Sekitar 30 menit aku menunggu, tak lama kemudian Mas adi datang. Lagi-lagi dia membuka kamar hotel dengan kartu. Entah dari mana dia dapatkan kartu itu, mungkin dia meminta dari pihak hotel tapi setahuku pihak hotel tak mungkin segampang itu memberikannya.
Namun saat ini bukanlah waktu yang tepat merianyakannya. Setidaknya aku sedikit bersyukur dengan keberadaan Mas Adi di sini. Tolong digaris bawahi bahwa aku hanya sedikit bersyukur
saja karena dia cukup membantuku hari ini. "Ini Pembalutnya," ucapnya sembari menghampiriku.
"Berhenti di sana," cegahku. Mas Adi tidak mendengarkan, lelaki itu malah semakin mendekatiku.
"Mas," mohonku. "Biaya pembeliannya akan kuganti, ku transfer. Terima kasih karena sudah membantuku hari ini. Sekarang
bolehkah kamu keluar?" lya, aku mengusir Mas Adi dari kamarku. Jangan menganggapku jahat karena hal yang kulakukan masih
sangat normal dan bukan kejahatan. "Tidak perlu diganti, balasnya.
"Aku tetap akan mengantinya," tuturku
lagi Wajah Mas Adi berubah semakin masam, sepertinya dia memang tidak suka dengan ucapanku. Kami bukan lagi suami-istri dan aku sendiri tidak ingin berhutang apalagi pada mantan suamiku.
"Mas, silakan keluar."
Aku kembali berucap ketika melihat laki-laki itu hanya terdiam. Mas Adi menatapku dengan mata tajamnya yang cukup membuatku agak merinding sebenarnya..
"Baiklah," pasrahnya. Mas Adi kemudian keluar dari
kamarku
Jadwalku rusak.
Perutku melilit, punggungku sakit, kakiku kram, kepalaku sakit bahkan setelah 4 hari. Renar-benar menjadi liburan terburukku sepanjang masa.
Selesai haid aku hanya jalan-jalan di sekitar hotel mencari beberapa kerajinan yang dapat kujadikan ole-ole. Aku juga menikmati wisata kuliner khas Labuan Bajo, sudah seperti food and traveling vloger. Ya, aku memang biasanya datang Bulang 4
hari saja Namun hari ini, setelah seminggu sejak aku selesai haid, aku mengusahakan snorkeling dan diving di
diri untuk ikut Pulau Padar. Hal itu untuk membayar beberapa hariku yang terbuang hanya rebahan di dalam kamar hotel dan
juga jalan-jalan yang tidak terlalu
menyenangkan.
"Mau ke mana?" tanya Mas Adi saat aku baru saja keluar dari kamar. Entah kenapa aku merasa bahwa
laki-laki itu selalu muncul di manapun aku berada. Untungnya beberapa hari ini aku berhasil menghindar ketika pergi jalan-jalan berburu souvenir dan kuliner khas Labuan Bajo. "Mau pergi kawin sama Komodo,"
balasku kesal.
"Udah nggak haid?" tanyanya lagi.
Aku memutar bola mata malas karena menanggapi ucapannya. Lagi pula aku. haidnya paling lama 4 hari. "Aku selesai haid atau belum itu bukan.
urusan kamu Mas, mohon jangan bersikap berlebihan karena kita sudah tidak ada hubungan," seruku agak kencang lalu pergi meninggalkannya.
Bisakah sehari saja hidupku tenang? Aku datang ke sini untuk liburan dan mengatasi rasa stress, bukannya menambah pikiran. Rasanya aku ingin melemparkan Mas Adi ke kumpulan Komodo namun sayangnya, binatang purba itu bahkan tidak memangsa manusia kecuali dia merasa diganggu
barulah dia menyerang.
Terang saja aku sangat kesal dan ingin melakukan hal itu karena lelaki itu terus mengikutiku bahkan dari hotel di Labuan baju sampai ke pulau Padar. Tapi ada senangnya sih karena dengan Mas Adi biayanya gratis, Mas
Adi berkeras untuk membayar. Tidak lupakan Mas Adi yang merupakan laki-laki paling gengsi se-dunia untuk dibayarkan. Namun berada ditengah-tengah Mas Adi sekarang untukku.
merupakan musibah Berita buruknya bukan hanya Mas Adi yang ikut bersamaku hari ini, si laki-laki bernama Dito juga.
Pulang dari kegiatan Snorkeling dan
Diving sudah sangat malam. Tubuhku
sangat lelah, mungkin karena terlalu
lama berenang. Namun setidaknya
hari ini cukuplah aku mengeksplor
surga lautnya pulau padar, Pulau
Padar dan pulau Komodo sudah
kujelajahi baik gunung maupun
lautannya dan cukup menyenangkan
tapi akan lebih menyenakan kalau
tanpa dua lelaki menyebalkan itu.
Sampai di kamar hotel aku langsung
pergi membersihkan diri setelah itu
merebahkan diri di atas tempat tidur.
Mengambil ponsel dan aku teringat
sesuatu. Uang pembalut belum ku
bayar, ah sekalian aku ganti dengan
uang naik speed boat, Snorkeling dan
Diving.
