Tinjuan menghantam perut Falas, lalu terhempas ke belakang, namun tinjuan dari belakang punggungnya membuatnya terhempas ke depan, sang siluman berhasil membuat Falas tak berdaya untuk membalas, dia dipukul dari depan dan belakang, pun terhempas ke depan dan ke belakang, terus dihajar berkesinambungan tanpa ampun, cepat bagaikan kedipan mata.
Sang gadis yang berlari di hutan, terus berlari tanpa mau melihat ke belakang, entah ia melewati jalan yang benar atau tidak, setidaknya Nurvati berhasil kabur. Hutan bambu ini bukan hanya menyesatkan para Siluman, para Peri pun bisa tersesat bila tak melewati hutan dengan cara terbang. Namun kegundahan membawa Nurvati terus menerjang masuk ke dalam hutan.
Di udara yang menghangat, langit yang mulai jingga, awan-awan yang mulai bertumpuk, dan waktu yang berputar dalam realitas, masih belum menghentikan pukulan bertubi-tubi yang dilakukan sang siluman.
Falas yang mulai lemah hanya mampu pasrah karena energinya mulai berkurang, kekuatan perisai serta kecepatan suara yang sempat digunakannya adalah faktor utama yang paling menguras tenaga. Meski begitu, dua bambu ungu tetap digenggamnya erat, menunggu nasib memberi kesempatan untuk membalas.
Konyol dalam kenyataannya, Falas yang tersiksa dalam ketidak-berdayaan memikirkan kondisi Nurvati yang sekarang, agak bimbang kala pikiran terbayang kejadian sebelum ini, tentang Nurvati yang menganggap kejujuran Falas hanyalah dusta, padahal dalam fakta yang tak terbantahkan, Falas bicara jujur tanpa rambang. Dan kini, kenyataan pahit harus memadamkan harapan Falas untuk bercerita; menjelaskan. Semampunya dia berusaha keluar dalam situasi tak menguntungkan ini.
Maka, Falas dengan sedikit tenaga, mengelak ke kiri, sebisa mungkin menghindari pukulan. Hingga sang siluman menyadarinya, yang sayangnya Falas gagal dalam hal ini, dan membentuk celah pada emosi siluman untuk mengakhiri pergulatannya ini dengan bocah itu.
Secepat kilat siluman itu berdiri di belakang punggung Falas, lalu kaki kanannya menginjak punggung Falas, lebih dari itu, kedua tangan sang siluman langsung memegang kedua sayap Falas, berbarengan dengan itu, mulailah siluman macan hitam itu mendorong kaki kanannya ke depan, mendorong tubuh Falas ke depan, sekaligus menarik kedua sayap Falas untuk dipatahkan.
Rasa sakit dari perbuatan sang siluman, membuat Falas berteriak, “AAAAAAAAAAAARRGGGH ...!”
Teriakannya menembus angin, meliputi tempat di sekitarnya, hingga menginvasi pada kedua telinga Nurvati. Dia yang berlari mendengar teriakkan kesakitan temannya, sama sekali tak mengindahkannya, hanya terus berlari demi menyelamatkan diri.
Sang siluman dengan seluruh tenaganya menarik kedua sayap Falas, membuat kedua sayap nuansa putih itu berkepak-kepak kesakitan, dan kaki kanan sang siluman terus mendorong tubuh Falas, membuat gaya dorong kuat-kuat, berharap cepat-cepat sayap Falas patah.
“AAAAAAARRGGH ...!” Falas menahan rasa sakitnya dengan berteriak.
Hingga ke dua tangannya lemas, secara perlahan jemarinya tak mampu lagi menggenggam bambu ungu, lepas dari genggaman dan jatuh ke bawah.
Selang empat detik suara gemeretak muncul dari sayap Falas, lantas suara 'Kretak-Kretak' pun hilang saat sang siluman berhasil mematahkan sayap Falas.
Benar, kini siluman itu berhasil memutuskan sayap sang Peri, hingga secara otomatis, kaki kanan sang siluman yang membuat gaya dorong begitu kuat, sukses menghempaskan Falas jatuh menuju daratan, meluncur cepat terhuyung-huyung hingga terhunjam ke hutan bambu. Berdebam keras, mematahkan bambu-bambu yang tertabrak tubuhnya, tanah retak nan berkepul. Dia telah terkapar tak berdaya, terluka dan lemah.
Kemenangan di depan mata, siluman yang masih memegang ke dua sayap patah Falas, melempar sayap tersebut ke depan, membuangnya sebagai tanda kemenangan. Tetapi tak serta merta ia diam atau pergi, justru, kemenangannya membawa ia pada hasrat utama; melumpuhkan Nurvati.
Buru-buru ia terbang, mata gelapnya memindai hutan bambu lengkap bersama hidungnya yang berusaha menyenguk aroma tubuh Nurvati, melacaknya kalau bisa.
Hari mulai petang, mentari mulai kembali pada peraduannya, Nurvati yang gelisah berlari tanpa lelah berniat keluar hutan, berlari penuh waspada.
