleng. Altan memang belum menghubunginya. Meski Rea berharap sebaliknya. Kenapa justru Jayden yang menghubunginya lebih dulu? Bukankah seharusnya Altan yang lebih perhatian padanya. Tapi, sampai sekarang, Altan sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Jangankan menelpon, mengirim pesan pun tidak. Apa iya dia tidak melihat media sosial? Atau Altan memang pria cuek yang tak peduli dengan pasangannya?

"Kamu mau mengandalkan pria seperti itu?"

"Seperti itu? Maksud kamu apa?" Rea mulai naik darah. Kedua tangannya bersedekap di depan dada, dagunya mendongak menatap Jayden.

"Pria macam apa yang sama sekali tak peduli dengan calon istrinya yang sedang menghadapi masalah sulit? Kalau dia sudah pasang badan untuk membantumu, aku nggak perlu repot-repot datang ke sini, Rea. Tapi nyatanya apa? Calon suami kamu nggak peduli. Iya, kan?"

Bibir Rea terkatup rapat. Ia bahkan tak sanggup membalas ucapan Jayden padanya. Kedua matanya bergerak kiri kanan dengan gelisah, berusaha memikirkan alasan untuk membela Altan.

"Yaaa, mungkin dia lagi sibuk. Jadi nggak sempat nonton berita."

"Sibuk? Kamu pikir itu bisa dijadikan alasan? Sebagai seorang calon suami, seharusnya dia lebih perhatian sama kamu."

Kali ini Rea benar-benar bungkam, wajah cantiknya tertunduk. Tak lagi sanggup menatap wajah Jayden yang merah padam karna amarah.

"Ya sudah, aku mau ketemu dulu sama perempuan yang kamu ajak berkelahi semalam untuk bernegosiasi. Siapa tahu masalah ini bisa terselesaikan baik-baik dan tidak perlu melibatkan proses hukum. Lagipula pernikahanmu semakin dekat, aku nggak mau kamu terlibat masalah dengan kantor polisi. Nama baikmu bisa tercemar nanti," jelas Jayden panjang lebar.

Sementara Rea hanya bisa mengangguk patuh, lalu mengucapkan terima kasih pada sahabatnya itu.

"Oh ya, itu ...." Jayden menunjuk baju tidur Clareance, membuat gadis itu menaikkan sebelah alis.

"Jangan pakai baju seperti itu, kalau Altan datang ke sini menemuimu,"

"Kenapa? Terserah aku dong, mau pakai baju apa saja di depan calon suamiku."

"Masih calon kan? Dia belum sah menjadi calon suamimu. Jangan genit," sembur Jayden sebelum pria itu berbalik meninggalkan Rea yang menatapnya geram.

÷÷÷÷÷

Merryana menyilangkan kaki jenjangnya tepat di hadapan Jayden. Blouse kuning pastel dengan lengan sabrina yang membuat tulang selangkanya terbuka, ia padukan dengan pencil skirt bercorak bunga, membuat tampilannya tampak lebih seksi namun masih terlihat sopan. Dalam hati dia memuji dirinya sendiri karna pagi itu dia tidak salah memilih pakaian. Jadi, dia bisa tampil percaya diri di depan pria yang sudah lama di kagumi.

"Jadi, kamu belum bisa mengingatkanku sama sekali?" Ucap Merryana, sambil memainkan rambut panjangnya yang bergelombang di bagian ujung.

"Kita satu angkatan, loh."

"Oh, ya?" Jayden menatap sekilas. Seolah tidak peduli pada perempuan yang sejak tadi berusaha menarik perhatiannya.

"Jadi, kamu masih mengingatku, meskipun aku tidak ingat sama sekali denganmu," gumam Jayden membuat Merryana sedikit tersinggung.

Perempuan itu sedikit berpaling, membuang napas kasar karna sejak tadi sikap Jayden sangat tidak ramah padanya. Rupanya perempuan itu sama sekali belum berubah. Masih saja menyebalkan. Tapi, justru itulah pesonanya.

Merryana tidak suka dengan pria yang terlalu mudah tergoda, tidak menantang, dan cenderung membosankan.

"Anyway, aku datang ke sini bukan untuk bernostalgia," ucap Jayden setelah beberapa saat terdiam.

"Tentu kamu sudah tahu, kalau aku ke sini sebagai kuasa hukum dari Clareance, seseorang yang terlibat perkelahian denganmu semalam."

Merryana mengangguk pelan. Wajahnya menatap Jayden yang sedang dalam mode serius, membuat perempuan itu tak berkedip. Jayden memang tampan, rahangnya tegas, dan tulang pipinya lebar.

Tidak apa-apa, Merryana tetap suka.

"Jadi, bagaimana? Kamu tetap akan membawa masalah ini kejalur hukum? Meskipun hal itu akan membawa dampak buruk juga buatmu."

Merryana terdiam sesaat, menimang-nimang ucapan Jayden. Sebenarnya, dia juga tidak begitu tertarik memperpanjang masalah dengan Clareance. Hanya saja, dia perlu memberi pelajaran pada gadis itu.

Tapi, setelah Jayden datang menemuinya pagi itu, rasanya tak ada lagi yang dia inginkan selain mencari cara agar dia bisa terus bertemu dengan lelaki itu.

"Baiklah, aku tidak akan membawa masalah ini kejalur hukum. Tapi, tentu saja ada syaratnya."

Jayden tersenyum miring. Dia sudah hafal betul tentang hal seperti ini saat bernegosiasi dengan lawan dari kliennya.

"Apa syaratnya?"

"Hm, pertama bawa Clareance ke sini untuk minta maaf. Dan yang kedua, traktir aku makan malam. Bagaimana? Nggak sulit kan?"

Pria pemilik senyum menggoda itu hanya menghela napas pelan, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Lebih baik kamu jawab sekarang, Jayden. Karna aku nggak punya banyak waktu," desak Merryana tidak sabar.

"Aku terima syarat yang kedua."

"Hanya syarat kedua?"

Jayden mengangguk.

"Iya, karna orang yang seharusnya minta maaf adalah kamu."

"Aku?" Merryana menunjuk dirinya sendiri, seolah ucapan Jayden adalah lelucon.

Episodes
1 Ep 1
2 Ep 2
3 Ep 3
4 Ep 4
5 Ep 5
6 Ep 6
7 Ep 7
8 Ep 8
9 Ep 9
10 Ep 10
11 Ep 11
12 Ep 12
13 Ep 13
14 Ep 14
15 Ep 15
16 Ep 16
17 Ep 17
18 Ep 18
19 Ep 19
20 Ep 20
21 Ep 21
22 Ep 22
23 Ep 23
24 Ep 24
25 Ep 25
26 Ep 26
27 Ep 27
28 Ep 28
29 Ep 29
30 Ep 30
31 Ep 31
32 Ep 32
33 Ep 33
34 Ep 34
35 Ep 35
36 Ep 36
37 Ep 37
38 Ep 38
39 Ep 39
40 Ep 40
41 Ep 41
42 Ep 42
43 Ep 43
44 Ep 44
45 Ep 45
46 Ep 46
47 Ep 47
48 Ep 48
49 Ep 49
50 Ep 50
51 Ep 51
52 Ep 52
53 Ep 53
54 Ep 54
55 Ep 55
56 Ep 56
57 Ep 57
58 Ep 58
59 Ep 59
60 Ep 60
61 Ep 61
62 Ep 62
63 Ep 63
64 Ep 64
65 Ep 65
66 Ep 66
67 Ep 67
68 Ep 68
69 Ep 69
70 Ep 70
71 Ep 71
72 Ep 72
73 Ep 73
74 Ep 74
75 Ep 75
76 Ep 76
77 Ep 77
78 Ep 78
79 Ep 79
80 Ep 80
81 Ep 81
82 Ep 82
83 Ep 83
84 Ep 84
85 Ep 85
86 Ep 86
87 Ep 87
88 Ep 88
89 Ep 89
90 Ep 90
91 Ep 91
92 Ep 92
93 Ep 93
94 Ep 94
95 Ep 95
96 Ep 96
97 Ep 97
98 Ep 98
99 Ep 99
100 Ep 100
101 Ep 101
102 Ep 102
103 Ep 103
104 Ep 104
105 Ep 105
106 Ep 106
107 Ep 107
108 Ep 108
109 Ep 109
110 Ep 110
111 Ep 111
112 Ep 112
113 Ep 113
114 Ep 114
115 Ep 115
116 Ep 116
117 Ep 117
118 Ep 118
119 Ep 119
120 Ep 120
121 Ep 121
122 Ep 122
123 Ep 123
124 Ep 124
125 Ep 125
126 Ep 126
127 Ep 127
128 Ep 128
129 Ep 129
130 Ep 130
131 Ep 131
132 Ep 132
Episodes

