🌺biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab untuk penilaian retensi pembaca, dimohon kerjasamanya 🌺
----------------
Ini kali ke-7nya ia memperbaiki simpul dasi yang ia kenakan. Tangannya memperbaiki rambut depan yang menjuntai ke dahinya. Semenjak ia direkrut oleh B Group, ia memotong pendek rambutnya.
Semasa menjadi mahasiswa, rambutnya panjang. Seringkali hanya diikat cepol begitu saja saat hari gerah di studio.
Salah seorang teman perempuannya pernah iseng mengikatkan rambutnya seperti pendekar-pendekar kung fu yang ada di film-film kung fu kerajaan cina. Membuat para gadis di kampusnya mendadak histeris saat dirinya melintas.
Anton tersenyum mengingat itu semua. Setidaknya saat itu adalah saat-saat menyenangkan ketika butuh catatan perkuliahan yang ia tidak sempat mencatatnya, ia bisa meminjamnya pada teman perempuan di kelas.
Anton tertawa kecil menatap bayangannya di cermin. Hari ini, ia wisuda. Lulus sebagai lulusan terbaik. Ia persembahkan gelar akademik dan gelar kelulusannya hanya untuk Nainai seorang.
Wanita tua yang mencintainya tanpa syarat. Sejak ia kecil. Hingga sekarang. Hanya Nainai yang selalu peduli dan mendukungnya. Bahkan ia sering terheran kenapa Papa dan Mama lebih sering bersikap menjaga jarak dengannya.
Bahkan semenjak ia diusir oleh pamannya, Papa dan Mama tidak berusaha mencari tahu bagaimana kabarnya. Apalagi Koko dan Cicinya, bersikap seolah ia tidak pernah ada di kehidupan mereka.
Semenjak itu juga ia tidak pernah bertukar kabar dengan Aline. Whatsapp-nya diblokir oleh mereka semua.
Pada awalnya ia merasa terbuang. Tetapi teman-temannya menyemangatinya. Teman-temannya yang menuntunnya ke jalan hijrah. Ia tidak akan melupakannya.
“Kamu tidak sendirian, Ton. Masih ada kami. Janji Allah itu pasti, akan ada kemudahan di tengah kesulitan bagi orang-orang yang bersabar dan tawakal, bagi orang-orang yang bersyukur,” begitu nasihat mereka.
Menjadi mualaf itu berat. Terutama ujian menghadapi keluarga. Dirinya tahu betul akan hal itu.
Pak Ujang, Mang Sardi dan Bik Jum sering menemuinya diam-diam. Saat bertemu, mereka selalu membawakannya makanan karena ia pasti akan menolak pemberian uang dari mereka.
Mereka punya tanggungan keluarga yang harus mereka nafkahi. Sedangkan ia masih punya simpanan walau sudah semakin menipis untuk membeli kertas untuk asistensi gambar, membeli kertas kalkir, membeli bahan maket, peralatan gambar, mencetak gambar, memfotokopi ukuran besar hingga membuat blue print. Jurusan arsitektur bukanlah jurusan yang murah.
Dari mereka, Anton mendapat alamat panti wreda tempat Nainai ditempatkan oleh anak-anaknya. Anton selalu menangis mendengar mereka bercerita tentang Nainai yang tidak bahagia di sana.
Mereka juga bercerita tentang kondisi kamar Nainai yang sempit dengan perabotan sederhana. Sementara mereka tahu, betapa kayanya Nainai dengan uang di bank dan di brankas rumah, aset-aset properti Nainai juga perhiasan Nainai.
Perubahan nama sudah ia ajukan kepada pihak kampus. Nama yang tertera di ijazahnya nanti tidak memakai nama Wijaya lagi di belakangnya.
Terpaksa ia menceritakan apa yang terjadi kepada pihak kampus. Ia sudah tidak diperkenankan lagi memakai nama marganya. Sudah dicoret dari daftar keluarga Wijaya.
Untung saja pihak kampus mengerti dan memudahkan urusan pergantian nama. Termasuk juga kepada panitia kompetisi tentang namanya yang harus diubah sebagai salah satu peserta sayembara arsitektur yang diadakan oleh B Group. Semua urusan terasa dimudahkan dan dilancarkan.
Suara pintu kamar kost-nya di ketuk dari luar.
“Assalamu’alaikum, Kak Anton. Taksi onlinenya sudah menunggu di luar. Semoga lancar wisudanya ya, Kak..,” tetangga kost-nya yang dua tingkat berada dibawahnya menyemangatinya.
“Aamiin. Makasih ya Ris.”
“Baju wisuda dan toganya biar Haris yang bawakan, Kak. Wisudawan cumlaude harus mendapat pelayanan istimewa,” Harus tertawa diikuti Anton.
“Terimakasih banyak sudah mau repot-repot.”
“Nanti bantuin saya ya Kak. Ada tugas konstruksi.”
Anton tergelak lalu mengangguk.
“Insyaa Allah. Sepulang wisuda ya.”
Harus mengangguk gembira.
“Alhamdulillah...”
Haris membukakan pintu mobil di depan. Anton masuk ke dalam mobil dengan perasaan berbunga-bunga dan juga gugup. Ia akan diminta untuk memberi sambutan di depan semuanya sebagai perwakilan dari lulusan cumlaude.
Haris menggantungkan jubah hitam wisuda di pegangan di atas jendela mobil.
