"Ngapain aku nikah sama Jayden? Dia saja sudah di jodohin sama perempuan lain."
"Loh, aku pikir kalian berdua ada benih-benih cinta," ucap Hera sambil cekikikan sendiri.
"Ngarang," sungut Rea kesal.
"Aku sama dia cuma teman. Catat, ya! Cuma teman! Nggak ada tuh cinta-cintaan. Dia juga mau nikah kayaknya sama cewek lain."
Hera kembali menatap kaca, dan dia bisa melihat raut wajah kekecewaan saat Rea membicarakan Jayden.
"Kamu yakin nggak ada perasaan apa-apa sama Jayden? Jantung kamu nggak berdebar-debar kalau lagi dekat sama dia?"
"Menurutmu?" Ketus Rea.
"Menurut aku sih, kalian berdua sama-sama saling suka. Cuma gengsi kalian sama besarnya."
"Sok tahu."
"Aku berani taruhan, suatu saat nanti kalian berdua akan bersama."
÷÷÷÷÷
Malam itu, Rea terlihat begitu mempesona dengan mini dress of soulder di atas lutut dengan warna putih gading yang seolah menyatu dengan warna kulitnya, bagian dadanya yang rendah, membuat siluet garis belahan di dada yang membuatnya terlihat begitu seksi.
Kakinya yang jenjang di topang dengan peep to heels, yang memperlihatkan kuku jari kakinya yang mengkilat usai di poles dengan kutek bening.
Rea tak pernah kecewa dengan make up yang di pulas oleh Hera pada wajahnya. Tangan gadis itu seperti sihir yang mampu membuat Rea terlihat begitu cantik namun tetap anggun.
Rea berjalan memasuki lobby hotel sesuai pesan yang Altan kirim padanya. karna pria itu sudah memesan tempat di restoran yang ada di dalam hotel tersebut.
Hampir semua mata manusia yang berada di lobby tersebut tertuju ke arah Clareance. Gadis itu berjalan dengan dagu terangkat seolah sedang berada di atas catwalk. Hingga sebuah suara membuatnya berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.
"Jayden? Ngapain kamu di sini?"
Pria tampan dengan kemeja batik slim fit itu melangkah mendekat, memperhatikan penampilan Rea dari atas ke bawah dengan kening mengerut.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Jayden balik.
"I have a date tonight."
Mata Jayden kembali memicing.
"Pakai baju seperti ini? Sendirian? Mana asisten kamu?" Cecarnya dengan tatapan serius.
"Aku suruh dia pulang," jawab Rea enteng.
"Memangnya kenapa? ada yang salah dengan bajuku?"
Jayden menghela napas, lalu melonggarkan pangkal dasinya. Wajahnya bergerak maju, mendekati telinga Rea.
"Belahan kamu terlalu turun."
"Oh, really?" Rea reflek menunduk ke bawah dan tersenyum.
"Terus kenapa? Ada masalah?"
Seketika Jayden melotot mendengar jawaban Rea yang seolah menantangnya. Kalau saja dia tidak ada janji dengan kliennya, pasti Jayden sudah menyeret Rea pergi dari tempat itu.
"Setidaknya pakailah baju yang lebih sopan. Kamu mau kencan atau open BO?" Dengus Jayden tajam. Pria itu melangkah maju hendak menutupi tubuh Rea dengan jas miliknya. Namun, gadis itu dengan cepat menepis.
"What are you doing?" Marah Clareance, merasa tersinggung dengan komentar pedas dari Jayden.
"Kita cuma teman, Jayden. Jangan terlalu ikut campur dengan urusanku."
"Justru karna kita teman, Rea. Aku mau melindungimu dari pria brengsek seperti Ghavin."
"Altan beda sama Ghavin. Mereka dua orang yang berbeda, Jayden."
Jayden tersenyum sinis, lalu menatap Clareance lekat-lekat.
"Are you sure? Apa kamu yakin Altan berbeda dengan Ghavin."
"Ya, aku yakin," jawab Rea dengan kepala mendongak. Membalas tatapan Jayden padanya.
"So stay away from me. Lebih baik kamu urus urusan kamu sendiri, Jayden," sambung Rea sebelum tubuhnya berbalik hendak meninggalkan pria itu.
Namun, belum sempat kaki Rea melangkah, tangan Jayden sudah lebih dulu mencekalnya. Membuat gadis itu kembali berbalik menghadap ke arah Jayden.
"Apalagi?!" Pekiknya tertahan dengan mata membulat.
"Kamu yakin akan menemui Altan dengan pakaian seperti ini?"
"Why not," belalaknya geram, sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Jayden di pergelangan tangannya.
Namun, tak semudah itu Jayden melepaskan Rea. Hingga seseorang muncul dan menarik Rea menjauh.
"Lepaskan tangan kamu. dia calon istri saya," ucap Altan yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Pria tampan bermata elang itu seketika menatap Jayden dengan penuh kebencian.
Begitu juga dengan Jayden. Rahangnya mengeras, membalas tatapan Altan dengan berani. Seolah menantang pria itu untuk berkelahi demi memperebutkan Rea.
