🌷biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab, dimohon kerjasamanya 🌷
...----------------...
BANDUNG, 3 TAHUN KEMUDIAN
ANTON, 6 TAHUN
“Anton?” Lisbeth Huang atau Lisbeth Wijaya menatap heran pada anak kecil tampan di depannya yang berdiri merapat pada kusen pintu, “Ada apa?”
Anton menggeleng. Tubuhnya semakin merapat pada tembok.
“Ah... Mereka semua meninggalkan kamu orang?” Lisbeth mendatanginya.
Anton mengangguk. Matanya berkilau karena air mata yang tertahan.
“Kemari...”
Anton mendekat. Lisbeth Wijaya langsung memeluknya.
Airmata yang sejak tadi ditahannya tumpah. Isakannya keras, bahunya berguncang. Menangis tergugu dalam pelukan Nainai_Nenek_nya.
“Sudah.. Tidak apa-apa. Mereka semua memang nakal!” Lisbeth Wijaya membelai punggung Anton.
“Mama menyuruh Anton tidur siang,” disela-sela isakannya ia bercerita, “Tapi mereka pergi tanpa Anton...”
“Nanti biar Nainai pukul mereka orang semua!” Lisbeth berusaha menenangkan Anton.
“Jangan Nainai. Jangan pukul mereka...”
“Mereka orang menjahati kamu orang. Kamu orang adalah cucuku..,” Lisbeth Wijaya geram kepada anak dan menantunya.
Berkali-kali ia berpesan untuk menerima kehadiran Anton di tengah keluarga mereka. Menekankan bahwa Anton adalah cucunya. Bagian dari keluarga Wijaya, marga Huang.
Bukan hanya kepada Aguan, anaknya, tetapi juga kepada Anita, istrinya. Juga kepada Paulus dan Sherly, istrinya. Lisbeth Wijaya menekan mereka untuk tidak menceritakan tentang Anton kepada siapapun termasuk kepada anak-anak mereka dan Anton sendiri.
Lisbeth Wijaya mempunyai kekuatan untuk melakukannya. Sebagai komisaris umum di perusahaan yang didirikan oleh mendiang suaminya, Gong Xi Company, keputusan Lisbeth adalah hal yang mutlak.
Tanpa persetujuannya, maka tender ataupun proyek tidak dapat dijalankan. Tanpa persetujuannya, pihak Bank ataupun investor tidak akan mencairkan dana.
Mereka semua menurut tanpa membantah. Begitu pula dengan keluarga besar Huang lainnya.
Cerita Anton yang merupakan adik dari Damian dan Grace mengalir begitu saja. Bahkan Anita selalu berkata kepada Anton dan anak-anaknya bahwa Anton lahir prematur. Lahir begitu saja di ruang tengah, bukan di rumah sakit.
Cerita ajaib yang dipegang Anton hingga besar nanti.
Sayangnya, perlakuan anak-menantu dan cucu-cucu Lisbeth Wijaya terhadap Anton tidak sama saat ada dirinya dan saat tidak ada. Seperti hari ini.
“Sudah ya. Kamu orang berhenti menangis.”
“Tapi Anton sangat ingin pergi ke PRJ, Nai. Mereka bahkan akan menginap di rumah Aline, rumah Om Paul.”
“Nainai punya kejutan untuk kamu orang. Biarkan saja mereka orang tidak ada di sini. Kita orang punya waktu berdua. Hanya kamu orang dan Nainai,” Lisbeth Wijaya mengelap airmata di pipi Anton, “Selamat ulang tahun , Anton Nicholas Wijaya...”
Anton tengadah menatap Nainai yang tersenyum. Nainai menggandeng tangan Anton. Menuntunnya ke ruang kerjanya.
Lisbeth Wijaya membuka laci mejanya. Mengeluarkan sebuah kaleng bundar dengan diameter besar.
Mata Anton berbinar. Penuh antisipasi dan penuh harap menatap kaleng bekas biskuit bundar berwarna biru.
“Nainai sengaja meletakkannya di dalam sini. Koko dan Cicimu nakal. Suka ngoprek meja Nainai.”
Anton tersenyum lebar lalu mengangguk.
Nainai membuka tutup kalengnya.
“Nainai memesannya khusus untukmu. Ini kue kesukaanmu. Kue bulan isi kacang hitam...”
Anton memekik senang sambil bertepuk tangan.
“Ya ampun... Besar sekali!” mengeluarkan suara terkesiap lalu memeluk Nainai, “Kue bulan terbesar yang pernah Anton lihat!”
Lisbeth Wijaya lega. Dia bisa melihat senyum dan binar di mata Anton. Cucu yang sangat ia jaga. Cucunya yang sangat berharga.
Anton terlalu pendiam. Jadi ia selalu dirundung oleh saudara-saudaranya yang lain. Lisbeth Wijaya tahu betul itu.
Dia pernah mendapati luka memar di kaki Anton. Terjatuh dari sepeda katanya saat bermain bersama Damian, Grace dan Aline.
Tapi tukang kebun berkata lain. Seseorang dari mereka memasang tali yang diikatkan, melintang di jalan yang dilalui sepeda roda empat Anton. Mereka bertiga tertawa saat melihat Anton terjatuh. Tetapi Anton tidak menangis.
Pernah juga kedua lengannya memar. Lisbeth Wijaya malam itu mengoleskan minyak tawon pada memar di lengan Anton.
“Kenapa? Siapa yang melakukannya kepada kamu orang?”
Anton tidak menjawab. Dia diam saja.
“Kamu orang tidak mau menceritakannya kepadaku?”
Anton masih terdiam tanpa ekspresi.
“Ini sakit kan? Kamu orang tidak menangis?”
Anton menatap Nainai. Melangkah mendekatinya. Memeluk Nainai lalu meletakkan kepalanya di dada Nainai.
Lisbeth Wijaya menyangka Anton menangis. Tapi nyatanya tidak. Hanya diam sambil memeluknya. Dirinya sendiri yang akhirnya menangis, balas memeluk erat.
“Nainai khawatir, orang yang melukai kamu orang akan merasa bebas menyakiti kamu orang karena kamu orang tidak mau bilang kepada Nainai.”
Pelukan Anton semakin erat. Hingga akhirnya dia tertidur.
Malam itu, Lisbeth Wijaya murka. Dia memanggil anak dan menantunya yang memang tengah berkumpul di rumah Bandung.
Tidak ada yang mau mengaku siapa yang sudah menyakiti Anton hingga kedua lengan atasnya memar parah. Hingga akhirnya, Ia memerintahkan untuk membuka semua rekaman CCTV.
Sherly terekam mencubit dan memukuli lengan Anton dengan tangkai kemoceng di garasi. Penyebabnya, karena Anton tidak memindahkan sepedanya saat mobilnya hendak keluar dari garasi.
Lisbeth Wijaya terenyuh. Anton hanya terdiam tanpa ekspresi saat menerima cubitan dan pukulan yang disertai dengan makian.
“Maafkan saya, Yang Mulia Wang Dwei...,” Lisbeth Wijaya hanya sanggup bergumam dalam hati.
Mulai malam itu, semua nomor rekening dan kartu kredit milik Paulus Wijaya dan istrinya diblokir selama 3 bulan atas perintahnya.
Dia menutup mata dan telinga saat Paulus Wijaya memaki dan memukuli istrinya di dalam kamar. Laki-laki harus bisa mendidik istrinya.
Dia tidak mau mengotori tangannya untuk menghukum Sherly. Hukuman fisik pasti diberikan oleh suaminya sendiri.
Baru hari ini, Lisbeth Wijaya melihat Anton menangis. Menangis karena kecewa. Begitu mendamba ingin diajak ke Jakarta untuk melihat PRJ. Juga menginap di rumah Aline.
Dan baru kali ini juga, Lisbeth Wijaya melihat ekspresi bahagia pada wajah Anton. Binar mata dan senyum lebarnya saat melihat kue ulang tahun sederhana. Kue ulang tahun tanpa krim warna. Kue bulan isi kacang hitam.
Anton sudah meniup lilin putih sisa kemarin malam saat terjadi pemadaman listrik.
“Kamu orang ingin langsung menggigitnya atau dipotong?”
“Dipotong. Kita makan bersama-sama. Anton sayang Nainai. Sayang sekali. Sayang banyak-banyak...,” memeluk Lisbeth Wijaya.
Leher Lisbeth Wijaya tercekat oleh anak yang baru berusia 6 tahun hari ini.
“Kenapa?”
“Karena hanya Nainai yang baik. Hanya Nainai yang sayang.”
Gerimis melanda hatinya. Lisbeth Wijaya merengkuh tubuh kecil Anton.
Tanpa diketahui Lisbeth Wijaya, kelak kenangan hari ini akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagi Anton, sepanjang hidupnya.
.
🌷
*bersambung*
🌷
Lisbeth Wijaya adalah Wanita Naga terkuat. Artinya dia bukan perempuan kebanyakan.
Menjadi Komisaris Utama bukanlah jabatan yang main-main. Semua keluarga Wijaya/Huang tunduk kepadanya.
Anton kecil, memiliki trauma. Tumbuh menjadi pendiam dan tak berekspresi.
Mungkin setelah ini, Anton bisa tumbuh normal seperti anak kecil pada umumnya.
🌷
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌷❤🖤🤍💚🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
ah ..anton kisah hidupmu bikin mewek
2024-12-21
1
himawatidewi satyawira
thor pengen nangis bnyk" nih
2024-12-21
1
stnk
/Sob//Sob//Sob//Sob/ kasihan Anton.
2024-08-19
1