Keesok hari nya, Citra dan Prof. Adi sudah berada di depan kantor polisi. Keringat dingin mengalir di pelipis Citra saat ia berjalan memasuki gedung itu. Perasaan malu, bersalah, dan ketakutan berkecamuk di dalam dirinya, hampir membuatnya berhenti melangkah. Namun, tatapan tenang dan penuh keyakinan dari Prof. Adi di sampingnya memberinya kekuatan untuk melanjutkan.
Petugas polisi itu memandang Citra dengan serius, mencatat setiap kata yang diucapkannya. Proses panjang dan melelahkan pun dimulai. Citra harus mengingat kembali semua detail mengerikan yang dialaminya, menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit, dan menahan rasa takut yang terus menghantuinya.
Di luar kantor polisi, Prof. Adi menunggu dengan sabar. Saat Citra keluar, terlihat jelas betapa berat beban yang ia pikul. Namun, ada juga secercah kelegaan di matanya.
Prof. Adi: "Kamu sudah melakukan hal yang benar, Citra. Ini tidak akan mudah, tapi aku akan mendampingimu sepanjang jalan."
Citra hanya bisa mengangguk, merasakan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Perjalanan panjang masih menanti di depan, tetapi dengan bantuan Prof. Adi, ia merasa sedikit lebih siap untuk menghadapinya. Di tengah semua kekacauan ini, ia menyadari bahwa ada seseorang yang benar-benar peduli padanya, dan memahami apa yang menjadi masalah nya selama ini.
Meski perjuangan untuk lepas dari jerat Rio tidak mudah dan penuh dengan tantangan, Citra bertekad untuk memperbaiki hidupnya. Dengan dukungan dari Prof Adi dan sedikit demi sedikit memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang pernah ia sakiti, Citra mulai bangkit dari kehancuran. Proses penyembuhan fisik dan mental membutuhkan waktu, namun Citra tahu bahwa ini adalah harga yang harus ia bayar untuk mendapatkan kembali kendali atas hidupnya.
Di jalan saat pulang dari kantor polisi, Adi memutuskan untuk mengantar Citra pulang ke rumah nya karna hari sudah sangat larut.
Citra berceletuk dengan lembut sambil melihat keluar kaca mobil "Terima kasih Prof, untuk semua yang telah Anda lakukan. Saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi jika Anda tidak membantu saya,"
Adi tersenyum hangat, menoleh pada Citra. "Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, Citra. Saya senang melihat kamu mulai bangkit kembali. Itu semua karena keberanian kamu sendiri."
Citra menatap Prof Adi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Tapi tetap saja, saya merasa Anda satu-satunya orang yang benar-benar peduli. Saya merasa aman setiap kali berada di dekat Anda."
Prof Adi menatap Citra sejenak "Citra kamu tidak sendirian. Masih banyak orang di sekitar kamu yang peduli, meski kadang tidak terlihat. Tapi, saya senang jika saya bisa menjadi bagian dari proses Anda untuk bangkit."
Citra merasakan sesuatu yang hangat di hatinya. Selama ini, ia tidak pernah merasa seperti ini terhadap siapa pun. Mungkin pikirnya ini lebih dari sekadar rasa terima kasih.
"Prof, setiap kali kita berbicara, saya merasa lebih baik dan lebih kuat. Saya merasa bisa mengatasi semuanya. Anda selalu membuat saya merasa bahwa saya berharga."
Prof Adi tersenyum, meskipun ada sedikit kehangatan yang tersembunyi di balik senyum itu. "Kamu memang berharga, Citra. Jangan pernah meragukan itu. Setiap orang memiliki nilai yang tidak bisa diukur dengan apa pun, dan kamu tidak terkecuali."
Mereka terus berjalan dalam keheningan sejenak, menikmati momen itu. Citra merasa hatinya berdebar-debar, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, bukan karena ketakutan atau panik. Ia merasa sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menenangkan dan membuatnya merasa lebih hidup
.
.
Setelah laporan Citra diterima, polisi segera bergerak cepat. Dalam beberapa hari, operasi penangkapan besar-besaran terhadap Rio dan anak buahnya digelar. Malam itu, di sebuah gudang terpencil yang biasa digunakan Rio untuk melakukan transaksi, suara sirene polisi tiba-tiba menggema di udara. Pasukan polisi bersenjata lengkap mengepung tempat tersebut, siap untuk bertindak.
Polisi: (Berteriak melalui megafon) "Rio! Kami tahu kau ada di dalam! Letakkan senjata dan keluar dengan tangan di atas kepala!"
Di dalam gudang, Rio tampak tenang, meskipun anak buahnya mulai panik. Ia tahu ini adalah akhir dari permainan untuk sebagian besar dari mereka, tetapi ia memiliki rencana lain. Sementara anak buahnya menyerah satu per satu, Rio menyelinap ke lorong belakang, di mana sebuah pintu rahasia telah dipersiapkan jauh sebelumnya.
Rio: (Berbisik pada dirinya sendiri sambil tersenyum licik) "Kalian pikir kalian bisa menangkapku semudah itu?"
Sementara anak buahnya satu per satu diborgol dan dibawa pergi oleh polisi, Rio dengan tenang melangkah keluar melalui pintu rahasia, menuju sebuah mobil yang sudah menunggunya di belakang gedung. Ia melaju pergi dengan senyum kemenangan di wajahnya, meninggalkan kekacauan di belakang.
Beberapa hari kemudian, berita tentang penangkapan besar-besaran itu tersebar luas. Media melaporkan bahwa Rio dan anak buahnya telah dijebloskan ke penjara, tetapi kenyataannya berbeda. Rio, dengan kecerdasannya, berhasil menyuap beberapa oknum aparat dan pengacara korup yang berhasil menghilangkan bukti-bukti kuat yang mengaitkan dirinya langsung dengan berbagai kejahatan yang telah ia lakukan. Meskipun anak buahnya harus menerima hukuman berat, Rio berhasil lolos dari tuntutan dengan hanya dikenakan denda ringan dan hukuman percobaan.
Citra, yang telah mengikuti proses hukum dengan cemas, merasa kecewa dan marah saat mendengar berita bahwa Rio berhasil lolos dari hukuman yang pantas. Ia merasa pengorbanannya untuk melaporkan Rio menjadi sia-sia. Di tengah kekecewaannya, ia menghubungi Prof. Adi.
Citra: (Dengan nada penuh kekecewaan) "Prof, bagaimana ini bisa terjadi? Aku sudah memberitahu semuanya... tetapi Rio masih bebas. Dia lolos begitu saja!"
Prof. Adi menghela napas dalam-dalam, merasakan kemarahan dan kekecewaan Citra.
"Citra, aku mengerti perasaanmu. Sayangnya, sistem hukum kita tidak selalu berjalan adil.
Rio mungkin bebas sekarang, tapi ingat, dia akan terus hidup dalam bayang-bayang kejahatannya sendiri. Orang seperti dia tidak akan pernah benar-benar bebas. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah terus melanjutkan hidup dan tidak membiarkan ini menghancurkanmu."
Citra terdiam, merenungkan kata-kata Prof. Adi.
Ia tahu bahwa perjuangannya belum selesai, tetapi ia juga sadar bahwa ia tidak bisa terus-menerus hidup dalam bayang-bayang Rio. Dengan hati yang berat, ia bertekad untuk melanjutkan hidupnya, meskipun bayangan kelam dari masa lalunya masih terus menghantuinya.
Namun, di sisi lain, Rio mulai merencanakan langkah berikutnya. Ia tahu bahwa meskipun ia berhasil lolos kali ini, Citra telah menjadi ancaman bagi rencana-rencananya di masa depan. Dalam pikirannya, ia sudah menyusun strategi baru untuk memastikan bahwa Citra tidak akan pernah bisa merusak rencana nya lagi.
Rio adalah sosok yang tidak kenal belas kasihan, dan ia tidak akan berhenti sampai ia memastikan bahwa Citra tidak bisa lagi mengganggu jalannya. Perselisihan antara mereka belum berakhir.
sebenarnya…
ini baru saja dimulai….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments