100 tahun sebelum perang dunia terjadi, di alam Peri yang dalam kedamaian serta beraroma khas, seorang gadis muda berusia 9900 tahun. Iya, itu adalah umur yang terbilang muda bagi seorang gadis dari kalangan jin ras Peri —9 tahun menurut perhitungan manusia— dia tengah memandang air terjun yang mengucur dari awan putih, mendeprok di atas batu berwarna keemasan.
Nurvati memiliki kulit yang senantan nan cerah, gaun nuansa putih bertatahkan permata adalah pakaiannya, kepalanya mirip seperti manusia, hanya saja, wajahnya lebih cerah dengan dua iris ular warna hijau, rambutnya klimis panjang hitam nan pekat dan tergerai hingga ke punggung.
Seminggu sekali adalah waktu yang dimanfaatkan Nurvati demi mengunjungi tempat ini, dilakukannya agar jiwanya menjadi lebih tenang.
Air terjun di kolam pinggir hutan ini memiliki kesegaran yang mampu memulihkan tenaga yang hilang. Siapapun yang meminumnya, pasti tergiur untuk kembali meminumnya.
Pada keindahan air terjun tersebut terdapat pelangi yang melekuk dengan elegan di atasnya, bersama kilauan laksana gugusan bintang yang mungil berjatuhan ke air. Di pinggir kolam air terjun, dihiasi bunga-bunga berwarna-warni, tak luput kupu-kupu hinggap di atas bunga-bunga tersebut.
Nurvati adalah Peri yang tak memiliki sayap, sehingga kawan-kawannya di sekolah acap kali mengejeknya Peri palsu, karena bagaimana pun, seluruh temannya mampu terbang, dan tentunya seluruh ras Peri di alam ini sudah sepatutnya memiliki sayap.
Mereka bisa terbang ke kerajaan langit —itu berada di atas awan bumi Peri— terbilang hebat-hebat seluruh kawan sekolah Nurvati, dalam usia 6000 tahun, mereka telah menguasai tiga tingkat ilmu Cahaya.
Salah satunya, tak terbakar di dalam api, tak juga kepanasan dan mampu menyatu dengan api itu sendiri.
Sedangkan Nurvati, satu tingkat saja belum mampu ia kuasai, sehingga cukup membuatnya frustrasi.
Akan hal itu, rasa kesalnya telah membuatnya mabal dari sekolah hampir setiap hari. Bila pun kembali bersekolah, bentakan, hinaan hingga hukuman selalu ia rasakan acap kali bersekolah.
Bagaimana tidak, Nurvati selalu gagal untuk menguasai sebuah ilmu, itu menjadikannya masih tinggal kelas, sedangkan kawan-kawannya telah berada ditingkat 7 jauh meninggalkan Nurvati.
Udara segar mengalun lembut, Nurvati sampai menarik napas panjang demi menyenguk kesegaran udara hutan ini.
Kedamaian ini nyatanya tak berlangsung lama, karena secara tiba-tiba, dari langit biru nan cerah, muncul tiga gadis Peri yang mendarat ke samping Nurvati. Ini adalah pertanda buruk.
Mereka berdiri dalam jarak empat meteran, rupa mereka mirip dengan Nurvati, hanya saja, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki tubuh mereka lebih cerah ketimbang tubuh Nurvati, hidung lancip, dagu lancip, mata lebar nan tajam layaknya mata ular.
“Oh, jadi kerjaanmu sekarang bermalas-malasan ya?” sindir gadis bermata biru yang berdiri di tengah teman-temannya.
Mereka bertiga berusaha mengejek Nurvati, merendahkan Nurvati, hanya agar Nurvati pergi dari alam Peri ini.
Pada era ini, ras Peri terbilang telah berubah, Iblis, atau ketua dari ras Peri yang pertama, adalah penyebab mental serta pola pikir beberapa klan Peri berubah.
Bukannya apa-apa, sebelum ketua Razael memusuhi ras Manusia, ras Peri dahulu kala adalah umat jin atau makhluk paling mulia yang kedua setelah para Malaikat, lebih dari itu, banyak para Malaikat yang diangkat dari ras Peri. Namun sayang, kala ketua Razael bersumpah akan memusuhi ras Manusia, hampir seluruh jiwa ras Peri berubah. Bahkan, banyak rakyat ras Peri yang memilih mengikuti ketua Razael hanya demi cintanya pada sang ketua.