Tapi, Jayden cukup tahu diri. Rea tidak akan suka kalau dia ikut campur dengan urusannya. Jadi, tak ada yang bisa ia lakukan kecuali pergi. Meskipun di dalam hati, dia merasa sangat khawatir saat meninggalkan Rea berdua saja dengan Altan.
÷÷÷÷÷
Sejak Jayden pergi meninggalkan Rea dan Altan di lobby hotel, ia sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang di bicarakan oleh kliennya. Karna pria itu tak bisa berhenti melirik ke arah Rea, yang saat itu duduk tak jauh dari mejanya.
Kebetulan, mereka berada di restoran yang sama. Tempat di mana Rea dan Altan bertemu untuk makan malam romantis berdua.
Melihat Rea yang sejak tadi mengumbar senyum dan terlihat akrab dengan Altan, tentu saja membuat Jayden merasa geram. Entah mengapa, dadanya terasa panas dan bergemuruh. Seperti ada sesuatu yang siap meledak dan menghanguskannya.
Meskipun Jayden berusaha untuk menahan diri dan tetap terlihat tenang, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia sungguh ingin menyeret Rea pergi menjauhi Altan.
Jayden hanya tak ingin gadis cantik dan manis itu terluka lagi. Dia tidak ingin melihat air mata di wajah Clareance seperti saat Ghavin dan pria-pria brengsek lain yang pernah meninggalkannya dulu.
Jayden memang tidak terlalu mengenal Altan secara personal, dia hanya tahu kalau Altan adalah putra dari seorang pebisnis ternama yang merupakan teman akrab Benyamin Handoko Aldinaya, ayah Clareance.
Tapi, dari tatapannya yang penuh nafsu dan caranya memperlakukan Rea, Jayden bisa menilai kalau Altan Bagaskara sama brengseknya seperti Ghavin. Pria yang terlihat terlalu baik dan terlalu sering mengumbar kata-kata manis, biasanya adalah seorang player. Hanya saja, Rea belum menyadarinya.
Entahlah, sepertinya, semua pria yang dekat dengan Rea terlihat brengsek di mata Jayden Biru Atmaga.
"Jadi bagaimana?" Seorang pria yang kini menjadi klien Jayden bertanya, membuat Jayden menoleh dan sedikit terkejut. Karna jujur saja, sejak tadi dia sama sekali tak memperhatikan apa yang orang itu bicarakan.
"Hm, saya akan pelajari dulu kasusnya. Jadi, kita bisa bertemu lagi besok," jawab Jayden diplomatis, lengkap dengan senyum karismatiknya.
"Baik, besok saya akan ke kantor pak Jayden. Hubungi saja sekretaris saya kalau ada sesuatu yang ingin di bicarakan," kata seseorang itu, sebelum bangkit dan menjabat tangan Jayden.
"Terima kasih, pak."
Sesaat sebelum berpamitan, klien Jayden pergi bersama dengan sekretarisnya, meninggalkan pria itu sendirian. Sedangkan Jayden masih belum beranjak dari duduknya. Bahkan, pria pemilik wajah tampan itu memesan segelas red wine untuk menemaninya mengawasi Rea.
Sementara di meja yang di tempati Rea dan Altan, masih penuh dengan hidangan penutup. Mereka berdua sedang membicarakan kehidupan pribadi masing-masing. Saling mengenal satu sama lain, sebelum melangkah terlalu jauh.
"Pria yang bertemu kamu di lobby tadi ...."
"Oh, dia sahabatku," jawab Rea cepat, sebelum Altan berpikir macam-macam.
"Bukankah dia pria yang menemanimu waktu kita bertemu di restoran waktu itu?"
"Hm, iya," angguk Rea, usai mengusap pelan sudut bibirnya yang basah.
"Kita berteman sejak kecil. Dia sudah seperti kakak laki-laki bagiku."
Altan mengangguk paham.
"Aku pikir kalian pernah berkencan."
"Aku? Sama dia?" Rea tertawa ringan, sebelah tangannya terangkat naik menutupi mulutnya yang terbuka karna tertawa.
"Kenapa?" Tanya Altan keheranan.
"Sama sekali nggak pernah. We're just friends, really."
Lagi-lagi Altan mengangguk, namun di dalam hatinya ia berkata lain. Saat ia melihat tatapan Jayden di lobby tadi, jelas sekali terlihat amarah di dalam sorot matanya. Pria itu seperti tidak rela melepas Rea pergi dengan Altan.
"Syukurlah, aku hanya nggak mau menjadi orang ketiga di antara kalian," kekehnya, membuat Rea tersipu malu.
Gadis itu masih tersenyum lebar sebelum tak sengaja ia menoleh dan bersitatap dengan Jayden yang sejak tadi mengawasinya. Seketika itu juga, senyumnya lenyap dari bibir.
Jayden sama sekali tidak mau berpaling. Dia terus menatap Rea hingga gadis itu terasa canggung dan berpaling dengan salah tingkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments