Miller?

Daniel melajukan mobilnya dengan kecepatan yang menghentak malam, seperti angin topan yang mengoyak ketenangan. Cahaya lampu jalan memantul cepat di kap mobilnya, memudar dalam bayangan saat ia mengejar musuh yang berani mengusik wilayahnya. Tatapannya fokus, dingin seperti mata elang yang mengunci targetnya dari kejauhan.

Dalam satu gerakan penuh keberanian, Daniel mengarahkan mobilnya langsung ke arah mobil musuh yang mengejar kliennya, Tuan Corin dari Prancis. Tabrakan yang tak terhindarkan mengguncang udara malam, suara dentuman logam menghantam logam menggema seperti bunyi palu keadilan yang dijatuhkan di ruang pengadilan. Mobil musuh terguncang keras, hilang kendali, sementara mobil Daniel tetap kokoh melaju, seperti binatang buas yang tak akan terhentikan.

"Ça, c'est la voiture de Monsieur Daniel!" seru sopir Tuan Corin, matanya membelalak saat melihat mobil Daniel dan para anak buahnya muncul di kaca spion. Ada harapan baru di dalam hatinya, keyakinan bahwa mereka kini tak lagi sendirian dalam pertarungan ini.

Di balik kemudi, Daniel hanya tersenyum tipis. Tatapan matanya tetap lurus ke depan, penuh tekad. Dengan sinyal tangan, ia memberi instruksi kepada anak buahnya, yang dengan cepat mengepung musuh.

Tidak butuh waktu lama bagi Daniel untuk melumpuhkan lawan-lawannya. Seperti angin yang datang tiba-tiba dan menyapu bersih segala rintangan, ia dengan tenang dan tanpa ragu menuntaskan tugasnya. Ketika situasi akhirnya aman, dan musuh-musuh telah dilumpuhkan, Daniel keluar dari mobilnya. Malam yang tadinya tegang kini mereda, hanya tersisa suara napas yang teratur dari mereka yang berdiri di medan yang telah dikuasai.

Tuan Corin, yang masih sedikit terengah, menghampiri Daniel dengan rasa syukur yang tulus di matanya. "Merci beaucoup, Monsieur Daniel, pour votre aide," ucapnya, nada suaranya dipenuhi dengan penghargaan.

Daniel menatap pria itu dengan mata yang tetap tenang namun penuh rasa tanggung jawab. "C'est mon devoir de vous protéger tant que vous êtes sur mon territoire, Monsieur Corin. Je suis également désolé pour cet incident," jawabnya, dengan suara yang rendah namun tegas, memastikan bahwa Corin mengerti bahwa ini bukan sekadar bantuan, melainkan sebuah janji perlindungan yang tak akan pernah ia ingkari.

Mereka berdiri sejenak dalam diam, angin malam membawa aroma laut yang jauh, seolah menyapu sisa ketegangan yang masih ada. Lalu, Daniel mengangguk pelan, tanda bahwa mereka bisa melanjutkan perjalanan dengan keyakinan bahwa malam itu tak akan ada lagi ancaman yang berani mendekat.

Setelah memastikan keamanan Corin, Daniel melaju dengan tujuan yang lebih gelap, markas The Devil. Malam yang dingin menjadi saksi bisu ketika ia tiba, membawa aura kemarahan yang membara di dalam dirinya. Pintu besi besar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan yang suram, di mana bayangan dosa-dosa masa lalu menggantung seperti tirai kelam.

Di sana, terikat dan tak berdaya, para musuh yang telah diringkus menatapnya dengan ketakutan. Daniel mendekat dengan langkah yang tenang, namun penuh ancaman. Tanpa sepatah kata pun, ia mulai melakukan interogasi dengan cara yang hanya ia pahami. Pukulan, tendangan, dan ancaman kejam adalah bahasa yang digunakan untuk memaksa kebenaran keluar dari bibir mereka yang berdarah.

"Ampun, tuan!" salah satu dari mereka akhirnya merintih, wajahnya sudah tak lagi bisa dikenali, dihiasi luka dan lebam. "Tuan Miller... Tuan Miller yang membayar kami untuk menghabisi mereka."

Daniel berhenti sejenak, menatap dingin pria yang berlutut di depannya, yang kini hanya tinggal bayang-bayang dari sosok yang pernah penuh percaya diri. "Tuan Miller?" gumamnya, mengulangi nama itu dengan nada yang penuh kebencian.

Ia menoleh ke anak buahnya yang setia, tatapan matanya memerintahkan tanpa perlu kata-kata. "Cari tahu lebih banyak tentang Miller. Jangan biarkan satu detail pun terlewat." Suaranya terdengar rendah, namun tegas, penuh janji akan balas dendam yang akan ia lakukan dengan tangan dinginnya sendiri.

Pria yang babak belur itu gemetar, menyadari bahwa rahasia yang ia simpan kini telah terungkap, namun hanya membawa hukuman yang lebih berat daripada yang bisa ia bayangkan.

"Jika kau ingin hidup lebih lama," bisik Daniel dengan suara penuh ancaman, "kau akan memberitahuku setiap rencana Miller, sekecil apa pun itu. Atau nyawamu akan berakhir di sini dan sekarang."

Tatapan pria itu membelalak ketakutan, ia tahu bahwa di hadapannya bukan sekadar seorang pria, tetapi sebuah kekuatan yang tak bisa dilawan. "Ya... ya, tuan... saya akan memberitahu semuanya..." katanya dengan suara bergetar, berusaha menggapai harapan yang nyaris tak ada lagi.

Daniel tersenyum tipis, namun senyuman itu tak menyimpan kehangatan, hanya sekilas bayangan dari seorang pria yang telah terlalu sering berurusan dengan kegelapan. Setelah mengetahui siapa dalang di balik serangan itu, hatinya tak sedikit pun merasa lega—justru semakin dipenuhi tekad untuk menuntaskan apa yang telah dimulai. Miller, nama itu kini menjadi sebuah janji yang akan ia penuhi dengan tindakan, bukan kata-kata.

Dengan langkah yang penuh perhitungan, Daniel meninggalkan markas, kembali ke mansion untuk beristirahat, Daniel tiba di mansion tepat saat jarum jam berdentang di tengah malam, seakan mengiringi langkah kakinya yang hening namun penuh beban. Pintu besar berderit pelan saat ia mendorongnya, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang menunggu di dalam, berbeda jauh dari dinginnya dunia luar yang baru saja ia tinggalkan.

Ruang-ruang di mansion itu terasa sunyi, sepi dari suara-suara kehidupan malam. Lampu-lampu temaram menyala, memancarkan cahaya lembut yang membentuk bayangan di setiap sudut, seakan ikut mengawasinya. Daniel melangkah perlahan menuju dapur, tempat di mana ia berharap menemukan sesuatu yang bisa mengisi perut yang tiba-tiba terasa kosong.

Begitu sampai di dapur, tangannya terulur membuka lemari es, dinginnya menyambut kulitnya yang masih terasa hangat dari pertempuran sebelumnya. Namun, pikirannya melayang, terlalu sibuk dengan rencana yang harus ia susun, terlalu sibuk dengan ancaman yang harus ia hadapi.

Di tengah lamunannya, ia menemukan sepotong roti dan segelas susu dingin—sederhana, namun cukup untuk menenangkan rasa laparnya. Daniel mengambil keduanya, lalu duduk di kursi yang berdekatan, di mana ia bisa merasakan keheningan yang menenangkan.

Tapi meskipun tubuhnya beristirahat, pikirannya terus berputar, merenungkan langkah-langkah yang harus ia ambil. Mata Daniel yang tajam menatap ke luar jendela, menembus kegelapan malam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang belum terselesaikan.

Sebuah suara lembut namun tak terduga terdengar dari belakang, membuatnya menoleh. "Kau baru pulang?" Suara itu milik Erina, yang berjalan kearahnya.

"Nona, Apa anda belum tidur?" tanya Daniel sedikit terkejut melihatnya di sini pada jam selarut ini.

"Aku terbangun karena haus, dan ternyata air di kamar sudah habis," jawabnya dengan nada lembut. Ia mendekat dan duduk di kursi berhadapan dengan Daniel, matanya sedikit sayu tetapi tetap memancarkan kehangatan. Dengan gerakan perlahan, ia mengambil sebuah gelas, menuangkan air dari teko di atas meja, lalu meminumnya, menghilangkan dahaga yang mengusik tidurnya.

Erina meletakkan gelasnya dengan lembut di atas meja, senyum tipis tersungging di bibirnya yang manis. “Kau tampak sangat lelah, Daniel. Siapa yang kau hajar tadi?” tanyanya dengan nada yang setengah bercanda, meskipun matanya penuh perhatian. Ia seperti bisa membaca apa yang tersembunyi di balik keheningan pria itu.

Daniel mengambil gigitan kecil dari rotinya, menatap ke arah meja tanpa benar-benar melihatnya. “Hanya seorang musuh kecil,” jawabnya dengan datar, seolah apa yang baru saja terjadi tidak lebih dari sebuah gangguan kecil dalam rutinitasnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Astuti Setiorini

Astuti Setiorini

wah daniel bodyguard dingin kapan es bantu mencair

2024-08-16

0

who am I

who am I

wah, perjalanan cinta si kulkas apa nunggu ditinggalin erina baru sadar 🫣

2024-08-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!