"Mas Deon, lihat Bu Nesa nggak?" tanya Egal salah seorang office boy
yang biasanya memang membawakan cappuccino untuk Nesa. "Lagi ke ruangan pak Adi, kamu letakkan aja kopinya di atas meja Mbak Nesa nanti saya bilang kalau
kamu yang buat," balas Deon. "Oke, makasih yang Mas," sahut lelaki muda itu dengan ramah. Setelah Egal pergi dari sana, Deon melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah lebih dari 30 menit sejak Nesa memutuskan ke ruangan Direktur dan sampai sekarang belum
kembali.
"Mbak Lis," teriak Deon.
Divisi Operasional siang ini cukup sunyi. Hanya ada ada Deon, Lilis, Miranda, Sania dan Dedi Sementara 5 karyawan yang lain sedang ada tugas di luar kota.
"Kenapa Yon?" tanya Lilis yang masih
sibuk dengan komputernya. "Mbak Nesa udah setengah jam nggak nurun, sepertinya terjadi sesuatu." Lilis langsung meninggalkan mejanya setelah mendengar pembicaraan menarik yang disampaikan rekan kerjanya itu.
"Mulai deh ngerumpi," cibir Sania.
"Ikutan dehh," teriak Miranda sambil lari-lari meninggalkan beberapa kertas yang harusnya segera dia copy. "Aku nggak ikutan ya kali ini, Ac di lantai 7 lagi bermasalah aku mau hubungi tukang Ac buat benerin."
"Heleh, alasan aja kamu Mas, bilang
aja mau ngechat istri."
Sania mendengus. "Ya, sekalianlah."
Mereka terbahak.
"Mungkin nggak sih Mbak Nesa sama Pak adi, sementara bikin anak?"
Semua orang melotot.
"Mulutmu Mir,"seru Lilis. "Ya, mungkin juga," sahut Deon dan
mereka kembali terbahak.
Enak memang ngerumpi di kantor seperti ini apalagi membahas mantan
pasangan fenomenal. Kanesa Alfira dan Refaldi Tano.
Aku menatap gusar lelaki di depan
sana yang sedang fokus dengan komputernya, sudah 20 menit aku dikurung dalam ruangannya. Bahkan ketika Tatiana mengetuk pintu lelaki itu hanya mengatakan bahwa dia
sedang tidak ingin diganggu.
"Pak," seruku lagi.
"Panggil Mas, kita hanya berdua Fira."
Oke, dia memang mamaksaku
memanggilnya dengan sebutan Mas
sejak tadi.
"Oke Mas Adi, tolong biarkan saya mengundurkan diri dan keluar dari rungan ini."
"Aku setuju kamu berhenti dari perusahaan ini kalau kamu nginap di rumah malam ini."
Aku melotot.
"Aku nggak bisa. Kita udah cerai Mas." Gila saja menginap di rumahnya malam ini. Diserang warga sekompleks
baru tahu rasa din. "Hanya nginap aja,nggak ngapa-ngapain," tegasnya.
Aku menghela napas pelan. "Oke, hanya malam ini," putusku akhirnya.
Aku malas berdebat semakin lartia
dengan Mas Adi karena lelaki
itu bisa-bisa menjadi semakin
menyebalkan.
Aku balik ke lantai 6. Para rekan kerja terlihat berpencar kembali ke tempat
mereka masing-masing.
"Jangan berpura-pura, kalian lagi ngerumpiin saya kan?" todongku. Deon yang pertama kali kulihat banya
cengengesan, dasar mereka ini. "Gimana Mbak, pengunduran dirinya disetujui nggak?" tanya Lilis.
Aku mengulas senyum. "Iya dong. Besok mbak udah boleh beres-beres," seruku dengan senang. Wajah mereka tiba-tiba murung.
"Nggak apa-apa, Mbak Dewi bakal jadi
pengganti di sini kok."
Mereka melotot.
"Ih kok mbak Dewi sih," seru Miranda
tidak terima.
Memang banyak karyawan yang tidak
suka dengan mantan sekretaris Mas
Adi itu, karena dia cukup sombong,
banyak memerintah dan suka sekali
mengomplen.
"Doain aja semoga Mbak Dewi udah
tobat," tutur Deon.
