Lima bulan telah berlalu, Lima bulan di penjara terasa seperti lima tahun bagi Citra. Setiap hari dia bangun di tempat tidur kecil yang keras dan tak berbusa Sejak dia pertama kali menginjakkan kaki di penjara. Di tempat yang penuh dengan dinding dingin dan jeruji besi, Citra berjuang untuk bertahan dalam kehidupan yang sama sekali berbeda dari yang pernah dia kenal. Setiap hari adalah ujian mental, di mana dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia sekarang adalah seorang Narapidana.
Di awal masa penahanannya, Citra mengalami kesulitan menyesuaikan diri. Beberapa orang melihatnya sebagai "anak kaya yang jatuh," dan beberapa dari mereka tidak segan-segan menunjukkan permusuhan. Namun, seiring berjalannya waktu, dia belajar untuk tetap diam dan menjaga jarak dari orang lain, fokus hanya pada dirinya sendiri untuk bertahan hidup.
Suatu hari, saat sedang duduk sendirian di sudut halaman penjara, seorang wanita tua dengan wajah penuh keriput mendekatinya. Wanita itu adalah Ibu Ratna, dia sudah lebih dari satu dekade mendekam di penjara.
“Kamu yang namanya Citra ya?” tanya Ibu Ratna dengan suara parau, sambil duduk di samping Citra.
Citra menoleh perlahan, mengangguk tanpa mengatakan apapun.
Ibu Ratna mengamati wajah Citra yang muram. "Aku dengar kamu dulu hidup enak di luar sana. Sekarang bagaimana rasanya, hidup seperti ini?"
Citra menelan ludah, mencoba menahan air mata. "Sulit. Saya... saya merasa seperti kehilangan segalanya. Saya tidak tahu bagaimana menjalani hidup di sini."
Ibu Ratna mengangguk, seolah mengerti perasaan Citra. "Di sini, kamu harus belajar bertahan. Jangan terlalu banyak bicara, tapi jangan biarkan orang lain menginjak-injakmu. Kalau kamu bisa menemukan cara untuk membantu orang lain, itu akan membuat hidupmu sedikit lebih mudah."
Citra teringat, memikirkan kata-kata Ibu Ratna. Selama ini, dia hanya fokus pada dirinya sendiri, tenggelam dalam rasa bersalah dan penyesalan. Namun saran Ibu Ratna menyadarkannya bahwa mungkin ada cara lain untuk menjalani hukuman ini, cara yang dapat membantu menghabiskan waktu di tempat ini meskipun hanya sedikit.
Beberapa hari setelah percakapan itu, Citra memutuskan untuk ikut serta dalam program rehabilitasi yang ada di penjara. Program ini melibatkan pekerjaan sosial dan pelatihan keterampilan, di mana para siswa mengajarkan berbagai keterampilan yang bisa mereka gunakan setelah mereka bebas nanti.
Suatu siang, saat Citra sedang bekerja di bengkel penjara, seorang wanita muda bernama Sari, yang juga pengajar, mendekatinya.
"Kamu Citra, kan?" tanya lisa sambil tersenyum ramah.
"Iya," jawab Citra singkat, masih merasa canggung dalam berinteraksi dengan orang lain.
"Aku dengar kamu jago desain. Kami sedang butuh bantuan untuk proyek mural di dinding penjara. Kamu mau ikut?"
Citra terkejut mendengar tawaran itu. Selama ini, dia tidak pernah berpikir bahwa bakatnya di luar penjara bisa berguna di dalam sini. Tapi mungkin inilah cara yang dimaksud Ibu Ratna, membantu orang lain dan membuat hidupnya sedikit lebih berarti.
"Aku mau coba," jawab Citra akhirnya. "Kapan kita mulai?"
Lisa tersenyum lebar "Bagus! Kita bisa mulai besok. Tim kita butuh ide-ide segar, dan aku yakin kamu bisa membantu."
.
.
Keesokan harinya, Citra mulai bekerja dengan tim mural. Awalnya, dia merasa canggung dan tidak percaya diri, namun seiring berjalannya waktu, dia mulai menikmati proses keterampilan itu. Dia bahkan mulai merasa lebih nyaman dengan orang-orang di sekitarnya.
Suatu saat mereka sedang mengerjakan mural, Lisamengajak Citra berbicara.
"Kamu tahu," kata lisa sambil mencampur Cat pewarna,
"hidup di sini memang keras, tapi kita masih bisa menemukan cara untuk Menjalani nya dengan lebih baik meski hanya sedikit. Apa yang kita lakukan di sini mungkin tidak akan mengubah dunia, tapi setidaknya kita bisa mengubah lingkungan kita sedikit."
Citra mengangguk. “Aku rasa kamu benar. Aku mulai menyadari kalau aku tidak bisa terus berlarut-larut menyesali apa yang sudah terjadi”
“Kamu masih baru di sini, ya?" tanya Lisa sambil duduk di sebelah Citra.
Citra menatap Lisa sejenak sebelum mengangguk pelan. "Ya... sudah lima bulan."
Lisa mengangguk, seolah-olah itu adalah waktu yang sangat singkat. "Hidup di sini tidak mudah, apalagi kalau kamu tidak punya siapa-siapa."
Citra mengerti maksud Lisa. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati di penjara, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya. Selama ini, dia hanya mencoba untuk menghindari masalah, menjalani harinya satu demi satu, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi besok.
"Apa kamu mau bantuan?" tanya Lisa, melihat Citra yang tampak bingung.
Citra ragu-ragu. "Bantuan seperti apa?"
Lisa tersenyum tipis. "Aku sudah lama di sini. Aku tahu bagaimana bertahan hidup. Kalau kamu butuh seseorang untuk membantu, mungkin aku bisa membantumu."
Citra merasakan campuran antara rasa terima kasih dan ketakutan. Dia tahu bahwa menerima bantuan di penjara bisa berarti terikat pada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mungkin tidak bisa dia kendalikan
"Aku... aku tidak tahu," jawab Citra akhirnya. "Aku hanya ingin menjalani waktu ini dan keluar secepat mungkin."
Lisa mengangguk dengan pemahaman. "Aku paham. Tapi ingat, penjara ini punya caranya sendiri untuk membuatmu lupa waktu. Kadang-kadang, kamu butuh seseorang di sini, meski hanya untuk berbicara."
Setelah percakapan itu, Citra merasa sedikit lebih tenang. Meskipun dia tidak sepenuhnya mempercayai Lisa, setidaknya ada seseorang yang mau berbicara dengannya.
Namun, hari-harinya tetap berat. Kegelisahan yang dia rasakan semakin dalam, terutama setiap kali dia melihat kalender dan menyadari betapa lambatnya waktu berlalu.
Malam hari adalah saat yang paling sulit bagi Citra. Di dalam selnya dia sering menangis dalam diam. Kenangan akan kehidupannya dulu yang penuh dengan kemehan akhir nya lenyap karna perbuatan nya sendiri.
Dia memikirkan keluarganya, teman-temannya, dan semua orang yang telah meninggalkannya. Tidak ada yang datang menjenguk, tidak ada surat, tidak ada panggilan telepon. Citra benar-benar sendiri.
Citra saat ini berbaring di tempat tidur, tidak lama kemudian dari sel samping nya dia mendengar suara
“Masih terjaga?" tanya Lisa dengan suara rendah.
"Ya," jawab Citra pelan. "Aku tidak bisa tidur."
Lisa terdiam sejenak sebelum menjawab. "Ini normal. Penjara akan membuatmu berpikir banyak hal, terutama di malam hari."
"Apa kamu pernah merasa seperti ini?" tanya Citra, suaranya sedikit bergetar.
Lisa tertawa pelan. "Tentu saja. Semua orang di sini pernah merasakannya. Tapi, kamu harus belajar untuk menerima dan berdamai dengan dirimu sendiri. Itu satu-satunya cara untuk bertahan."
Citra terdiam, merenungi kata-kata lisa. "Aku ingin berubah... tapi aku tidak tahu bagaimana caranya."
"Langkah pertama adalah menerima kenyataan bahwa kamu tidak bisa mengubah masa lalu," kata Lisa.
"Tapi kamu masih punya masa depan. Itu yang harus kamu pikirkan."lanjut nya
Setelah percakapan itu, Citra merasa sedikit lebih baik. Meski hari-hari di penjara masih berat, setidaknya dia memiliki seseorang untuk berbicara. Lisa menjadi teman yang tak terduga, seseorang yang memberinya sedikit harapan di tengah kegelapan yang dia hadapi.
Namun, Citra tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Dia masih harus menghadapi hukuman yang panjang dan bertahan di lingkungan yang keras. Tapi, dia juga mulai menyadari bahwa hidupnya belum berakhir. Ada kesempatan untuk berubah, meski jalan yang harus dilaluinya sangat sulit.
Citra bertekad untuk bertahan, untuk menjadi lebih kuat, dan untuk membuktikan bahwa meskipun dia pernah melakukan kesalahan yang fatal, dia masih bisa menemukan jalan menuju penebusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments