Saat kedua tangan Nurvati menyingkap bambu-bambu yang menghalangi jalan, dua bambu patah menjadi korban aksi tangan Nurvati, tetapi masa bodoh akan itu, ia terus berusaha berlari sebisa mungkin, menghindari Falas sang pendusta, dan Falas tetap berlari tak rela membiarkan kepergian Nurvati.
Dalam konsentrasi berlari, ketika jemari Falas berjuang meraih bahu kanan Nurvati, tepat disaat Falas hampir berhasil menghentikan langkah Nurvati. Sebuah gempa tektonik mengguncang tanah pijakan mereka, mengakibatkan mereka berhenti melangkah, kaget nan bertanya-tanya, gerangan apa yang sekiranya membuat tanah berguncang. Kemudian memutar tubuh ke belakang, membuat pusat perhatian tertuju pada hal ganjil di antara rimbunnya bambu, karena apa yang terjadi bukanlah gempa pada umumnya.
Benar saja, ketika gempa masih berlangsung, secara tiba-tiba, cahaya merah menyeruak di antara bambu, memancar pada langit biru, cahaya itu meluas bersama angin yang tiba-tiba menebas begitu kencang, mencabut bambu dari akar dan terhempas ke segala penjuru.
Sejurus kemudian, gempa terhenti bersama cahaya merah yang seketika lenyap begitu saja. Nurvati dan Falas terpaku dalam tanya, namun tiba-tiba dari depan mereka terdengar suara raungan dari balik bambu yang dipandang mereka, ruangan seperti macan dengan vibrasi suara yang begitu kuat.
Sesaat kemudian, netra mereka berbuntang kala seekor siluman terbang ke atas, lebih dari itu, siluman berwujud macan hitam itu melayang di udara dengan sayap kelelawarnya yang mengepak, tangannya empat dan menatap Falas serta Nurvati. Kini suasana yang tadinya damai dalam hutan, tegang seketika.
“Sialan,” umpat Falas masih berbuntang memandang siluman itu.
Sebuah bola cahaya kehijauan ditembakkan dari mulut sang siluman tepat pada Falas serta Nurvati, melesat cepat menerjang angin, lalu meledak saat menyentuh dedaunan bambu hingga memicu suara 'Dhuaar'.
Ledakan tak terlalu besar, namun banyak pohon bambu yang hancur berkeping-keping. Udara di sekitarnya menghangat sekaligus bersaput asap abu. Sayang bagi sang siluman, objek yang diincarnya gagal dilumpuhkan.
Falas telah terbang dengan membopong Nurvati, melayang di atas hutan bambu, mereka memandang ngeri pada siluman yang berjarak sepuluh meteran itu.
“Kenapa siluman itu malah menyerang?” heran Nurvati.
Dalam raut muka serius, Falas menjawab, “Ayo kita tanyakan pada siluman itu.”
Kalimat yang terkesan kocak itu hanya dibalas Nurvati dengan kata 'eh'.
Sang siluman belum puas, ia melesak mendekati Falas, bersamaan dengan keempat tangannya yang memanifestasikan pedang dengan energi hitamnya dan terarah tepat pada Falas.
Mata Falas membulat, napasnya ditarik sekuat tenaga, angin disimpannya dalam perut, sedetik kemudian, ketika sang siluman telah begitu dekat. Nurvati dilempar ke atas, sampai teriakan mencuat dari mulutnya.
“AAAAARGH ...!”
Dan sang siluman mengayunkan keempat pedangnya sekaligus, -seperti menggunting- berusaha menebas dua peri itu, tetapi 'Wuussh'; Falas juga berhasil mundur menghindari tebasan pedang, akibatnya empat pedang milik siluman saling beradu di udara hingga menimbulkan suara 'Trang'. Tak selesai di situ saja, sang siluman yang menengadah ke atas, menyadari Nurvati yang terlempar ke atas akan turun kembali, ia segera memanfaatkan momen tersebut dengan dua pedang yang diangkatnya ke atas, berharap Nurvati akan tertusuk pedang.
Sontak, ketika gaya tarik gravitasi bumi bekerja, Nurvati terjun ke bawah, menyadari itu, ia hanya dapat meronta-ronta di udara, terbeliak ngeri menerka ajalnya di depan mata.
Namun syukur, ajalnya belum menjemput, karena Falas yang menyimpan angin di perut, memulai rencananya, meniupkan angin sekerasnya pada sang siluman, menimbulkan efek dorong yang nyatanya itu bagaikan tamparan dari tiupan angin. Hingga desiran angin bersama terhempasnya sang siluman membuat Nurvati selamat dari kematian, ia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, masih ngeri dengan terkaan kematian yang hampir menimpanya. Dan dengan tangkas Falas melesat maju, menangkap tubuh Nurvati yang hampir terhunjam ke bumi.
Nurvati yang menyadari nyawanya aman, refleks menyingkap tangannya dari wajahnya, membiarkan iris hijaunya menangkap visual sosok yang menyelamatkannya. Tanpa senyuman, tanpa kata, Nurvati menatap Falas dengan syok berpadu penuh syukur. Kekecewaan pada Falas pun terlupakan.
Ini belum usai. Sang siluman yang terhempas sepuluh meter secepat mungkin melempar satu persatu pedangnya kearah Falas. Lalu 'Woush' pedang pertama membelah angin, melesat bagaikan kilat, namun Falas secepat mungkin menepis pedang tersebut, dan kala pedang berhasil ditepis oleh sayap kirinya, pedang seketika hancur berkeping-keping. Pedang kedua pun muncul, tetapi hebatnya, Falas berhasil mengelak ke arah kiri. Tiga detik kemudian, pedang ketiga berhasil pula ditepis oleh sayap kanan Falas dan hancur menjadi kepingan platinum. Maka muncullah pedang keempat, yang melesat secepat angin, lagi-lagi sayap kanannya juga berhasil menepis pedang hingga hancur berkeping-keping.
Tapi tunggu dulu!
Saat pedang keempat hancur, sang siluman secepat suara, ikut melesat pula kearah Falas, datang dari atas kepala Falas dengan kedua tangan besarnya yang mengepal tinjuan, dan memukul tepat pada ubun-ubun Falas, sehingga bersamaan dengan kata 'sialan' yang lahir dari mulutnya, Falas serta Nurvati terhunjam ke hutan bambu, menghantam keras-keras pohon bambu yang ada, membuat tanah berdebam, retak nan kepul.
Falas tak mampu menghindari pukulan nan cepat itu, ia bahkan tak menduganya. Beberapa bambu patah, bergemeretak, remuk tak berbentuk, sisanya tanah menjadi cekung, hingga sebuah energi berwarna pingai nampak melindungi Falas serta Nurvati, energi yang berbentuk telur itu meliputi mereka; kekuatan perisai milik Falas.
Nurvati diturunkan dari bopongan Falas bersama perisai pelindung yang memudar, Nurvati hanya tertunduk bingung nan takut, sedangkan Falas menengadah menatap siluman macan hitam itu.
“Hei! Mengapa kau menyerang kami?” tanya Falas keras-keras, berharap sang siluman menjawab.
Namun siluman tersebut hanya sengap, mata gelapnya tertuju pada Falas, benar-benar misterius. Mendengar pertanyaan Falas, Nurvati ikut menengadahkan wajah memandang sang siluman.
“Payah, siluman itu tak menjawab,” ketus Falas penuh tanya nan gusar.
Sekonyong-konyongnya sang siluman melesat mendekati Nurvati dan Falas, dia melesat secepat suara, Falas yang menyadarinya buru-buru melesat pula secepat suara, mengakibatkan hantaman pukulan, dan terjadi pergulatan di atas tanah setinggi dua meteran, bertarung di udara. Pukulan demi pukulan dari sang siluman dilayangkan secepat suara, tetapi hebatnya Falas mampu mengimbanginya, puluhan pukulan dan tendangan ditangkisnya dengan tangkas. Dalam pertarungan sengit itu radiasi dari energi pukulan menciptakan kibasan angin ke sekitar pertarungan mereka, membuat angin menyibak ke sebarang tempat.
Dan Nurvati yang tak mampu berbuat apa pun hanya mampu mundur perlahan dengan memandang pertarungan Falas, dia pun masih tak tahu, atas alasan apa siluman itu menyerang. Pukulan demi pukulan masih terus terlontar dari sang siluman, menghajar Falas yang hebatnya mampu mengunggulinya, cukup lama mereka bertarung di udara, statis di tempat itu.
Hingga saat melihat ada celah untuk melukai Nurvati, sang siluman berusaha melesat ke arah Tenggara pada Nurvati, tetapi hebatnya, Falas berhasil menghalangi siluman tersebut, pukulan sang siluman ditangkis oleh Falas. Sedetik kemudian, sang siluman menyerang dari arah Timur pada Nurvati, namun kembali lagi Falas berhasil menghalanginya. Tak sampai di situ saja, siluman bergerak lagi secepat suara dari arah Barat, namun lagi-lagi digagalkan oleh Falas, dan sang siluman bergerak secepat suara ke segala penjuru, berjuang menyakiti Nurvati, Falas pun lagi dan lagi menahan sang siluman dari segala penjuru; Barat, Timur, Tenggara, Selatan. Baik tendangan, pukulan, hingga tembakan energi tenaga dalam, semua serangan itu Falas sanggup menangkisnya. Dan dalam pertarungan di udara itu, Nurvati hanya mampu berjongkok dengan kedua tangan yang menutup kepalanya, berusaha melindungi diri dari hal yang tak diharapkan, entah berhasil atau tidak, setidaknya dia telah berusaha.
“KENAPA SILUMAN ITU MENYERANG KITA?” tanya Nurvati dengan berteriak ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments