🌷biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab agar sistem bisa melakukan penilaian retensi pembaca, dimohon kerjasamanya 🌷
...----------------...
Acara sudah bergulir. Saat sambutan rektor, pintu depan terlihat terbuka sedikit. Seorang panitia terlihat berjalan lebih dahulu kemudian berbalik, tampak sedang berbicara dengan orang yang berada di balik pintu.
Anton tersenyum lega. Benar kata Pak Indra, Nainai datang terlambat. Anton memutar tubuhnya lagi menghadap ke depan. Hatinya menghangat. Nainai sudah datang.
Saat rektor menyebut namanya sebagai pemenang pertama sayembara arsitektur yang diselenggarakan B Group, seluruh hadirin bertepuk tangan.
Lampu sorot menyinari kursinya. Dia berdiri, membungkuk hormat ke arah rektor dan ke deretan kursi dekan dan dosen lalu melambaikan tangan dan membungkukkan diri lagi ke arah para wisudawan dan orangtua wisudawan.
Matanya melirik barisan kursi VIP orangtua wisudawan. Kursi Nainai kosong. Nainai tidak datang.
Tangannya meraba dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Rasa sebak membuatnya tercekat. Dia segera duduk. Masih meraba dadanya. Menatap kursi kosong di deretan VIP dengan tatapan nanar. Nainai tidak datang.
Sebuah kenyataan terasa menghantam keras kepalanya. Nainai sekarang tidak sama dengan Nainai yang dulu.
Nainai sekarang terpenjara dalam panti wreda. Semua aset miliknya dirampas anak bungsunya.
Bagaimana Nainai bisa hadir tanpa supir dan mobilnya?
Bagaimana Nainai bisa hadir tanpa ketahuan anak bungsunya yang menempatkan orang-orang bayarannya untuk memata-matai kegiatan Nainai.
Perih. Itu yang dirasakan Anton. Disaat teman-temannya datang bersama kedua orangtua ataupun keluarganya, dia seorang diri di sini. Sendirian di tengah keramaian.
Mengusap hidungnya dan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh dengan menatap lampu-lampu sorot panggung yang di pasang tinggi hampir menyentuh plafon balairung.
Teman di sampingnya, sesama lulusan cumlaude dari jurusan Geodesi menyentuh lengannya.
“Ton, Lu udah dipanggil ke atas panggung. Sambutan mewakili kita-kita.”
Teman di sebelah kanannya menepuk-nepuk punggungnya memberi kekuatan.
“Jangan gugup, Ton. Anggap saja semuanya gak ada. Lu lagi latihan pidato depan cermin.”
Anton mengangguk. Ada atau tidak ada Nainai, tanggung jawabnya sebagai pengemban wakil wisudawan terbaik harus tetap dijalankan. Integritas.
Anton berjalan ke atas panggung. Menoleh pada kursi kosong di bangku VIP. Beristigfar tiga kali lalu menghembuskan nafas panjang.
Anton menerima ucapan selamat dari Rektor setelah Rektor mengubah arah untaian tali tasel pada ujung toganya.
“Selamat ya. Terimakasih banyak kamu sudah mengharumkan universitas kita ini. Semoga ilmu kamu bermanfaat bagi kamu, keluarga dan juga bangsa serta negara.”
“Terimakasih banyak, Pak.”
Anton berjalan ke arah Dekan yang memberinya silinder dilapisi beludru warna biru dongker dengan logo dan nama universitasnya.
Ucapan Dekan sama dengan kalimat Rektor.
Kepala Jurusan memberikan selempang cumlaude yang dipakaikan ke tubuh Anton.
“Selamat, kamu lulus menjadi lulusan terbaik. Kamu juga pemenang sayembara arsitektur bergengsi. Selamat juga bahwa kamu telah hijrah. Semoga istiqomah.”
Anton memeluk Kepala Jurusan Arsitektur. Air matanya menetes tak terbendung.
“Tidak apa-apa. Kamu tidak sendiri. Kamu punya kami yang peduli kepada kamu. Masa depan cerah menantimu, Ton. Saya dengar, kamu sudah direkrut oleh B Group,” Kepala Jurusan menepuk-nepuk punggung Anton, “Sekarang, kami menunggu speech dari kamu. Ayo Ton, kamu bisa.”
Seorang dosen perempuan mengangsurkan tisu ke Anton. Anton mengambil beberapa, memasukkannya ke dalam kantong jubah wisudanya.