“Kak, toganya dipangku saja. Takut jatuh nanti rusak.”
“Wisuda, Dek?” driver taksi online tersenyum ke arahnya saat mobil mulai melaju, “Biasanya kalau wisuda datangnya rombongan bersama keluarganya. Adek kok sendirian?”
“Nanti di sana saya bertemu Nenek saya. Maklum anak kost, Pak,” Anton tersenyum lebar, “Beliau mendapat undangan VIP karena saya lulus dengan sangat memuaskan.”
“Masyaa Allah. Semoga ilmunya berkah ya Dek. Buat Adek dan keluarga Adek juga buat masyarakat banyak.”
“Aamiin Yaa Mujibbassalimiin.”
Anton melebihkan pembayaran taksi onlinenya. Dia sedang bahagia. Sangat bahagia. Lagipula dia tidak kekurangan uang lagi sekarang.
Di pelataran gedung serba guna kampus, dia melihat CEO B Group bersama sekretarisnya yang datang bersama. Bramasta Sanjaya dan Indra Kusumawardhani.
Anton tersenyum lebar lalu berlari kecil sambil menenteng jubah wisudanya.
“Assalamu’alaikum,” sapanya.
“Wa'alaikumussalam,” keduanya menjawab bersamaan dan menoleh ke arah suara.
“Masyaa Allah. Kamu keren sekali dengan stelan itu,” Indra menatap Anton takjub.
“Alhamdulillah..,” Anton tersenyum lebar.
“Bagaimana, kamu betah di kost-an?”
“Alhamdulillah,” Anton mengangguk, “Terimakasih banyak Pak Bramasta dan Pak Indra. Tanpa bantuan Anda berdua, saya mungkin masih tinggal di ruangan marbot dan juga kelaparan.”
“Jangan sungkan,” Indra menepuk punggung Anton.
“Nenek kamu jadi datang?” tanya Indra lagi.
“Insyaa Allah. Dua hari yang lalu saat saya memberikan undangannya kepada Beliau, Beliau sangat terharu dan mengatakan akan datang.”
Anton melanjutkan lagi dengan suara tercekat.
“Beliau satu-satunya keluarga yang saya punya sekarang ini.”
Bramasta menepuk pundak Anton.
“Kamu pasti bisa melalui semua ini. Itu kenapa jubah wisudanya belum dipakai?” pria berwajah setengah Eropa dan setengah Pakistan itu menatap jubah wisuda yang disampirkan di lengan Anton.
“Saya ingin bertemu dengan Nainai dulu sebelum memakainya,” Anton tersenyum malu.
“Mungkin Nenek kamu terlambat. Sebaiknya kamu pakai saja jubah wisudanya, Ton. Teman-teman kamu sudah berbaris di sana,” Indra menunjuk kepada teman-temannya yang sudah memakai jubah dan toga juga medali universitas.
“Jangan khawatir, nenek kamu pasti dibantu oleh panitia untuk mencari kursinya,” Bramasta menenangkan.
Anton mengangguk. Matanya menyapu pintu masuk mobil. Berharap melihat Toyota Camry hitam, mobil yang biasa dipakai Nainai ke kantor. Dengan stiker segi enam merah dan emas bertuliskan GongXi pada pojok kanan kaca depannya.
Tidak ada. Bahkan di pelataran parkir pun tidak nampak.
“Teman-teman kamu menunggumu, Ton...,” Indra mengingatkan, “Jangan khawatirkan nenek kamu.”
Anton mengangguk. Dia ragu memakai jubah wisudanya dibantu oleh Indra. Bramasta mengalungkan medali universitas dan memakaikan toga.
“Kamu gak sendiri, Ton. Kamu sudah kami anggap adik kami walau kita baru mengenal beberapa minggu. Tapi serasa sudah lama mengenal kamu,” Bramasta menepuk bahu Anton.
Anton merasa sebak. Matanya terasa panas. Dia memeluk Bramasta lalu memeluk Indra.
Seorang temannya menepuk punggungnya.
“Ton, acaranya sudah mau dimulai. Yuk. Sesuai acara gladi resik kemarin ya. Gak ada perubahan lagi.”
Anton mengangguk. Lalu berlari bersama temannya ke arah barisan wisudawan yang bersiap masuk ke dalam gedung.
Siapa yang menyangka, saat dia sampai di barisan wisudawan jurusan arsitektur, semua temannya bertepuk tangan menyambutnya. Bahkan ada yang melemparkan serpihan konfeti berwarna biru muda dan perak ke arahnya.
Matanya terasa sebak lagi. Hatinya menghangat. Jiwanya terasa penuh. Dia tidak sendirian.
.
🌷
*bersambung*
🌷
Mulai dari bab ini PoV Author beralih ke Anton ya. Tidak ke Lisbeth Wijaya lagi.
Author lebih suka memakai PoV Author daripada PoV tokoh. Dimana tokohnya berganti menjadi “Aku”.
Be strong, Ton.
You are not alone.
🌷
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌷❤🖤🤍💚🌷
Selalu do'akan
kebaikan untuk negeri yang sedang tidak baik-baik saja, Readers
💙🔵🔵🔵🔵🔵🔵💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
siaap thor
2024-12-21
1
stnk
suka banget ceritanya
anton yg mau wisuda dan nungguin nainain tapi q yg ikutan nyesek dan nangis.../Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-08-29
1