Tak ia pikirkan keadaan Falas, tak juga berempati, penting baginya terbebas dari siluman gila itu, bahkan dalam kemelut kegelisahannya, ia masih menganggap Falas berdusta, lebih-lebih, ia juga bertanya-tanya dalam hati, mengapa keadaan menjadi lebih rumit dan mengerikan, yang entah dari mana siluman itu muncul, berhasil mengubah suasana menjadi seperti kematian.
Nyatanya, aroma hutan bambu ungu ini membuat penciuman sang siluman menjadi tak berguna, meski demikian, netra gelap sang siluman macan, sukses menangkap visual gadis yang berlari tunggang langgang itu. Membuatnya meluncur semakin cepat, terbang di atas hutan bambu setinggi lima meteran, dengan ke empat tangan yang membentuk bola cahaya hijau, bersiap melumpuhkan Nurvati.
Di sisi lain, Nurvati belum menyadari kehadiran sang siluman, kakinya tanpa pegal berlari sekuat tenaga.
Dari tangan kanan siluman macan, bola cahaya telah bersinar sempurna, maka dia tembakkan bola cahaya tersebut tepat ke arah Nurvati, melesat dan meledak menghancurkan bambu-bambu di sekitarnya, namun untung bagi Nurvati, —kesadaran akan kehadiran siluman itu muncul saat bola cahaya telah terbentuk— dia masih mampu melakukan salto ke depan, menghindari radiasi ledakan, dan berlari tunggang langgang.
Belum selesai di situ saja, siluman itu mulai melemparkan bola cahaya yang kedua, menembakkan pada Nurvati, dan suara 'Duar' mengisi ketegangan di hutan bambu, memorak-porandakan bambu yang terdampak ledakan.
Nurvati melompat ke depan, berhasil lagi menghindari ledakan, meski sedikit terhuyung-huyung dia sanggup bertahan kabur.
Tak butuh waktu lama, siluman macan melemparkan bola cahaya ke tiga. Tetapi sedetik kemudian dia pun melemparkan bola cahaya yang terakhir ke arah Nurvati, menembaknya secepat dia bisa.
Jelas, bola ke tiga melesat cepat, lantas meledak kala menyentuh dedaunan bambu, meluluh-lantakkan pohon-pohon bambu.
Nurvati melompat lagi dengan terhuyung-huyung, hingga tiba-tiba ledakan dari bola cahaya keempat meledak tepat di tempat Nurvati berpijak, memorak-porandakan bambu-bambu di sekitarnya, mengguncang tanah membentuk kepulan dari asap dan debu.
Netra sang siluman macan terbeliak, berbinar senang, karena sasarannya berhasil dilumpuhkan. Dan benar saja, kala kepulan telah tersingkap, Nurvati telah terbaring dengan darah emas yang membasahi sudut bibirnya, dadanya senak, serta tubuhnya panas, patahan bambu pun mengubur setengah kaki sekaligus tangan Nurvati, matanya menyipit, terpusat pada siluman macan yang melayang di atasnya. Nurvati benar-benar telah gagal untuk kabur.
Kini, udara yang menghangat mulai mendingin, agak jauh dari Nurvati berada, Falas yang terbaring tak berdaya mulai mengumpulkan tenaganya, hingga saat netra birunya menangkap lingkungan sekitar, ia menyadari bahwa dirinya berada di dekat tempat istimewanya; kolam bunga teratai. Dan berkat suara ledakan yang didapat oleh telinganya, membuat ia berinisiatif untuk buru-buru bangkit dari berbaring.
Falas tak rela membiarkan Nurvati diculik oleh siluman gila itu, malah, ia juga tak mungkin membiarkan Nurvati dilukai oleh siluman macan itu.
Perlahan namun pasti, Falas bangkit berdiri, lalu dengan napasnya yang terengah-engah, ia melangkahkan kakinya bukan ke arah Nurvati, justru ia melangkahkan kakinya menuju kolam bunga teratai.
“Haah-haah-haah ...,” napasnya yang mengap-mengap dan kakinya yang sebisa mungkin berjalan dengan cepat.
Langkahnya membuahkan hasil yang diinginkan, kolam bunga teratai masih terjaga baik-baik dengan airnya yang jernih nan segar. Maka dengan agak membungkuk penuh semangat, ia berlari mendekati kolam tersebut, terseok-seok.
Lantas mendeprok di bibir kolam, memandang penuh kagum pada kejernihan airnya, lengkap dengan warna pelangi yang membias pada air, lebih-lebih tempat ini sama sekali tak merasakan dampak apa pun dari pertarungan tadi. Butuh 3 detik Falas memandang air kolam dengan terkesima, sebelum akhirnya, ia memasukkan wajahnya pada air kolam seraya meneguk airnya.
Mula-mula air itu menghilangkan dahaganya, kemudian menyegarkan kembali tubuhnya, hingga saat efeknya mulai menjalar ke punggungnya, sayap Falas yang semula patah, perlahan tumbuh kembali.
Pada dasarnya sayap Peri yang patah memang mampu tumbuh kembali, akan tetapi membutuhkan waktu 24 jam supaya sayap sempurna kembali.
Maka tatkala sayap Falas telah tumbuh kembali, dan tenaga mulai muncul kembali, kali ini ia buru-buru bangkit untuk berdiri, bersama satu kepakan sayap yang kuat, Falas terbang ke udara, melesat secepat mungkin menyelamatkan Nurvati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments