Tiga hari kemudian,
Di ruang rapat yang luas dan megah, Daniel duduk di ujung meja panjang, dikelilingi oleh para petinggi perusahaan. Cahaya matahari sore yang lembut menerobos masuk melalui jendela besar, menerangi wajah-wajah serius yang sibuk membahas perkembangan perusahaan selama setahun terakhir.
Daniel, dengan kemeja rapi dan wajah penuh konsentrasi, memimpin rapat dengan tegas. "Seperti yang kita lihat dari laporan keuangan, ada peningkatan signifikan dalam penjualan kuartal terakhir. Namun, kita harus lebih fokus pada efisiensi produksi untuk menjaga momentum ini," ucapnya, suaranya menggema di seluruh ruangan.
Salah satu eksekutif senior, Mr. Hamilton, mengangguk setuju. "Tentu, tuan. Kami telah mengidentifikasi beberapa area yang bisa dioptimalkan. Tim kami siap untuk mengimplementasikan strategi baru secepatnya," katanya dengan nada yakin.
Daniel mengangguk, matanya memindai wajah-wajah di sekeliling meja. "Bagus. Kita juga harus lebih agresif dalam ekspansi pasar internasional. Saya ingin laporan detail tentang peluang di Asia Tenggara dan Amerika Latin pada akhir minggu ini," lanjutnya dengan tegas.
Rapat terus berlanjut dengan diskusi mendalam tentang berbagai aspek operasional dan strategi masa depan. Sesekali, Daniel mencatat poin-poin penting di buku catatannya, memastikan semua masukan dan saran dicatat dengan rapi.
"Baiklah, rapat kita selesai. Terima kasih atas kerjasamanya, semuanya." Para eksekutif berdiri, saling mengangguk hormat sebelum meninggalkan ruangan.
CKLEK
Pintu ruangan Daniel terbuka perlahan dan Erina masuk dengan senyum kecil di wajahnya. Daniel mengerutkan kening, merasa heran dengan kedatangannya. "Ada apa Anda kemari, Nona?" tanyanya dengan suara dingin yang terdengar begitu menggoda di telinga Erina.
"Tentu saja untuk melihatmu. Kau tak datang menjemputku, jadi aku menyuruh sopir mengantarku ke sini," jawab Erina sambil duduk di kursi depan meja Daniel.
"Sebaiknya Anda kembali ke mansion, Nona, karena saya sedang sibuk," kata Daniel tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.
"Tapi aku tidak sibuk," balas Erina dengan senyum tengilnya, menantang.
"Tak ada yang bisa Anda lakukan di sini," ucap Daniel, mencoba mengusir Erina secara halus.
Namun, sebelum Erina bisa menjawab, pintu terbuka lagi, dan salah satu asisten Daniel masuk membawa beberapa kantong makanan. Daniel mengangkat alis, bingung. "Siapa yang memesan itu?" tanyanya kepada asistennya.
"Aku," jawab Erina dengan cepat, lalu berlari kecil menghampiri asisten itu, mengambil kantong makanan dari tangannya.
Daniel menghela napas panjang, menatap Erina dengan penuh kelelahan. "Kenapa Anda membawa makanan sebanyak itu ke sini?" tanyanya saat Erina menata kantong-kantong makanan di atas meja sofa.
"Karena kita berdua akan memakannya," jawab Erina sambil mengatur makanan dengan hati-hati.
"Saya sudah makan tadi, Nona," sahut Daniel dengan nada tegas.
"Kau ini cerewet sekali. Ayo, kemarilah kita makan bersama-sama," seru Erina, mengundangnya dengan antusias.
Daniel tidak beranjak dari tempatnya, namun ketika Erina memberikan tatapan memohonnya yang dibuat dramatis, ia menghela napas dan akhirnya menyerah, lalu menghampiri Erina untuk makan bersamanya.
"Enak, bukan? Ini dari salah satu restoran favoritku. Mommy dan Aunty juga menyukainya," seru Erina sambil mengunyah makanannya dengan riang.
"Jangan bicara saat sedang mengunyah makanan. Nanti Anda bisa tersedak," tegur Daniel dengan lembut, pandangannya tetap pada Erina yang tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Aku sudah selesai. Aku benar-benar sudah kenyang," ucap Daniel sambil beranjak menuju meja kerjanya.
"Aku akan menyuruh asisten di luar untuk membersihkan meja ini," seru Erina sambil berjalan keluar dari ruangan.
Beberapa saat kemudian, Erina kembali masuk dengan beberapa asisten yang berjalan di belakangnya. "Anda memanggil mereka semua untuk membersihkan meja atau ruangan ini?" tanya Daniel, heran melihat semua asistennya yang berjumlah lima orang masuk ke dalam ruangannya.
"Jika kau mau, mereka bisa membersihkan ruangan ini, Honey," seru Erina dengan kerlingan mata yang menggoda.
Daniel menggelengkan kepalanya, enggan memperpanjang masalah. Ia membiarkan Erina melakukan apa saja sementara dirinya kembali fokus pada layar komputernya, tenggelam dalam tumpukan pekerjaan yang menanti.
*
*
*
Daniel duduk di depan televisi, menikmati siaran berita. Hari ini adalah hari libur, dan ia memutuskan untuk tidak ke perusahaan. Erina turun dari tangga, bergabung dan duduk di sebelah Daniel, membawa semangatnya yang cerah.
"Apa rencanamu hari ini?" tanya Erina dengan penuh harap.
"Tidak ada," jawab Daniel singkat, pandangannya tetap pada layar televisi.
"Huftt, ayolah kita lakukan sesuatu. Kita bisa jalan-jalan, pergi shopping ke mall, atau tidak kita bisa pergi ke pantai dan berjemur di sana. Huuu, itu pasti lebih menyenangkan daripada hanya berdiam diri di rumah," seru Erina penuh semangat.
"Aku akan bekerja di kamarku nanti," balas Daniel singkat, tetap fokus ke televisi.
Erina mencebik, merasa kecewa. "Kalau begitu, aku akan mengajak sopir saja," ucapnya.
"Mereka tidak bisa membawa Anda keluar tanpa perintahku," jawab Daniel dengan tegas.
Sebenarnya, Daniel hanya ingin beristirahat sejenak dari rutinitas yang telah menguras energinya selama seminggu ini.
"Aku bisa mati kebosanan kalau seperti ini, Daniel," keluh Erina, kesal.
Tidak lama kemudian, ponsel Daniel berdering. Ada panggilan video dari temannya, Lukas. Daniel menerima panggilan itu. "Ada apa?" tanyanya.
"Hei bro, kau sudah mengecek email yang aku kirim tadi?" tanya Lukas.
"Hmm, aku akan memperbaiki sedikit lagi sistemnya," jawab Daniel.
"Hai Lukas," sapa Erina, melirik ke layar ponsel Daniel.
"Hai nona belut," timpal Lukas dengan candaan.
"Aku dengar kau lagi di Meksiko? Pasti kau bersenang-senang di sana?" ucap Erina dengan suara yang sedikit keras, hingga Daniel sedikit menutup telinganya.
Lukas tertawa, menikmati ekspresi temannya yang tampak sedikit tersiksa. "Iya, kau benar, nona. Aku sangat bersenang-senang di sini," jawab Lukas.
"Sudah, nanti aku akan menghubungimu lagi kalau sudah selesai," ucap Daniel, mengakhiri panggilan.
Daniel menoleh ke arah Erina, yang kini tampak tersenyum manis. "Ke pantai ya, ya, ya, ya," ucap Erina, menggerakkan kepalanya penuh harap.
Daniel menghela napas panjang, "Kita ke taman saja," jawabnya akhirnya.
Erina tampak sedikit mencebik, namun sebelum Daniel sempat beranjak, ia menahan tangannya. "Jika Anda tidak mau, ya sudah," lanjut Daniel dengan nada tegas.
"Tidak, tidak. Baiklah, aku mau," ujar Erina dengan senyum mengembang. "Tunggu aku bersiap-siap dulu, oke?" tambahnya, berlari menuju kamarnya.
Daniel hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis, menunggu di ruang tamu sambil menyeruput kopinya yang masih hangat. Ia mendengar suara langkah kaki Erina yang sibuk di lantai atas, mempersiapkan diri dengan semangat.
Beberapa menit kemudian, Erina muncul dengan pakaian kasual yang chic, tampak segar dan bersemangat. "Aku sudah siap!" serunya sambil berputar sedikit untuk menunjukkan penampilannya.
Daniel mengangguk, meletakkan cangkir kopi di meja. "Baiklah, ayo kita berangkat," ujarnya sambil berjalan menuju pintu. Erina mengikuti di belakangnya dengan langkah ringan, terlihat sangat gembira.
Mereka keluar menuju mobil, Daniel membuka pintu untuk Erina dengan sopan. "Terima kasih," ucapnya sambil masuk ke dalam mobil. Daniel berjalan mengitari mobil dan masuk ke kursi pengemudi, lalu menyalakan mesin.
Selama perjalanan menuju taman, Erina terus bercerita tentang berbagai hal—mulai dari rencana liburan, hingga cerita lucu tentang temannya. Daniel mendengarkan dengan setengah senyum, sesekali mengangguk dan memberikan tanggapan singkat.
Sesampainya di taman, Erina melompat keluar dari mobil dengan semangat. "Ayo, Daniel, kita berjalan-jalan," ajaknya, menggandeng lengan Daniel dengan erat.
Daniel hanya mengangguk lagi, membiarkan Erina memimpin jalan. Meskipun ia tidak terlalu antusias tentang jalan-jalan ini, melihat kebahagiaan di wajah Erina membuatnya merasa sedikit lebih ringan. Mereka berjalan menyusuri taman, dengan Erina yang tampak terus berbicara.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
who am I
poor erina, hati hati daniel kalo kamu kepincut sama erina tapi ternyata ....terlambat 🫣
2024-07-31
0