Waktu berlalu dalam lingkup yang tak terasa, kesan sepi nan hampa masih melingkupi jiwa Nurvati.
Nurvati tak lagi bermain di kolam air terjun. Tempat istimewa itu telah ternodai oleh teman-temannya yang menjengkelkan.
kini ia beranjak lebih dalam ke hutan, hingga tak sengaja menemukan sebuah hamparan rerumputan berwarna jingga.
Sejak saat itu, di tengah rerumputan jingga tersebut, Nurvati selalu menyendiri, di bawah sebuah pohon salju, sebuah pohon berdaun putih, dan sangat dingin kala daun itu mulai berguguran.
Nurvati selalu mendeprok di bawah pohon tersebut, hanya demi merasakan kesejukan acap kali daun-daun mulai singgah di kulitnya, hampir setiap hari, Nurvati menyendiri di bawah pohon itu, baik saat bolos sekolah, atau pun setelah pulang sekolah.
Baginya, di antara ratusan
pohon salju, hanya pohon tersebut yang kesejukannya begitu nyaman.
Duduk di sana dalam cipta imajiner demi menemani kesepiannya. Berimajinasi tentang dirinya yang mampu terbang ke Langit Tujuh, atau hanya menganggap embusan angin adalah teman.
Tak ada saudara kandung, tak ada teman, kedua orang tuanya sibuk masing-masing. Sang ayah mengurus pergerakan awan, dan ibunya selalu beriktikaf di rumah.
Dalam alam pikiran kalutnya terus mempertanyakan identitas kediriannya. Tentang mungkinkah Nurvati Peri, atau justru dia jin dari ras lain.
Hampir-hampir pikiran abstainnya mendorong jiwanya untuk meninggalkan alam Peri, tetapi secercah kasih sayang orang tuanya menghentikan niat putus asanya itu.
Orang-orang berbicara seenaknya, namun relung hati menolak untuk membalas secara jahat, orang-orang merendahkan seenaknya, tapi Nurvati tak mampu balik menghina, dan orang tua memintanya untuk mengambil satu cita-cita, tujuannya hanya agar Nurvati kuat bertahan hidup, tetapi secara realitas, hingga kini Nurvati tak memiliki cita-cita. Alasannya; tak akan pernah mengubah takdir.
Beriminggu-minggu, sampai berbulan-bulan, Nurvati selalu berkunjung ke tempat tersebut, menenangkan pikirannya, dan mencari jawaban akan identitas kediriannya. Meski yang muncul hanyalah pertanyaan lagi, Nurvati tak jenuh untuk tahu siapa dirinya.
Namun, tiba disuatu hari, kala ayahnya mengajak ke Kerajaan Awan, atau dengan kata lain, Nurvati diajak menemui pemimpin ras Peri Bangsa Barat. Di alam Peri, terdapat empat bangsa, dan itu sesuai dengan empat arah mata angin, dan setiap bangsa terdapat ratusan kota, lengkap bersama pemandangan alam yang berbeda-beda.
Tak disangka, sang ayah, diperkenankan untuk menemui sang Raja. Sebenarnya ayah Nurvati sendiri selalu mengirim pesan pada Raja Awan, hanya demi menyenangkan anaknya. Dan betapa beruntungnya, setelah seribu pesan dikirim, barulah sang Raja siap menyambut dua rakyatnya.
Nurvati dan ayahnya disambut baik oleh Raja Awan bangsa Barat, lebih dari itu! Keluarga sang Raja, begitu santun menyambut kehadiran Nurvati serta ayahnya. Siang adalah acara dimulai, yaitu, bincang-bincang bersama keluarga kerajaan. Tapi, yang hadir hanyalah, ratu, raja, dan anak perempuannya, sedangkan dua anaknya lagi tak ikut hadir.
Kemegahan istana sang raja tak dapat dijelaskan oleh kata-kata, namun secara spesifik, kerajaan tersebut lima kali lebih luas ketimbang lapangan sepak bola dengan hiasan yang berkilau nan mewah.
Ini adalah pertama kalinya Nurvati diperkenankan masuk ke dalam istana Awan. Gembira dan antusias itulah yang dirasakannya, sampai kesedihannya, terasingkan.
Mereka bincang-bincang santai di sebuah taman. Duduk di kursi mewah memandang taman kupu-kupu. Kupu-kupu di alam Peri berbeda dengan alam Manusia, perbedaan yang paling signifikan ialah corak serta tubuhnya yang bening.
Tapi untuk pertama kalinya, seseorang rela menjadi teman Nurvati, siapa lagi kalau bukan satu-satunya anak perempuan dikerajaan ini, dialah Putri Kerisia, seorang anak bungsu yang seumuran dengan Nurvati.
Dari hari itulah, Nurvati memiliki seorang teman. Putri Kerisia, pada dasarnya memiliki teman, tentu saja temannya banyak, entah karena dia keturunan raja, entah karena dia memang nyaman untuk dijadikan teman, yang jelas temannya sangat banyak. Dan satu hal yang patut disyukuri, Putri Kerisia, tak terpengaruh dengan kondisi aneh Nurvati, dia bahkan mengizinkan Nurvati untuk selalu datang ke kerajaannya.
Tepat sekali, semenjak berteman dengan Putri Kerisia, Nurvati menghabiskan banyak waktunya untuk bermain sekaligus belajar banyak hal bersama Putri Kerisia. Sampai waktu terkesan membius perasaan, tak terasa 20 tahun pertemanan itu terjalin.
Tapi, ketika keakraban telah membentuk kepercayaan, ketika ikatan pertemanan berhasil merenggut kesepian. Ketika itu, mala petaka menimpa Nurvati, teman satu-satunya dalam hidup, berkhianat di depan Nurvati.
Sebuah pernyataan dari sifat asli sang Putri, sukses menjerat pikiran Nurvati pada fakta menyidihkan.
“Aku lebih mulia dari kamu, aku seorang Putri kerajaan, sedangkan engkau, hanyalah rakyat jelata.”
Sejak dulu, ras Peri memang selalu merasa dirinya yang paling mulia, apalagi ditambah memiliki gelar, otomatis, rasa bongak mudah merasuki.
Putri Kerisia hanya menganggap teman untuk mengelabui Nurvati, dengan kata lain, Putri Kerisia berteman hanya demi mendapatkan hati Nurvati, hanya supaya Nurvati mau menjadi budak pribadi Putri Kerisia. Sang Putri rupanya menginginkan pelayan pribadi dengan jarak umur yang dekat, agar tindak tanduk seenaknya, bisa disuap oleh ikatan pertemanan.
Memang tak habis pikir dengan gadis anak Raja Awan itu, kebaikan yang kentara hanyalah tipu muslihat saja.
Kendati Nurvati sudah dapat melihat kebenaran tersebut, ditambah kecurigaan yang memang agak aneh, ketika Putri Kerisia selalu enggan memperkenalkan Nurvati pada teman-temannya, sehingga tak serta merta Nurvati setuju, ada satu alasan kuat membuat Nurvati enggan menjadi babu sang putri; sang putri telah bersikap jahat, dan setiap kejahatan harus ditolak, itulah hukum.
Sebuah penolakan yang dilakukan Nurvati berakibat ancaman bagi Nurvati, bahwa, sang Putri Kerisia tak mau menjadi teman Nurvati, apa bila, Nurvati menolak permintaannya. Sayangnya, ancaman itu tak mengubah keputusan absolut Nurvati. Kejahatan tak bisa diterima, itulah pikir Nurvati.
Dan akhir yang menyakitkan, lagi-lagi menimpa Nurvati, rasa kecewa kembali menyeruak, ikut bersama kesedihan yang meliputi dirinya lagi.
Dia menjauh dari Putri Kerisia, tak lagi berniat untuk hadir di kerajaan sang putri, Nurvati terlanjur sakit hati, dan sekali lagi, kejahatan tak layak diindahkan.
Ada satu hal yang penting! Perbandingan kasta pada alam jin klan Peri dilihat dari tinggi ilmunya.
Dan kembali lagi, Nurvati hidup kesepian, hidup di dunia yang ramai bagaikan sendirian, waktu yang dilalui bersama teman pertamanya, terasa ilusi semata, tetapi berkat ilusi tersebut, Nurvati mendapat pelajaran penting, yaitu, dia tak bisa menilai seseorang lewat penampilan, kedudukan, serta awal pertemuan saja. Ada asas penting untuk menilai seseorang.
Masalah itu pun dipendam dalam diri, tak dibicarakan pada keluarganya, dan tak satu pun masyarakat yang tahu.
Hari-hari nan sunyi, penuh kehampaan dinikmati kembali di bawah pohon salju. Tak ada yang lain kecuali menikmati kesendirian.
Waktu pun berputar bersama musim yang lambat laun berubah, hujan, dinging, panas, hingga bersalju, Nurvati menikmati waktunya untuk menyendiri, selalu duduk di bawah pohon salju.
* * *
Hingga langit merah muda, dan mula-mula dari keindahan perdamaian, lalu berubah menjadi kebencian, karena desas-desus tentang konflik antar ras Peri menyeruak membentuk propaganda, atau pun dogmatik. Mengingat ras Peri merasa tersinggung oleh banyaknya sindiran dari ras lain. Mulai dari ras Peri yang tak layak lagi mempimpin bangsa jin, lalu, ras Peri yang tak lagi mampu terbang ke langit ke tiga; tempat para Malaikat berada. Dan semakin parah, kala ras Peri mulai terhasut oleh hasrat serta rasa ingin dipuji mereka sendiri.
Kepercayaan para ras jin mulai pudar, ras Peri tak lagi mendapat berita-berita penting dari langit, apalagi, adanya jin yang mampu bertemu malaikat tanpa menjadi bagian dari ras Peri.
Alam telah benar-benar berubah, langit dan bumi ikut berubah, dan setiap jiwa ras jin turut berubah, orang-orang menyebut menuju zaman akhir, atau menuju zaman kebenaran, yaitu, setiap makhluk akan dituntun menuju kesempurnaannya, atau dengan kata lain, adanya peradaban baru.
Dan karena ras Peri tak mendapat berita langit yang konkret, sehingga jelas, ras lain mulai berpaling, dan mengandalkan kemampuan sendiri. Dan akan hal itu, ras Peri sudah tak diagungkan lagi.
Namun yang pasti, ras Peri tak mau bila mereka hanya dianggap sebatas penjaga pintu alam gaib semata, hanya menjadi pelayan, itu kini terkesan menjadi penghinaan bagi ras Peri. Padahal ribuan tahun menjaga alam gaib, tak pernah kewajiban tersebut berubah persepektif menjadi hina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like
2020-10-04
0