Malam yang fatal

Setelah melepas keluh kesahnya di depan orang tua, Citra kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Perdebatan tadi membuatnya merasa lelah, tetapi juga ada perasaan lega karena telah mengungkapkan apa yang selama ini terpendam di hatinya. Namun, ada juga rasa kesal yang tak bisa ia abaikan. Bagaimana mungkin orang tuanya tak bisa memahami apa yang ia rasakan?

Malam ini, Citra sudah ada janji dengan teman-temannya untuk pergi ke club langganannya. Tempat itu adalah satu-satunya pelarian baginya, di mana ia bisa melupakan sejenak segala masalahnya dan menikmati gemerlap dunia malam. Tanpa banyak berpikir, ia membuka lemari pakaian dan memilih pakaian yang biasa ia kenakan saat keluar malam.

Citra mengenakan crop top hitam yang menonjolkan kulitnya yang cerah, jaket denim hitam yang kasual namun chic, dan celana pendek warna senada dengan manik-manik permata yang berkilauan. Selesai berdandan dan merias wajahnya dengan makeup yang sempurna, Citra melihat dirinya di cermin. Ia tersenyum kecil, merasa puas dengan penampilannya yang memancarkan kepercayaan diri dan kekuasaan.

Citra memutuskan untuk mengemudi sendiri, melawan kebiasaannya yang selalu mengandalkan sopir pribadi. Ketika ia membuka pintu garasi besar keluarga Surya, aroma khas cat mobil dan kulit asli menyambutnya. Di depan matanya, deretan mobil mewah terpajang rapi, seolah memamerkan kekayaan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Matanya terpaku pada coupe hitam dengan aksen merah mencolok—mobil yang dulunya sering ia kemudikan sebelum tenggelam dalam kenyamanan hidup yang diatur orang lain.

Ia menyalakan mesin, dan suara gemuruh yang menggelegar memicu semangat yang sudah lama pudar. Citra melesat keluar dari gerbang, menembus malam dengan kecepatan tinggi. Jalanan yang lengang memberinya kesempatan untuk merenung, membiarkan pikirannya melayang bebas.

Saat Citra melaju di jalanan kota dengan kecepatan tinggi, pikirannya melayang-layang. Ia mengingat kembali perdebatan dengan orang tuanya dan betapa tidak dipahaminya ia oleh mereka. Di sisi lain, ada rasa puas terselubung—perasaan bahwa ia mampu bertahan dan tetap mendapatkan apa yang diinginkannya.

“Aku bisa mengatasi ini. Aku tak butuh mereka… Aku tak butuh siapa pun. Mereka yang tidak mengerti, bukan aku.” Citra terus bergumam disepanjang perjalanan

Namun, di persimpangan jalan yang sepi, pandangannya kabur oleh angan-angan dan emosi yang bercampur aduk. Ia tidak menyadari ada seseorang yang tengah menyeberang di depan mobilnya hingga terlambat.

Dentuman Keras

Mobil itu berhenti mendadak, suara dentuman keras memecah malam yang tenang. Jantung Citra berdegup kencang, dan tubuhnya gemetar karena benturan. Ia terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Perlahan, ia keluar dari mobil dengan langkah yang goyah.

Di jalan yang diterangi lampu-lampu kota yang temaram, tergeletak sosok seseorang yang tak bergerak. Orang-orang mulai berkumpul di sekitar, beberapa mulai memanggil ambulans, sementara yang lain memandang Citra dengan tatapan penuh tuduhan.

“Kamu menabraknya! Kamu harus bertanggung jawab!" teriak seorang pria dari kerumunan, suaranya menggema dengan amarah.

Namun, Citra tidak gentar. Dengan wajah datar dan mata yang kosong, ia menatap mereka tanpa perasaan. "Berapa pun uang yang kalian minta, aku akan membayarnya. Ini bukan masalah besar," ujarnya dengan nada dingin, seolah nyawa yang hilang hanyalah sekadar angka di buku tabungan.

Yang tadinya suasana sangat ramai dengan teriakan dan juga umpatan pada Citra seketika hening mendengar perkataan Citra.

Orang-orang di sekitarnya tercengang, terkejut dengan ketidakpedulian yang ditunjukkan Citra. Mereka tidak dapat memahami bagaimana seorang gadis yang tampak anggun dan berkelas bisa begitu dingin.

Ibu korban tertegun mendengar kata-kata Citra. Hatinya terasa hancur seolah-olah dunia runtuh di sekelilingnya. Tangannya masih gemetar kemudian ia jatuh berlutut di samping tubuh anaknya yang sudah tergeletak di jalan dan tidak bernyawa.

"UANGGGGG? Kau pikir uang bisa mengembalikan nyawa anakku? Kau pikir uang bisa menghapus rasa sakit ini?" Teriak ibu korban sambil menunjuk Citra

Tiba-tiba seorang pria parubaya mendekat, dia adalah ayah korban. Wajahnya yang kusut dan penuh duka kini tampak memerah oleh kemarahan yang terpendam. "Apa kau tidak punya hati? Anak kami satu-satunya, harapan kami, kini telah tiada! Dan kau hanya bicara soal uang?!"

Citra mendengus pelan, seolah tak terganggu oleh kemarahan yang meluap di hadapannya. "Uang adalah segalanya di dunia ini. Dengan uang, kalian bisa melanjutkan hidup kalian. Jangan buat ini lebih sulit," ucapnya dingin, lalu ia dengan santai merogoh tas tangan mahalnya, mengeluarkan sebuah kartu nama berlapis emas dan melemparkannya ke tanah di depan pasangan itu.

"Ini, hubungi ayahku. Katakan berapa yang kalian inginkan," lanjutnya tanpa menoleh lagi pada wajah-wajah penuh kepedihan itu. Citra mulai melangkah pergi, meninggalkan orang-orang yang menatapnya dengan penuh kebencian.

Wanita paruh baya itu mengambil kartu nama yang tergeletak di tanah, pandangannya buram oleh air mata. "Kau pikir uang bisa membeli segalanya, tapi kau salah. Kau akan mendapat balasan atas perbuatanmu ini." Suaranya rendah, hampir seperti bisikan, namun penuh dengan tekad yang menyala di balik duka.

Citra hanya tersenyum tipis selayak nya meremehkan mereka tanpa menghiraukan lagi. Di dalam pikirannya, dia merasa dirinya masih di atas angin, tak tersentuh oleh amarah atau kesedihan mereka.

Namun, benih-benih dendam mulai tumbuh di hati pasangan parubaya itu, dan mereka tahu bahwa tidak ada uang yang bisa menghapus keadilan yang mereka cari.

.

Citra tiba di club favoritnya dengan perasaan masih kacau, namun ia berhasil menutupi semuanya dengan senyuman tipis saat bertemu teman-temannya di dalam. Mereka langsung menyambutnya dengan ceria, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Namun, meskipun Citra mencoba untuk larut dalam musik keras dan gemerlap lampu, bayangan wajah orang yang ia celakai terus menghantui pikirannya. Setiap kali ia menutup mata, bayangan itu semakin jelas. Tapi, seperti biasa, Citra menolak untuk menunjukkan kelemahannya. Ia tetap tersenyum, tertawa, dan menari sambil menenggak sekloci minuman , berusaha keras untuk mengubur rasa bersalah yang mulai muncul di hatinya

Terpopuler

Comments

Enoch

Enoch

Langsung jatuh cinta deh!

2024-08-12

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Pelepasan Emosi Dan Keputusan
3 Malam yang fatal
4 Ketegangan Di Dalam Sebuah Club
5 Menemukan Ketenangan
6 Berujung Malapetaka
7 Sisi Gelap Pembebasan
8 MIMPI BURUK YANG MENJADI NYATA
9 SKANDAL, KELUARGA DAN KEHANCURAN
10 TITIK TERENDAH
11 Kegiatan di penjara
12 CAHAYA BARU DI DUNIA YANG TERKURUNG
13 Pilihan terberat untuk kebebasan
14 Langkah baru Citra: awal baru di kota asing
15 Langkah awal di Kota baru
16 Menyulam harapan di tempat baru
17 Hari pertama kerja
18 Bangkitnya jiwa Citra
19 Bayu
20 Kembalinya Citra ke sekolah
21 Melangkah menuju mimpi
22 Antara masalalu dan harapan baru
23 Jejak yang tak terhapus dari bayang-bayangan masalalu
24 Perlindungan di malam kelam
25 Meraih perlindungan di tengah ancaman
26 Rantai ketakutan terputus
27 Akhir dari sebuah permainan
28 Melepas masa lalu dan memulai harapan baru
29 Persidangan
30 Harapan baru melangkah maju
31 Pembelajaran sebelum ujian
32 Merayakan hari terakhir ujian
33 Piknik
34 Merasakan kebersamaan saat piknik
35 Piknik yang menyenangkan
36 Liburan sudah berakhir
37 Pembukaan Butik
38 Pameran
39 Kreasi dan harapan di butik senja
40 Pertemuan yang tak terduga
41 Menunggu kedatangan Lisa
42 Rumah sederhana tapi nyaman
43 Pembelajaran untuk Lisa
44 Kebenaran yang terungkap
45 Rasa kecewa Citra untuk Dimas
46 Penyesalan Dimas
47 Keraguan di hati Citra
48 Perasaan bersalah yang terus menghantui Dimas
49 Akhirnya bertemu
50 28
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Part 1
2
Pelepasan Emosi Dan Keputusan
3
Malam yang fatal
4
Ketegangan Di Dalam Sebuah Club
5
Menemukan Ketenangan
6
Berujung Malapetaka
7
Sisi Gelap Pembebasan
8
MIMPI BURUK YANG MENJADI NYATA
9
SKANDAL, KELUARGA DAN KEHANCURAN
10
TITIK TERENDAH
11
Kegiatan di penjara
12
CAHAYA BARU DI DUNIA YANG TERKURUNG
13
Pilihan terberat untuk kebebasan
14
Langkah baru Citra: awal baru di kota asing
15
Langkah awal di Kota baru
16
Menyulam harapan di tempat baru
17
Hari pertama kerja
18
Bangkitnya jiwa Citra
19
Bayu
20
Kembalinya Citra ke sekolah
21
Melangkah menuju mimpi
22
Antara masalalu dan harapan baru
23
Jejak yang tak terhapus dari bayang-bayangan masalalu
24
Perlindungan di malam kelam
25
Meraih perlindungan di tengah ancaman
26
Rantai ketakutan terputus
27
Akhir dari sebuah permainan
28
Melepas masa lalu dan memulai harapan baru
29
Persidangan
30
Harapan baru melangkah maju
31
Pembelajaran sebelum ujian
32
Merayakan hari terakhir ujian
33
Piknik
34
Merasakan kebersamaan saat piknik
35
Piknik yang menyenangkan
36
Liburan sudah berakhir
37
Pembukaan Butik
38
Pameran
39
Kreasi dan harapan di butik senja
40
Pertemuan yang tak terduga
41
Menunggu kedatangan Lisa
42
Rumah sederhana tapi nyaman
43
Pembelajaran untuk Lisa
44
Kebenaran yang terungkap
45
Rasa kecewa Citra untuk Dimas
46
Penyesalan Dimas
47
Keraguan di hati Citra
48
Perasaan bersalah yang terus menghantui Dimas
49
Akhirnya bertemu
50
28

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!