Bab 11

Lalu waktu pun berlalu.

Penindasan terus berlanjut dan Naina menganggap hal tersebut sudah menjadi bagian dari hidupnya. Tidak banyak yang berubah. Bahkan hubungan sedingin kutub itu pun terus berlanjut.

Setelah dua tahun hidup seperti itu, suasana meresahkan mulai merasuki istana kerajaan. Hal itu dikarenakan sejak kehilangan anak pertama mereka, adik raja dan istrinya tidak pernah mempunyai anak lagi. Tentu ini karena Naina rajin mengonsumsi obat pencegah kehamilan pasca mereka melakukan hubungan suami istri. Xero pun tidak pernah bertanya kenapa Naina tidak pernah hamil, artinya memang dalam hubungan tersebut, suaminya hanya mencari kepuasan secara biologis, tidak lebih. Hubungan mereka tidak pernah berkembang.

Setiap ada orang yang bertanya, Naina diam-diam berkata kepada orang-orang di sekitarnya, “Ini salahku kalau kita tidak bisa punya anak.” Nadanya sedih.

Itu adalah strateginya agar dipandang menjadi istri yang tidak layak. Karena bagaimana pun, jelas ahli waris sangat dibutuhkan untuk kedua hubungan tersebut. Tak banyak orang yang mencibir Naina dan bermaksud untuk menyuruh pangeran kedua agar mengambil selir.

Sayangnya pangeran pertama belum mengambil keputusan atas desakan para bangsawan.

Kondisi Raja Moft mulai menurun, penyakit yang di deritanya mulai terlihat dengan jelas menggerogoti dirinya. Badannya kurus kering dan sudah tampak layu.

"Apa Nyonya sudah tahu kondisi Yang Mulia Raja?" Sean mulai bertanya.

Sudah lima hari lamanya, suaminya mondar mandir pergi ke istana utama untuk urusan negara. Dia mulai menggantikan posisi Raja karena kondisi kesehatan raja yang mulai menurun

"Yah sepertinya sudah parah."

Para tabib pun sudah sering keluar masuk istana. Siapapun bisa melihat bahwa raja dalam kondisi kritis.

Sean mengangguk-angguk.

Naina mulai bersiap untuk hari yang tak terhindarkan tiba. Pikirannya mulai kemana mana. Mungkin sudah saat nya pula dia akhirnya akan bisa pergi dari istana ini.

Firasatnya mengatakan bahwa umurnya raja tidak akan lama lagi .

Tak lama sebuah bunyi bel berbunyi menandakan wafatnya Raja.

Seluruh negeri berduka. Naina tentu saja ikut berkabung. Acara seremonial di gelar secara Akbar.

Tokoh yang terlihat sangat menarik perhatian tentu saja jandaa permaisuri.

Pakaian hitam berkabungnya terlihat sederhana. Dan meski tanpa riasan, Calista terlihat cantik. Matanya merah sebab menangis tanpa henti.

Berbeda dengan suaminya yang tampak dengan tenang dan mengatur segala sesuatunya.

Di kapel kebesaran, doa doa dipanjatkan. Naina pun dengan tenang duduk tegak.

Bunga bunga ditebar si sepanjang jalan. Itu adalah tradisi dari Kerajaan Yamen untuk mengenang orang besar yang berpulang ke rahmat Tuhan.

Peti mati sang raja tampak sangat megah dengan ukiran kayu yang rumit. Peti mati itu sendiri sudah dipersiapkan lama sekali.

Ketika iringan itu akhirnya tiba di area pemakaman, acara tersebut berlangsung lancar dan damai. Utusan dari berbagai kerajaan juga datang untuk berbela sungkawa. Raja Moft meski memerintah dalam waktu singkat, dia juga bukan raja yang buruk, dia dikenal adil dan bijaksana, makanya ketika dia pergi menghadap pemilik semesta, semua berduka untuknya .

"Ratu sepertinya sangat bersedih dengan kepergiannya Raja." bisikan itu ramai di khalayak para pelayat. Tangannya terus memegang sapu tangan untuk menghapus air matanya.

Setelah sang raja dikebumikan, santer omongan muncul. Tentang Raja penerus berikutnya. Yaitu Pangeran Xero Yamen, suami dari Naina.

Dan hari itu akhirnya tiba.

Naina berjalan menuju istananya untuk bersiap-siap.

Terpopuler

Comments

Frianty Frianty

Frianty Frianty

aq paham alur cerita mu.terus lanjutkan

2024-10-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!