"Masalahnya kamu sudah siap belum menjadi istri seorang pria yang selalu sibuk seperti dia, dan menghabiskan hidupnya dengannya?" Ucap Benyamin Handoko Aldinaya.
"Menikah itu bukan perkara main-main, loh, Rea. Kalau bisa sekali saja seumur hidup. Jadi, jangan sampai salah pilih. Mantapkan dulu hatimu."
Seketika Rea menoleh meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap lekat papinya.
"Papi meragukan keseriusan kita berdua?"
"Papi nggak bilang begitu," sangkal Benyamin Handoko Aldinaya.
"Hanya saja, menurut papi, kamu terlalu cepat mengambil keputusan."
"Jadi, papi nggak suka kalau Rea menikah dalam waktu dekat?"
"Bukan nggak suka, Rea."
"Tapi, dari kata-kata papi, seolah-olah papi kurang setuju kalau Rea menikah sama dia," gerutu Rea.
"Persiapan pernikahan kita sudah hampir sembilan puluh persen loh, Pap. Kita berdua juga sudah lebih mengenal selama satu setengah bulan. Rea pikir, itu waktu yang cukup untuk mengenal satu sama lain."
Benyamin Handoko Aldinaya mengangguk pelan.
"Apa kamu yakin sudah benar-benar mengenal dia? Calon suami kamu itu? Apa kamu sungguh-sungguh mencintainya? Kamu sudah benar-benar yakin akan melepas masa lajangmu bersamanya?"
Rea berdecak kesal. Rasanya, dia seperti sedang diadili sekarang. Rea tidak pernah menyukai situasi seperti ini, di saat papinya sudah memasang wajah serius dan bertanya-tanya padanya.
"Rea? Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik?"
"Kalau belum, mana mungkin Rea menerima Altan, Mas," sahut Selena yang muncul dari arah belakang. Wanita cantik dan anggun itu baru saja mengurus bunga-bunga di taman halaman rumahnya.
"Mami yakin, Altan itu pria baik dan bertanggung jawab untuk anak kita. Seharusnya kamu memberi restu dengan tulus, bukannya malah berpikiran buruk dan meragukan keseriusan mereka berdua."
"Aku kan cuma tanya. Nggak ada maksud apa-apa," ucap Benyamin Handoko Aldinaya tak mau disalahkan.
"Tapi Papi kayak nggak suka begitu waktu Altan bilang mau menikahi Rea."
"Bukannya nggak suka, Papi hanya berjaga-jaga. Papi nggak mau kamu salah pilih suami. Kalau ada apa-apa bagaimana?"
"Sudahlah, nggak akan ada apa-apa." Selena mengusap pundak suaminya, dan tersenyum penuh arti.
"Benar tuh kata mami. Rea juga yakin kalau Altan bisa menjadi suami yang baik. Karna selama ini, dia juga selalu bersikap sangat baik sama Rea. Dia itu, pria yang sempurna. Rea yakin bisa hidup bahagia bersamanya," sambung Rea dengan senyum lebar.
"Semua laki-laki kalau ada maunya pasti sikapnya menjadi baik, Rea."
"Kok papi bilang begitu," dengus Rea dengan tatapan nggak suka.
"Emang benar, ya. papi tuh mirip banget sama Jayden, kalau ngomong suka nyebelin!"
"Oh, ya? Jadi, aku nyebelin menurut kamu?" Tiba-tiba Jayden muncul dari arah pintu depan, mengejutkan mereka bertiga, terutama Rea."
÷÷÷÷÷
"Hai, Jayden!" Sapa Selena yang tiba-tiba bangkit dan mendekati Jayden. Wanita itu menarik lengan Jayden dan menyuruh pria tampan itu duduk di ruang tengah.
"Kok lama nggak pernah mampir, sih? Lain kali kalau ke sini, pacarnya diajak, dong. Siapa namanya? Sherly? Sisil? Atau ... siapa, Rea?"
"Brigita, Mam," sahut Rea yang sedang di tatap tajam oleh Jayden.
Pria itu tak menyangka kalau Rea menyebar gosip tentang dirinya dan Brigita pada keluarganya. Padahal, dia tak ada hubungan apapun dengan gadis itu. Hanya beberapa kali bertemu dan makan bersama. Itupun karna desakan Mamanya.
"Kenalin dong, sama tante," sahut Selena.
"Sudah ada rencana menikah, belum? Apa mau bareng saja sama Rea?"
"Maaam, sudah, ah." Rea bangkit dari duduknya dan menepuk pundak Jayden pelan.
"Ke atas, yuk. Aku mau ngobrol sama kamu."
Jayden menoleh ke arah Selena sesaat, karna merasa tak enak. Tapi, pria itu kemudian bangkit juga dari duduknya karna di tarik paksa oleh Rea.
"Mau kemana sih kalian? Mami masih mau ngobrol sama Jayden!" Seru Selena, namun Rea sama sekali tak peduli. Gadis itu menggandeng lengan kokoh Jayden, dan membawanya naik ke lantai dua.
"Ada apa lagi, sih? stres mikirin nikahan?" Tebak Jayden setelah mereka sampai di balkon lantai dua, yang terhubung dengan kamar Rea.
Gadis itu mengangguk lesu.
"Seharusnya hari ini aku pergi ke butik untuk fitting baju. Tapi, beberapa hari ini Altan sulit sekali di hubungi. Aneh nggak, sih?"
Jayden terdiam. Tak ingin terlalu banyak berkomentar. takut dia salah omong dan justru membuat Rea semakin resah.
"Sometimes, aku masih nggak percaya kalau sebentar lagi aku akan menikah. Kupikir, aku dan Altan akan menikmati masa-masa pacaran dulu sekitar setahun atau dua tahun. Tapi, dia benar-benar niat banget ngajakin aku nikah cepat-cepat. Bahkan semua hal yang berhubungan sama pernikahan, dia yang urus. Termasuk mencari WO yang cocok dan juga desainer baju pengantin. Dia sudah nyiapin semuanya. Aku merasa, ini semua tuh terlalu sempurna, to good to be true. Ngerti nggak?"
Jayden mengangguk-angguk. Dia paham apa yang dirasakan Rea saat ini. Bukan cuma Rea yang merasa janggal. sebenarnya, Jayden juga merasakan hal yang sama. Meskipun dia tahu, Rea sudah jatuh hati pada Altan. Jadi, apapun yang dia katakan, mungkin tidak berarti apa-apa untuk Rea.
"Perasaanmu sendiri bagaimana? Sudah yakin?"
Rea tiba-tiba menghela napas, raut wajahnya yang tirus seketika tertunduk muram.
"Entahlah, Jayden. Dia itu terlalu baik, terlalu romantis, terlalu sempurna untuk menjadi nyata. Jujur, aku takut. Tapi, kalau aku melepaskannya, apa aku masih bisa mendapatkan pria seperti Altan? Bukankah seharusnya aku bahagia dan merasa beruntung?" Rea menoleh pada Jayden yang menatapnya tanpa berkedip.
Ekspresi wajah pria tampan itu sungguh sulit terbaca. Seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Sesuatu yang membuatnya sulit tidur akhir-akhir ini.
Menurutku, dia yang beruntung karna sudah memilihmu," sahut Jayden sungguh-sungguh. Bahkan, Rea hampir tak percaya Jayden bisa berkata seperti itu tentangnya.
Rea kembali menghela napas, bibir bawahnya tergigit sama.
"Untuk pertama kalinya, aku merasa tidak percaya diri, Jayden. Dia terlalu sempurna untukku. Aku merasa, tidak pantas mendampinginya."
Jayden menatap Rea sekilas, sebelum lelaki itu bangkit dari duduk. Berlutut di hadapan Rea. Kedua tangannya yang besar dan hangat menangkup wajah gadis manis di hadapannya.
"Rea, bahkan kamu pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari dia. Kenapa kamu merasa tidak pantas? Kamu adalah salah satu perempuan paling berharga di dunia ini. You mean everything." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Jayden, terdengar begitu tulus, membuat Rea seketika terkesiap. Di tambah lagi jarak mereka yang begitu dekat, mampu mendebarkan jantung Rea, membuatnya sulit bernapas. Sedangkan tatapan matanya terkunci dengan sorot mata Jayden yang begitu sendu. Sesuatu yang dulu pernah ia kagumi.
"You're so precious to me," lirih Jayden hampir tanpa suara. Hingga di detik kemudian tanpa Rea sadari, tiba-tiba Jayden mendekat, memupus jarak antara mereka berdua. Pria itu memiringkan kepalanya, mengangkat dagu Rea dan menutup bibir gadis itu dengan sebuah ciuman tak terduga.
Kedua mata Rea yang awalnya membelalak kaget, kini terpejam rapat. Merasakan lembut dan manisnya ciuman dari Jayden yang dulu begitu ia dambakan. Rasanya sungguh luar biasa, seperti tak ingin menyudahinya.
÷÷÷÷÷
"Jadi, ini kegiatan calon penerus papa? Mabuk-mabukan dan pulang larut malam?!" Hardik Pedro Bagaskara pada putranya.
Altan berjalan terhuyung dan jatuh terduduk di sofa ruang tengah rumah orang tuanya. Malam itu, dia tidak pulang ke apartemen. Altan takut kalau Zika menunggunya di sana. Jadi, pria itu memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya.
"Papa dengar, kamu belum memecat sekretaris nggak tahu malu itu. Papa juga mendengar kalau dia masih tinggal di apartemen yang kamu belikan untuknya," ucap Pedro dengan wajah geram.
"Hari pernikahanmu semakin dekat, dan kamu belum menyingkirkan perempuan itu?"
Altan menggeram, kedua matanya terpejam menahan pening di kepala.
"Kalau kamu tidak sanggup menyingkirkannya, biar Papa yang bertindak. Tidak sulit bagi Papa membereskan pengganggu seperti dia."
"Jangan, Pa," sergah Altan dengan tatapan memohon.
"Jangan ganggu dia."
"Lantas?! Apa kamu masih mempertahankannya?!"
"Pa ...."
"Singkirkan dia atau kesepakatan kita batal!"
"Kesepakatan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments