Meksiko

Meksiko

Lukas melangkah turun dari jet pribadinya dengan anggun, kakinya menyentuh landasan dengan penuh wibawa. Di bawah sana, anak buahnya telah berbaris rapi, siap menyambut kedatangannya di tanah Meksiko yang terik. Matahari senja memancarkan sinarnya yang keemasan, menciptakan bayangan panjang di landasan pacu.

Salah satu anak buahnya maju dengan hormat, menyerahkan kunci mobil sport hitam yang mengilap di tangan. "Mana kuncinya?" tanya Lukas dengan suara tenang namun penuh otoritas, tatapannya tajam seperti elang yang mengawasi mangsanya.

Anak buahnya segera menyerahkan kunci itu dengan sikap hormat. "Ini, Tuan," ucapnya singkat namun penuh penghormatan.

Lukas menerima kunci tersebut, mengangguk ringan sebagai tanda terima kasih yang diam. Tanpa banyak bicara, ia berjalan menuju mobil sport hitam yang sudah dipersiapkan. Kilauan cat hitamnya berkilau di bawah sinar matahari, menambah kesan misterius dan elegan pada kendaraan itu.

Setelah membuka pintu mobil dan duduk di belakang kemudi, Lukas merasakan sentuhan kulit mewah yang dingin di tangannya. Dengan satu gerakan halus, ia menyalakan mesin yang menderu halus, seolah mengerti bahwa tuannya kini siap untuk beraksi. Ia melirik sebentar ke kaca spion, memastikan segalanya siap sebelum melaju.

Anak buahnya masih berdiri di sana, mengawasi mobil sport itu meluncur dengan mulus meninggalkan landasan. Lukas mengemudi dengan tenang, menikmati perjalanan menuju apartemen yang akan menjadi tempat persinggahannya selama di Meksiko.

Sesampainya di apartemen, Lukas memarkir mobilnya dengan presisi. Ia keluar dari mobil, menghirup udara malam yang mulai menyelimuti kota. Lampu-lampu jalanan berkelip lembut, menyambut malam yang penuh misteri dan janji.

Lukas memasuki apartemennya, interiornya modern dan mewah, cocok dengan seleranya yang tinggi. Ia menyalakan lampu, cahayanya memantul di dinding kaca yang menghadap pemandangan kota yang gemerlap. Duduk di sofa yang nyaman, Lukas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Apakah semuanya sudah siap?" suara Lukas terdengar tegas, seperti angin malam yang menusuk tulang.

Di ujung telepon, suara yang tak kalah tegas menjawab, "Semua dokumen sudah disiapkan, Tuan, sesuai dengan perintah Anda."

Lukas tersenyum tipis, bibirnya melengkung dengan kepuasan yang halus namun penuh makna. "Bagus. Aku akan datang ke perusahaan besok pagi, dan pastikan semuanya sudah berada di ruang meeting."

"Siap, Tuan."

Percakapan singkat itu berakhir, meninggalkan Lukas dalam keheningan yang sarat dengan rencana dan strategi. Ia memandang keluar jendela, menatap gemerlap kota Meksiko yang berkilauan di bawah cahaya bintang, seolah menyimpan sejuta rahasia yang siap untuk diungkap.

*

*

*

Pagi harinya, matahari Meksiko bersinar lembut, menyelimuti kota dengan cahaya keemasannya. Lukas, setelah mempersiapkan dirinya dengan pakaian formal yang rapi, melangkah keluar dari apartemennya dengan aura wibawa yang tak terbantahkan. Mobil sport hitamnya menunggu dengan setia di depan, mesinnya berderu halus saat ia duduk di balik kemudi.

Hanya butuh waktu lima belas menit bagi Lukas untuk tiba di perusahaan. Perjalanannya diiringi oleh irama jalanan kota yang mulai sibuk dengan aktivitas pagi. Ia memarkirkan mobilnya di lobi perusahaan, menyerahkan kunci mobil pada petugas keamanan yang sudah siap menanti.

"Selamat pagi, Tuan Lukas," sapa petugas keamanan dengan hormat.

"Pagi," balas Lukas singkat, matanya memancarkan ketegasan. "Pastikan mobil ini diparkir dengan baik."

"Siap, Tuan," jawab petugas itu sambil mengambil alih kemudi.

Lukas melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan dengan penuh percaya diri. Suasana di dalam kantor sudah mulai sibuk, para karyawan bergerak cepat, memastikan segala sesuatu siap untuk kedatangan bosnya. Di lift, Lukas berdiri tegak, matanya memandang lurus ke depan, pikirannya terfokus pada pertemuan yang akan segera berlangsung.

Sesampainya di lantai atas, pintu lift terbuka dengan suara yang lembut. Lukas melangkah keluar, menuju ruang meeting dengan langkah mantap. Di dalam ruangan, meja besar telah dipenuhi dengan dokumen-dokumen penting yang tertata rapi. Para eksekutif sudah menunggu dengan cemas, mata mereka tertuju pada pintu yang baru saja dibuka.

"Selamat pagi, semuanya," sapa Lukas, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Mari kita mulai."

Para eksekutif mengangguk, mengambil tempat mereka masing-masing. Lukas duduk di kursi utama, memandang sejenak ke arah mereka sebelum membuka salah satu dokumen di depannya. "Saya harap semua sudah siap."

Pertemuan pun dimulai, dan di dalam ruang meeting itu, Lukas memimpin dengan karisma dan ketegasan, memastikan setiap keputusan diambil dengan penuh pertimbangan. Di luar jendela, matahari terus naik, menyinari kota Meksiko yang penuh kehidupan, seolah memberkati setiap langkah dan keputusan yang diambil di dalam ruangan tersebut.

Pukul sembilan malam, Lukas akhirnya melangkah keluar dari gedung perusahaannya. Hari pertamanya diwarnai dengan lembur, dipaksa menghadapi segudang masalah yang menggerogoti waktu dan tenaganya. Yang paling mendesak adalah kecelakaan di bagian pengiriman barang, yang membuat semua kiriman rusak parah. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, namun kerugian materi tetap saja membuat kepalanya berdenyut.

Lukas mengenakan kacamata hitamnya, seolah berusaha menyembunyikan lelah yang terpendam di balik matanya. Ia melangkah menuju mobil sportnya. Dengan kecepatan sedang, ia melaju di sepanjang jalanan yang mulai lengang, membiarkan pikirannya melayang terbawa suasana malam.

Saat berhenti di lampu merah, telinganya menangkap suara yang lembut dan menenangkan, melodi yang meresap hingga ke relung hati. Suara itu datang dari trotoar jalanan, membuat Lukas secara otomatis menoleh ke arah sumber suara.

Di sana, di bawah pancaran lampu jalan yang temaram, berdiri seorang wanita muda yang cantik. Ia memegang gitar dengan anggun, suaranya mengalun lembut, menyejukkan siapapun yang mendengarnya. Lagu yang ia nyanyikan membawa ketenangan, seperti embun yang menyapa daun di pagi hari. Orang-orang mulai berkumpul, membentuk lingkaran di sekitarnya, terpesona oleh keindahan suaranya.

Lukas memandanginya dengan penuh minat, merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti hatinya yang lelah. Ia membuka kaca mobil, membiarkan suara itu masuk dan memenuhi ruang hatinya. Wanita berambut merah itu, dengan senyumnya yang tulus, tampak begitu memukau dalam kesederhanaannya.

Saat lampu lalu lintas berubah hijau, Lukas enggan untuk pergi. Ia masih ingin menikmati momen itu, namun suara klakson dari mobil di belakangnya memaksa ia untuk melanjutkan perjalanan.

Sambil melaju, pikiran Lukas masih tertinggal di tempat itu, di mana suara lembut wanita berambut merah itu seakan masih mengikutinya, memberi ketenangan yang ia butuhkan setelah hari yang melelahkan. Sesampainya di apartemennya, Lukas duduk di balkon, memandang ke langit malam yang bertabur bintang, membiarkan momen indah itu terukir dalam ingatannya.

Di keheningan malam yang sepi, suara indah wanita tadi sayup-sayup teringat lagi olehnya, seolah membisikkan janji bahwa esok hari akan lebih baik. Melodi itu menari-nari dalam pikirannya, menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang penuh dengan kekacauan dan masalah, masih ada keindahan sederhana yang bisa ditemukan, jika kita cukup beruntung untuk mendengarnya. Lukas tersenyum tipis, merasa sedikit lebih ringan setelah melewati hari yang melelahkan.

Bersambung

Lukas Castello

Juliette

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!