Aku tersenyum melihat mereka.
ada rasa sedih tersendiri harus
meninggalkan mereka. Aku sudah
bersama-sama dengan mereka sejak 2
tahun dan mereka adalah rekan kerja
yang menyenangkan.
"Besok Mbak traktir deh."
"Yest" sorak mereka semua.
Aku melepas heels putih itu dari
kakiku dan mengantinya dengan
sendal rumah.
Aku baru sampai di apartemen, setelah menempuh waktu 30 menit perjalanan. Padahal dari kantor ke
apartemen itu tidak terlalu jauh, kalau jalan kaki mungkin membutuhkan waktu 10 menit namun karena aku mengendari mobil bersamaan
dengan kemacetan kota Jakarta, sudah
risikonya.
Saat aku baru saja akan membuka
kulkas untuk mencari air mineral
yang biasa kuletakan di sana, ponselku
berbunyi.
Pak Direktur Calling...
Kenapa lagi lelaki ini?
"Halo," sapaku dengan nada malas
"Aku sudah di depan pintu apartemen
kamu, jangan lupa sama janji kamu."
Kabar buruknya. Aku lupa.
"Saya harus mandi dan-"
"Kamu bisa mandi di rumalı, Aku
tunggu satu menit."
Double sialan! Refaldi Tano ini
memang sudah gila.
Tak ada yang membuka suara, hanya
suara alunan lagu milik Dewa 19 yang
berjudul pupus yang dicover oleh
Hanindya yang terdengar pelan di
dalam mobil ini.
Aku juga malas bersuara, memilih
menikmati udara malam dari kaca
jendela yang sengaja kubuka.
"Bulan depan pertunangan Gisha sama
Daru."
Tiba-tiba Mas Adi membuka suaranya.
Aku menoleh sambil mengangkat alis
seolah sedang bertanya, "lalu?"
"Ya, Aku cuma ngomong siapa tahu
kamu belum tahu bahwa adik ipar
kamu mau tunangan."
"Mantan adik ipar," seruku
mengoreksi.
Mas Adi diam tak menanggapi. Lelaki
ini memang kadang berubah menjadi
dingin, cuek dan kanebo. Sudahlah,
aku juga tak ambil pusing lagi pula aku
sudah terbiasa dengan sikapnya yang
seperti itu.
Tak berapa lama akhirnya kami tiba di
rumah, rumah Mas Adi.
"Kamu mandi duluan, Aku mau ke
ruang kerja dulu," ucapnya datar.
Terserahlah, aku kemudian hendak
menuju kamar tamu namun lenganku
tiba-tiba ditahan olehnya.
"Ke kamar utama. Semua kamar tamu
sudah Aku kunci memakai sidik jari."
Aku melotot.
"Jadi"
"Ya, kita akan tidur di kamar utama,"
sahutnya dan setelahnya pergi
melangkah ke arah ruang kerjanya.
What the Hell?
Mas Adi memang sudah gila. Semoga
ini menjadi malam terakhir aku
berada di rumah ini.
Setelah beberapa saat akhirnya
kuputuskan untuk masuk ke dalam
kamar yang pernah menjadi tempat
tidurku selama 2 tahun. Ah, baunya
masih sama, maskulin bercampur
citrus yang sangat kusuka.
Selesai mandi aku membuka lemari
dan benar saja, pakaianku masih ada.
dan tertata rapi di sana. Sepertinya
Mas Adi ini salah satu pria yang
akan mengoleksi pakaian mantan
istrinya. Tiba-tiba aku tertawa dengan
pemikiranku
sendiri.
"Kenapa ketawa?"
Aku terlonjak dengan pintu yag
tiba-tiba terbuka dan aku yang masih
memakai bathrobe.
"Nggak," teriakku lalu terbirit ke
kamar mandi setelah mengambil
pakaian.
Sudah ku bilang dari awal bahwa Mas
Adi selalu bersikap seolah kami masih
pasangan suami istri dan aku berniat
mengakhiri semua ini.
Aku sudah menyusun strategi setelah
resign aku akan pergi liburan sebelum
kembali ke rutinitas bersama orang
tuaku di Bandung dan mengelolah
bisnis keluarga. Semoga saja kali ini
berhasil, aku benar-benar sangat
berharap menjalani kehidupan normal.
tanpa bayang-bayang Mas Adi dan
keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
2024-08-12
1