Panitia mengarahkan Anton ke podium. Anton menatap ke seluruh hadirin. Dilihatnya CEO B Group dan Sekretarisnya melambaikan tangannya ke arahnya. Memberi semangat.
Anton menatap kursi kosong di barisan VIP lagi.
Anton berdehem. Menegakkan posisi mikrofon agar pas dengan mulutnya. Dia berdehem sekali. Kemudian menatap semua yang hadir di ruangan itu.
Dia mengucap basmalah lalu mengucap salam. Kemudian mengucap terimakasih kepada Rektor, para Dekan, para Kajur dan para dosen. Juga kepada para tamu undangan, para orangtua wisudawan juga teman-teman wisudawan dan para adik tingkat.
“Saya, Anton Nicholas Akbar, mendedikasikan seluruh hal-hal yang berkaitan dengan akademisi, seluruh medali keikutsertaan dengan berbagai sayembara yang saya ikut hanya untuk seorang wanita yang sangat istimewa bagi saya. Sayangnya, karena keterbatasannya, Beliau tidak dapat menghadiri hari yang bersejarah bagi saya meskipun saya tahu Beliau sangat ingin hadir di sini menyaksikan saya dengan toga, jubah wisuda dan dengan selempang cumlaude.”
“Kepada Nainai atau Nenek saya, yang seharusnya menempati kursi kosong di barisan VIP, saya persembahkan ini semua untuk Nainai. Anton akan selalu menyayangi Nainai. Sepenuh hati dan tanpa syarat.”
Anton bergeser dari podium. Lalu membungkukkan tubuhnya ke arah hadirin.
Hadirin bertepuk tangan.
“Terimakasih kepada Papa dan Mama, tanpa kalian, saya tidak mungkin hadir di dunia ini. Terimakasih juga kepada kedua kakak saya, kita pernah melalui masa-masa yang indah,” Anton tersenyum, “Sayangnya mereka semua tidak hadir di sini.”
Suara dengungan terdengar dari arah hadirin. Beberapa dosen perempuan yang mengetahui kisah Anton menitikkan air mata. Begitu juga dengan teman-teman wisudawan Anton.
“Saya akan selalu mendoakan Papa dan Mama juga kedua kakak saya agar selalu sehat dan diberi perlindungan.”
Sekilas perlakuan manis Damian dan Grace saat Buddy mati terbayang di pelupuk matanya. Membuat tenggorokannya terasa tercekat.
Anton masih berbicara untuk menyemangati adik-adik tingkatnya, juga kepada teman-teman wisudawannya.
“Jangan merasa ini akhir dari perjuangan kita. Justru ini adalah langkah awal kita untuk menapaki dunia nyata yang seringkali tidak seindah dalam bayangan kita.”
“Akan ada yang berhasil sukses bekerja sesuai bidang ilmunya, ada yang berkarir di luar bidang ilmunya. Tidak mengapa. Selama kita menjalaninya dengan serius dan sepenuh hati, selama itu halal dan baik, insyaa Allah, rizki yang halal akan membawa keberkahan bagi kita semua.”
“Kepada adik-adik tingkat, ayo jangan putus asa. Jangan menyerah saat kita menemui kesulitan. Trust me, judul ataupun tugas akhir yang ditolak dosen pembimbing itu lebih menyakitkan daripada ditolak gebetan.”
Hadirin tertawa.
“Jadi seriuslah saat mengerjakan tugas akhir. Pacarannya rehat dulu.”
Barisan para orangtua wisudawan bertepuk tangan meriah.
“Saya bisa berkata seperti ini karena saya seorang jomblo.”
Semua hadirin bertepuk tangan dan tertawa.
“Tapi bukan jones, jomblo ngenes, ya. Saya nyaman dengan kejombloan saya karena bisa lebih fokus dalam mengerjakan tugas.”
“HIDUP JOMBLO!” seseorang dari arah wisudawan berteriak lantang dangan tangan terkepal di udara, membuat semuanya tertawa.
“Yes!” Anton ikut mengacungkan kepalan tangannya, suara tawa terdengar lagi di dalam balairung GSG.
“Selamat kepada teman-teman sesama wisudawan. Semoga ilmu kita membawa keberkahan kepada kita semua, kepada umat juga kepada bangsa dan negara.”
“Ayo, bersama-sama kita majukan almamater kita.”
Tidak berlama-lama lagi, Anton menyudahi sambutannya.
Acara bergulir sesuai urutan. CEO B Group sebagai tamu undangan juga mendapat kesempatan untuk memberikan sambutan di awal acara.
Banyak teman-teman Anton yang berharap bisa bekerja di B Group. Sebuah perusahaan yang mulai menggeliat di kancah nasional dan kabarnya merambah ke kancah ASEAN.
Saat turun dari panggung, sengaja ia tidak mau lagi melihat ke arah bangku kosong VIP. Ia tidak mau merusak momen kebahagiaannya bersama teman-temannya.
Sesi foto bersama Rektor, para Dekan, para Kajur dan para Dosen selesai.
Anton berjalan menunduk saat melihat teman-temannya terlihat bahagia berfoto bersama keluarga mereka. Berpura-pura sibuk dengan bawaannya yang ditaruh dalam paperbag besar dengan logo dan nama universitasnya.
Tidak ada yang menyambutnya dengan buket bunga seperti wisudawan lainnya. Wisudanya sepi karena tidak ada yang hadir.
Ia tidak menyalahkan Nainai. Dia tahu keterbatasan Nainai. Semisal Pak Ujang menjemput Nainai pun, apakah pihak panti akan memberi Nainai ijin untuk menghadiri acaranya?
Sedangkan orang yang sedang berkuasa di Keluarga Wijaya melarang keras siapapun dari Marga Wijaya boleh berhubungan lagi dengannya.
Dia terbuang. Dia ternista bagi Keluarga Wijaya. Dia terlarang bagi klan Wijaya.
Dia yang berjalan menunduk, tidak sadar menabrak orang di depannya. Dua buah buket bunga besar yang berasal dari florist mahal disodorkan ke arahnya.
“Selamat ya. Jomblo fisabilillah yang menjadi lulusan cumlaude universitas ini,” Indra tersenyum lebar.
“Selamat juga kepada kru baru B Group. Semoga betah di B Group dan tidak tergoda menyeberang ke perusahaan lain,” Bramasta terkekeh.
Anton ternganga. Tidak menyangka mendapat sambutan yang luar biasa dari dua orang berkelas di depannya.
Matanya terasa panas. Terasa ada genangan hangat di matanya.
“Hey, jangan menangis. Kamu sudah kami anggap sebagai adik kami, Ton,” Indra menyenggol lengan Anton dengan sikunya.
“Terima dulu dong buket bunganya. Pegel nih meganginnya,” CEO muda yang baru saja wajahnya menghiasi majalah ekonomi itu tersenyum menatap Anton.
Anton mengangguk. Mengusap cepat matanya dengan punggung tangannya.
“Terimakasih. Terimakasih banyak,” Anton membungkukkan dirinya.
“Gak usah seperti itu. Kamu adik kami. Si Bungsu.”
“Ayo kita ke foto booth yang sudah disediakan panitia. Mumpung sudah sepi tidak seramai tadi. Kalau wisudawan lain berfoto bersama anggota keluarganya dengan gaya yang seragam, kita beda,” seloroh Indra.
“Memang kita bagaimana?” tanya Anton.
“Gaya jomblo dong. Jomblo mah bebas!” Indra tertawa diikuti keduanya.
.
🌷
*bersambung*
🌷
Kalau membaca kisah para mualaf itu seringkali jadi terharu.
Beberapa orang yang Author kenal adalah mualaf. Melihat perjuangan mereka untuk tetap istiqomah itu luar biasa. Apalagi bila keluarganya tidak menerimanya lagi. Istilahnya, dicoret dari KK.
Anton tidak marah kepada Nainai. Dia tahu, Nainai pasti ingin sekali datang di acara wisudanya.
Bab ini tentang kedekatan Anton dengan Bramasta dan Indra ya.
🌷
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌺❤🖤🤍💚🌺
Selalu. do'akan kebaikan untuk negeri ini yang sedang tidak baik-baik saja 🙏🏼🌷
💙🔵🔵🔵🔵🔵💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Tri Yoga Pratiwi
sehat sehat nainai, biar bisa liat Anton menikah, punya anak 🥺
2024-08-30
1
stnk
q juga suka baca atau nonton tentang para mualaf...dan itu sungguh mengharukan ,betapa perjuangan utk tetap Di jln Allah itu sangat banyak tantangannya...
2024-08-29
1
stnk
jomblo aja bangga.../Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-08-29
1