Padahal faktanya, ketua Razael telah mengingatkan, bahwa ras Peri tak perlu mengikuti perbuatannya, tepatnya, dia memiliki ilmu yang tak dimiliki kalangan makhluk apa pun.
Menariknya, jabatan ketua Malaikat yang disandang Razael langsung diberikan pada Malaikat Abriel, atau dengan kata lain, Razael didemosi menjadi Iblis, dan beberapa Peri turut serta bersamanya.
Hari ini, ras Peri sendiri kebingungan atas identitasnya di langit, apakah mereka masih dianggap wakil dari malaikat? Atau justru malah menjadi wakil Iblis.
Mengingat, sejak ribuan tahun silam, pintu langit telah ditutup, akibatnya, ras Peri mulai kehilangan kehormatan di seluruh umat jin seantero alam semesta, sebab bagaimana pun, ras Peri-lah yang biasanya mengantarkan berita-berita langit pada ras lain.
Nurvati bangkit dari duduk, berdiri penuh marah pada ketiga kawannya yang datang hanya untuk mengganggu, seraya berkata, “Mengapa kalian tak puasnya menghinaku?!”
Ketiga gadis Peri hanya berdecak dan menyeringai mengejek Nurvati.
“Jelas kami menghinamu, kamu bukanlah peri, mana sayapmu? Terbang saja tidak mampu, apalagi sekolah?” ejek gadis Peri bermata biru.
“Seharusnya, kamu pergi ke alam lain,” sambung gadis bermata hitam, nimbrung untuk mencemooh.
Mula-mula Nurvati terdiam tertunduk dengan mengerang marah. Ia tak habis pikir, tiga gadis Peri di hadapannya ini datang hanya demi mengejek dirinya.
Tak mau ambil pusing, Nurvati pun berpaling pergi. Terlalu bodoh membuat keributan di sini. Apalagi, mereka lebih kuat ketimbang Nurvati.
“Persetan dengan kalian!” umpat Nurvati.
Nurvati pergi, meninggalkan tiga temannya yang sok paling hebat. Kendati ketiga temannya hanya terpaku apatis, tetapi, tak dapat dipungkiri, batin Nurvati yang tadinya tenang kini bergejolak bimbang. Dia juga sebenarnya mempertanyakan identitasnya, dia juga merasa ragu tentang kediriannya.
“Apa mungkin aku ras Peri? Apa mungkin aku bukan dari ras Peri?” batin Nurvati mencecar pertanyaan akan dirinya sendiri.
Dalam kepalanya yang menghangat, dia terus berjalan penuh kegeraman keluar dari hutan.
Hutan dari alam Peri memiliki kesamaan dengan alam Manusia, bedanya terdapat dari warna serta aromanya, seluruh warna batang pohon di sini bernuansa abu-abu dengan dedaunan warna biru langit, sedangkan tanahnya berwarna cokelat.
Perbedaan yang terbesar dari alam Peri ialah, seluruh hunian mengambang di atas tanah setinggi dua atau 3 meter, malah dibeberapa bangsa, seluruh hunian hingga melayang di atas tanah setinggi 100 meteran. Bahan bangunannya adalah bebatuan mulia, seperti permata, intan atau berlian, tentu saja bahan-bahan tersebut didapat dengan cara memproduksinya oleh kekuatan energi yang dimiliki ras Peri, gaya huniannya sendiri lebih membentuk istana ala Eropa, kebanyakan pun bernuansa putih serta keunguan, bonusnya adalah bening berkilau.
Bumi alam Peri pun memiliki tingkat gravitasi yang rendah, sehingga bisa dipastikan, ras Manusia yang berkunjung ke sini tubuh mereka akan seperti melayang bila mereka melompat, kecuali menggunakan tubuh spritual, namun bila manusia memaksakan tinggal di sini dengan tubuh kasarnya, secara otomatis, tubuh mereka akan bermutasi atau berevolusi menjadi ras jin.
Di beberapa ras jin, perniagaan hanya sebatas membeli ilmu, atau terkadang membeli bahan makanan —walau pun ada pula ras jin yang memakan angin atau api— uang pun didapat dengan menciptakan sendiri, memanfaatkan energi tubuh, tentu saja uang yang dimaksud bukan uang seperti ras manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
zien
hadir 💗💗
2021-06-02
0
ARSY ALFAZZA
like
2020-10-04
0
Rʜᴀʀᴀᴀ ᴘᴜᴛᴛʀɪɪ Aɴɢɢʀᴀᴇɴɪɪ 💕
semangat ya
2020-09-02
5