Updated 132 Episodes

1
Ep 1
2
Ep 2
3
Ep 3
4
Ep 4
5
Ep 5
6
Ep 6
7
Ep 7
8
Ep 8
9
Ep 9
10
Ep 10
11
Ep 11
12
Ep 12
13
Ep 13
14
Ep 14
15
Ep 15
16
Ep 16
17
Ep 17
18
Ep 18
19
Ep 19
20
Ep 20
21
Ep 21
22
Ep 22
23
Ep 23
24
Ep 24
25
Ep 25
26
Ep 26
27
Ep 27
28
Ep 28
29
Ep 29
30
Ep 30
31
Ep 31
32
Ep 32
33
Ep 33
34
Ep 34
35
Ep 35
36
Ep 36
37
Ep 37
38
Ep 38
39
Ep 39
40
Ep 40
41
Ep 41
42
Ep 42
43
Ep 43
44
Ep 44
45
Ep 45
46
Ep 46
47
Ep 47
48
Ep 48
49
Ep 49
50
Ep 50
51
Ep 51
52
Ep 52
53
Ep 53
54
Ep 54
55
Ep 55
56
Ep 56
57
Ep 57
58
Ep 58
59
Ep 59
60
Ep 60
61
Ep 61
62
Ep 62
63
Ep 63
64
Ep 64
65
Ep 65
66
Ep 66
67
Ep 67
68
Ep 68
69
Ep 69
70
Ep 70
71
Ep 71
72
Ep 72
73
Ep 73
74
Ep 74
75
Ep 75
76
Ep 76
77
Ep 77
78
Ep 78
79
Ep 79
80
Ep 80
81
Ep 81
82
Ep 82
83
Ep 83
84
Ep 84
85
Ep 85
86
Ep 86
87
Ep 87
88
Ep 88
89
Ep 89
90
Ep 90
91
Ep 91
92
Ep 92
93
Ep 93
94
Ep 94
95
Ep 95
96
Ep 96
97
Ep 97
98
Ep 98
99
Ep 99
100
Ep 100
101
Ep 101
102
Ep 102
103
Ep 103
104
Ep 104
105
Ep 105
106
Ep 106
107
Ep 107
108
Ep 108
109
Ep 109
110
Ep 110
111
Ep 111
112
Ep 112
113
Ep 113
114
Ep 114
115
Ep 115
116
Ep 116
117
Ep 117
118
Ep 118
119
Ep 119
120
Ep 120
121
Ep 121
122
Ep 122
123
Ep 123
124
Ep 124
125
Ep 125
126
Ep 126
127
Ep 127
128
Ep 128
129
Ep 129
130
Ep 130
131
Ep 131
132
Ep 132

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!