Meskipun tadi mas Adi bilang dia
yang membayar, tapi sekali lagi aku
tak ingin merasa berhutang padanya.
Setelah itu aku langsung transfer
sejumlah uang ke rekening Mas Adi
melalui mobile banking yang ada di ponselku. Mantan Bos calling..
Hanya selang semenit aku mengirim
ponselku langsung berbunyi nyaring.
Mas Adi meneleponku.
"Hal..."
"KAMU KIRIM UANG APA?"
Suara Mas Adi terdengar begitu
keras, rupanya lelaki itu marah dan
tersinggung.
"Itu uang pembalut dan uang speed
bout, snorkeling dan diving yang tadi,"
balasku datar.
"Kattıu pikir Aku minta diganti?"
Nada suara Mas Adi semakin terdengar
menyeramkan.
"Bukan seperti itu, aku hanya merasa
tidak ingin berhutang, Mas Adi
dan aku bukan lagi suami-istri jadi
uang Mas bukan lagi uangku. 1.agi
pula, jangan buang-buang uang untuk wanita yang bahkan dengan senang hati kamu duakan. Bukanlah lebih baik uangnya kamu simpan untuk Tatiana? Dia sepertinya lebih membutuhkan uang kamu."
Aku mencoba sebisa mugkin untuk
tetap tenang
"Kamu bilang apa?"
"Simpan uang itu untuk bayar jalang
kam-"
"Sialan."
Sambungan telepon mati. Tiba-tiba
aku jadi panik, Mas Adi kalau marah
bisa jadi sangat nekat. Hingga
tiba-tiba pintu kamar hotelku terbuka.
dengan kasar. Mas Adi muncul
dengan wajah merah padamnya. Dia
melempar kartu pintu ke sembarang
arah. Matanya nyalang menatapku.
Tanganku gemetar serta bersuhu
rendah, sejujurnya aku sangat takut.
Tak pernah kulihat Mas Adi sampai
semarah ini.
"Kamu ngomong apa tadi?" tanyanya
dengan nada super tinggi.
Aku menelan saliva saat laki-laki itu
semakin mendekat.
"Kanesa Alfira, aku tanya kamu
ngomong apa tadi? Nggak mau jawab?"
Aku benar-benar takut mendengar
Mas Adi malah terkekeh.
"Mas."
Aku menjerit saat lelaki itu malah
membantingku di atas sofa dan
menindih tubuhku.
"Kamu pikir aku pernah main sama
jalang? Sementara yang kupikirkan
hanya kamu,"
Lelaki itu menekan daguku dengan
satu tangannya hingga membuatku
meringis.
"Lepasin Mas, Sakit."
"Aku juga sakit l'ir! Kamu tuduh aku
selingkuh dan minta cerai. Kamu pikir
perasaanku nggak sakit? Aku nggak
pernah selingkuh tapi istriku nggak
percaya, kamu pikir itu nggak buat aku
sakit?"
Lelaki itu semakin menekan daguku,
kukunya bahkan terasa menancap di
sana,
"Aku minta penjelasan tapi kamu
nggak bisa jelasin, aku minta bukti
tapi nggak kamu berikan. Jadi kamu
mengharapkan aku tetap bertahan
layaknya orang bodoh? Maaf Mas, aku
nggak sedermawan itu merelakan
perasaanku terluka."
Air mataku menetes, entah karena rasa
sakit di dagu atau di hatiku, aku sendiri
bingung untuk mendeskripsikannya.
"Kamu minta penjelasan dan bukti
itu karena kamu nggak percaya sama
aku." tudingnya.
"Aku nggak hisa percaya setelah apa
yang aku lihat Mas! Kamu bercumbu
dengan Tatiana."
Luka lamaku tergores lagi.
"Bercumbu dari mananya? Aku
hanya membantu karena rambutnya
tersangkut di kancing kemejaku
"Kamu pikir aku bodoh Mas? Aku
bukan anak SD. Pakaian dalam yang
ku dapati di laci meja kerjamu tidak
mungkin berbohong."
Aku mendorong Mas Adi dari atas
tubuhku saat sadar dia sedang lengah.
Mas Adi tampak melotot.
"Tir, kamu salah paham."
Aku tersenyum miring lalu bangkit
dari sofa.
"Nggak, aku nggak mungkin salah.
Mending kamu keluar, jalangmu
mungkin sedang menunggu telpon
darimu."
"Diam. Jangan menyebut kata itu."
Aku tertawa.
"Rupanya kamu punya kata istimewa
untuk menyebutnya selain jal-"
"Sialan Fira!"
Mas Adi mendorong kembali tubuhku
namun
kali ini di atas ranjang.
"Tak akan ku lepaskan kamu malam
ini," bisiknya dengan suara parau
dan setelah itu memaksaku untuk
menerima cumbuannya.
Jadi mungkinkah pertanyaan Mas
Adi pagi tadi mengenai aku yang sudah selesai haid atau belum itu ada kaitannya dengan kejahatan ini? Kalau itu benar, Mas Adi jahat sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments