Setelah berkeliling, Jenk bertanya kepada pria yang menuntun dia tadi,
"Siapa nama anda? tanyanya formal karena dia tidak mengetahui siapa dia sebenarnya (yaelah gimana sih lu jenk, masa orang sudah mau satu hari berkeliling bersama, baru lu tanya namanya?🙄🙄🙄 ka ga asyik lu)
" Xiao Yan panggil saja hamba Yan yang mulia" jawabnya dengan sopan
"ya Saya Jenk Bright, panggil saja jenk" jawab jenk memperkenalkan diri
"Hamba tidak bisa memanggil yang mulia dengan nama saja, itu kurang ajar bagi kaum hamba karena yang mulia adalah junjungan hamba" jawab yan dengan sopan
" Baiklah terserah kau saja" ucap jenk mengalah.
Lalu yan membawa mereka ke sebuah gedung, ketika mereka memasuki salah satu ruangan yang tidak sembarangan orang masuk kecuali pemilik dari Dunia itu, Yan menyuruh jenk untuk masuk keruangan itu
"Yang mulia silahkan masuk keruangan itu, hamba tidak bisa menemani yang mulia masuk" pintanya kepada jenk
Lalu jenk masuk dengan tenang meninggalkan Jo dan yan di luar, ketika Ia masuk langsung di sambut dengan ruangan yang begitu mewah batu kristal menghiasi ruangan itu menyinari seluruh ruangan itu bagai siang, di tengah ruangan terdapat meja bundar dan di atasnya terdapat sebuah kotak kayu dan itu menarik perhatian Jenk, Dia berjalan pelan sambil memperhatikan kotak kayu itu karena terdapat ukiran unik di sisi kotak dan terdapat tulisan kecil yang berinisial JB, jenk berpikir sejenak kek dia familiar dengan inisial ini, mungkin nanti dia akan bertanya sama yan, lalu dia melanjut membuka kotak kayu itu dengan hati-hati tenyata di dalamnya terdapat sebuah kertas dan kalung berliontin batu permata dengan inisial JB juga, lalu Ia beralih ke sebuah kertas yang isinya
"selamat datang kembali sang titisan"
"Isi dunia ini ada dalam kendalimu JB (Jenk Bright)""
Jenk kaget dengan tulisan yang terukir itu karena di dalamnya terdapat namanya, dia bertanya-tanya siapa yang menulis ini? itulah yang dia pikirkan. Setelah membaca isi surat dia beralih ke pojok surat karena terdapat tulisan kecil yang berbunyi "teteskan darahmu di atas permata kalung" lalu dia menoleh ke arah kalung sambil menimang dan berpikir haruskah saya meneteskan darahku?
"ah coba sajalah, Mungkin tidak apa kali ya" gumamnya pelan, lalu menggigit jari kelingking dengan keras karena tidak terdapat jarum atau pisau disitu, setelah jari kelingkingnya mengeluarkan darah langsung dia arahkan ke kalung tidak lama kemudian sebuah cahaya keunguan bercampur putih melingkupinya tampaklah pemuda tampan berdiri dengan kokoh kulit sehalus sutra😁 hidung mancung dengan rahang kokoh alis tebal berbentuk pedang, bulu mata lentik dengan bola mata tajam ah kesempurnaan yang tiada tara para readers membayangkan sendiri saja e sesuai imajinasi para readers pecinta pria tampan bagi kalangan saudari dan ketampanan ideal bagi para saudara
Ya pemuda itu adalah jenk dengan sebuah kalung bertengger manis di lehernya kalung itu tidak dapat di lihat oleh orang lain kecuali Jenk itu sendiri, lalu dia melanjutkan untuk melihat isi ruangan itu, selang beberapa menit jenk tidak menemukan apa yang menarik perhatiannya lalu dia segera keluar dari ruangan itu dan di depan pintu masih berdiri Yan dan Jo yang menatapnya cemas mereka segera menghampiri
" Selamat yang mulia anda telah berhasil" ucap Yan dengan senang melihat jenk baik-baik saja
" Apa anda tidak apa-apa tuan? tanya Jo
"Terimakasih Yan, dan yah saya baik-baik saja Jo" ucapnya santai
"Apa yang terjadi di dalam Tuan? tanya Jo
"hanya menemukan sebuah kotak kayu yang berisi sebuah kertas dan kalung berliontin batu permata"jawab jenk
"dan oh ya Yan kenapa terdapat inisial nama saya di kotak kayu dan kalung dan apa maksudnya sang titisan? tanya Jenk pada Yan
" Benda itu memang milik yang mulia, dan untuk titisan yang mulia adalah orang yang terpilih yang akan menyeimbangkan kekacauan dunia ini dan suatu saat yang mulia akan mengerti" Yan menjawab pertanyaan jenk, jenk mau bertanya lebih lanjut sudah di arahkan ke jawaban yang membuat Jenk naik darah tingkat dewa " suatu saat yang mulia akan mengerti". Kalimat apa itu? kalimat yang membuat dia mati penasaran.
Untuk memendam rasa kesalnya jenk langsung keluar dari ruangan itu. Dia menuju ke sebuah rumah yang pekarangan nya di penuhi berbagai jenis bunga dan di halaman belakang rumah terdapat sebuah gazebo yang berdiri di atas kolam teratai, pemandangan di sekitar situ cocok untuk bersantai.
Jenk melangkah naik di gazebo dan duduk merenung apa yang telah Ia alami selama sampai di situ, jujur dia masih bingung dengan semua ini, dia berpikir bahwa dia masih bermimpi, sementara dia masih berkutat dengan lamunannya, tiba-tiba hp nya berbunyi seseorang menghubungi dia, bunyi dering telepon tidak berlangsung lama, dia langsung mengangkat tanpa melihat siapa yang telpon.
"Halo dengan siapa? kalau tidak ada yang penting tidak usah telpon" ketusnya tanpa mendengar ocehan dari seberang sana
" hei prince apakah kau sudah lupa kakakmu? saut seseorang dari seberang sana
" ya siapa kau? sautnya masih dalam mode kesal belum menyadari siapa yang telpon
" jangan mengaku sembarangan sebagai ka...." ucapnya tersadar lalu melihat layar hp siapa yang telpon dan menyadari kalau sang kakak kesayangan yang telpon
" eh? hai my dearest sista yang paling cetar membahana, yang melebihi kecantikan yang ada di bumi" ucapnya dengan cepat sebelum mendengar suara dingin dari seberang sana.
" Kau sudah melupakan kakakmu ya? bagus" ucap jenny dengan nada yang sangat dingin,
"oh ti...dak kakak, maksud aku..." jenk belum selesai, ucapannya sudah di potong
" Kapan kau balik? tanya jenny langsung pada intinya karena masih kesal dengan sang adik
" eh? mungkin besok" jawabnya asal karena baru sadar ternyata pesta ulang tahunnya tinggal 3 hari lagi
" Ya cepat pulang" tanggap jenny langsung tutup telpon tanpa menunggu jawaban dari jenk.
" hufffft kalau dearest sista marah langsung tutup telpon sepihak" keluhnya sambil menghembuskan nafas kasar, setelah dia mematikan telpon dia beranjak dan mencari keberadaan Yan dan Jo.
Tidak berlangsung lama dia menemukan keberadaan mereka sedang melatih para pengawal berpedang, Jenk cukup tertarik dengan cara mereka mengayunkan pedangnya, dia cukup kagum dengan para prajurit kerajaan yang gagah berani dengan baju zirah mereka, kalau di dunia modern mungkin cocok untuk ikut menjadi anggota kemiliteran. Yan dan Jo yang melihat tuan mereka mendekat, menghentikan latihan mereka,
"Salam Yang Mulia/Tuan" ucap Yan, Jo, dan para pengawal serentak yang di angguki oleh oleh jenk,
" Yan, besok saya dan Jo akan kembali ke China" ucap Jenk menyampaikan maksudnya
"Mungkin akan lama baru berkunjung kembali" lanjutnya lagi
"Yang mulia tidak usah kuatir, yang mulia bisa berkunjung kapan saja, karena tempat ini selalu ada di manapun yang mulia berada" jawab Yan dengan sopan.
" Baiklah" saut Jenk yang tidak menyadari maksud kata terakhir dari Yan
"Nanti di lanjutkan lagi ya"
Jangan lupa jempolnya kakak👍🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
seruuuu thor lanjutkan
2022-09-12
0
Edi Budiyani
oke tambah menarik aja👍👍👍
2022-06-11
0
Tono Ikbar
kerenn
2022-04-25
0