JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa

" Eomma, hari ini ada pekerjaan kah?"

Haneul sedari tadi melihat Hyejin tengah sibuk mempersiapkan barang yang hendak digunakan untuk foto shoot. Dari tripot, kamera, dan juga beberapa perlengkapan lain untuk dekorasi seperti bunga, kayu dan juga kain.

" Ehmm, tidak juga sih. Eomma hanya merapikannya saja. Kalau ada klien datang untuk memakai jasa Eomma, maka semuanya sudah rapi. Soalnya karena Eomma sibuk di luar jadi barang-barang ini sedikit berantakan, dan ini harus segera dirapikan agar mudah dibawa ke studio."

Haneul hanya mengangguk kecil sambil melanjutkan makan paginya. Sandwich tuna kesukaan itu selalu jadi permintaan Haneul untuk sarapan. Tapi terkadang jika tidak ada stok tuna di kulkas, ia pun tidak menolak untuk makan apapun.

Drtzzz

Ponsel Hyejin yang ada di atas meja berbunyi. Nama dalam layar itu tertulis Appa. Itu berarti ayah dalam bahasa korea. Ini sebenarnya ada alasannya mengapa Hyejin dipanggil Eomma, dan nama Hyejin serta nama Haneul juga berbau negeri gingseng tersebut. Ayah Hyejin dan ibunya adalah keturunan dari negeri seribu pulau dan negeri gingseng. Bahkan kakek buyut Hyejin baik dari ayah dan ibu adalah asli dari negeri dengan produksi musik dan drama yang terkenal di penjuru dunia.

" Appa, berarti dia kakek ku," gumam Haneul lirih. Ingin sekali ia mengambil ponsel itu dan berbicara tapi urung. Bagaimanapun itu perbuatan yang tidak sopan karena menjawab panggilan orang tanpa izin meskipun itu milik ibunya sendiri. Lagi pula sang ibu juga ada di sana. " Eomma, ada telepon," ucap Haneul. Akhirnya dia memilih untuk memberitahu ibunya tentang ponsel yang berbunyi itu.

" Aah terimakasih sayang," sahut Hyejin sambil menghentikan aktivitasnya. Ia lalu mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubungi. Hyejin menghela nafasnya, dan semua bisa dilihat jelas oleh sang putra,

" Eomma, angkat saja siapa tahu memang itu mendesak."

Hyejin terdiam, ia menimbang saran dari Haneul. Tapi sepertinya dia tidak akan mengikuti saran sang putra dan memilih untuk menekan tombol merah pada ponsel yang berarti dia mematikan panggilan itu.

" Sepertinya nanti saja Eomma akan menghubungi lagi, saat ini Eomma sedang membereskan pekerjaan yang sudah lama menumpuk," ucap Hyejin sambil tersenyum. Tentu saja Haneul tahu bahwa itu bukanlah alasan sebenarnya, bisa Haneul hitung dengan jari hanya berapa kali ibunya itu mau menjawab panggilan dari kedua orang tuanya. Tidak lebih dari 10 kali setiap tahunnya.

" Eomma, bis jemputanku sudah sampai."

" Aah iya, Eomma akan mengantarmu ke depan."

Hyejin melambaikan tangannya saat bis jemputan sekolah Haneul mulai menjauh. Padahal Haneul selalu berkata untuk tidak perlu mengantarnya karena dia bisa melakukannya sendiri, tapi Hyejin tetap melakukannya.

Setelah Haneul pergi, Hyejin duduk di dapur. Ia meminum coklat panas yang sudah mulai menghangat karena sudah dibuat dari tadi dan tidak segera diminum. Tangan kirinya kembali melihat ke layar ponsel, ia membuka riwayat panggilannya dan ternyata orang tuanya sudah menghubunginya lebih dari 3 kali sepanjang pagi ini.

Hyejin hanya bergumam sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke ponsel. Ia ingin menghubungi kedua orang tuanya tapi rasanya masih berat. " Apa aku anak yang buruk? Ya, pasti aku adalah anak yang buruk karena pergi meninggalkan orang tua yang sudah membesarkanku, tapi aku sungguh belum berani kembali dengan kesalahan yang pernah terjadi dalam hidupku. Uughh ... "

Bugh

Bugh

Bugh

Hyejin memukul dadanya sendiri dengan tangan karena tiba-tiba terasa sakit dan sesak. Dia bahkan kesulitan bernafas. Hyejin berusaha bangkit dan berjalan menuju ke kitchen set, untuk mengambil obat yang ia simpan di sana. Rupanya Hyejin masih mengonsumsi obat anti depresan yang diresepkan dokter. Tidak setiap hari, ia hanya meminumnya saat mengalami kondisi seperti ini.

Hyejin melakukan itu sudah dari lama. Awalnya Hyejin kira dirinya mempunyai penyakit yang serius dalam tubuhnya, tapi ternyata tidak. Semua itu adalah sakit psikis yang membuat dirinya merasakan sakit pada tubuhnya. Mengapa bisa, semua itu karena trauma yang dirasakan. Tanpa sadar lambat laun tubuh Hyejin mulai tidak sehat seperti sedia kala,

Hosh hosh hosh

Dada Hyejin serasa semakin sesak, ia pun semakin kesusahan dalam bernafas. Dan pada akhirnya tubuh Hyejin ambruk di lantai sebelum ia berhasil mengambil obatnya.

Bruk

***

" Hallo Han, pergilah ke rumah sakit nak. Ibu mu pingsan tadi dan sekarang ada di rumah sakit."

Haneul yang baru saja mau masuk ke dalam kelas langsung membalikkan tubuhnya saat mendapat telpon dari Nyonya Margot. Nyonya Margot adalah tetangga mereka, dia adalah wanita paruh baya yang begitu baik kepada Haneul dan Hyejin.

Ia mencegat taksi di depan sekolahan dan meminta sang supir untuk mengemudi lebih cepat. Sepanjang jalan Haneul berdoa, ia sungguh takut jika terjadi apa-apa terhadap sang ibu. Sudah lama ibunya itu tidak mengalami ini, terakhir sekitar setengah tahun yang lalu. Itu pun karena tubuh Hyejin lemah karena kelelahan dalam bekerja.

" Ba-bagiamana keadaan ibuku. Maksudku pasien yang baru saja dilarikan kemari, namanya Hyejin Meida Brajamusti. Saya anaknya "

" Aaah begitu. Saat ini dia sedang ditangani oleh dokter. Tunggu ya nak."

Beruntung jalanan tidak padat sehingga tidak butuh waktu lama bagi Haneul untuk sampai di rumah sakit. Rupanya Nyonya Margot Tidka hanya sekedar memanggil ambulans, dia juga ikut mengantar Hyejin sampai rumah sakit DNA bahkan menunggu.

" Oh Haneul, ibumu nak. Tadi saat datang ke rumah, berkali-kali aku mengetuk pintu tapi tidak ada sahutan. Dan terpaksa aku membuka pintu. Ternyata ibu mu pingsan di dapur."

" Terimakasih Nyonya Margot sudah membawa ibu ku ke rumah sakit. Aku yakin ibu akan baik-baik saja."

Nyonya Margot memeluk tubuh Haneul yang masih belum tinggi itu. Ia takjub dengan ketenangan yang Haneul perlihatkan. Padahal saat ini Haneul sangat takut, hatinya tidak tenang dan bahkan ia ingin sekali menangis. Tapi ia berusaha tetap kuat di depan Nyonya Margot. Saat ini dia lah satu-satunya yang ibunya miliki, maka dari itu dia harus kuat dalam menghadapi situasi seperti ini.

Sreeet

Tap tap tap

" Keluarga pasien?" Seroang dokter keluar dari ruang tindakan. Haneul mengangguk cepat. " Aah kamu putranya ya, ibu kamu sudah tidak apa-apa. Tadi memang ia kesulitan bernafas, tapi kami sudah memasang oksigen dan juga memberinya infus. Sepertinya ibu kamu kelelahan nak, aah iya dimana ayah mu. Sebaiknya ini ku jelaskan saja pada ayah mu."

" Saya satu-satunya keluarga ibu saya Dokter, jadi Anda bisa mengatakan semuanya kepada saya," ucap Haneul tegas. Dokter itu sedikit terkejut tapi kemudian tersenyum. Ia takjub, bahwa anak sekecil itu bisa bersikap sungguh dewasa.

" Baiklah, aku akan menjelaskannya kepadamu. Ibumu mengalami stres. Kesulitan bernafas nya itu adalah akibat dari rasa tertekan yang dialaminya. Dan ehmm, ternyata ibu mu juga mengonsumsi obat anti depresan. Obat itu sesekali membuat bisa meringankan rasa sakit yang dia rasakan tapi semuanya sebenarnya kembali dari hati dan pikirannya. Obat itu tidak bisa dikonsumsi dalam jangka panjang karena bisa merusak bagian tubuh lain nantinya entah itu liver atau jantungnya."

Duaaaar...

TBC

Terpopuler

Comments

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

lanjut

2024-10-14

0

Khairul Azam

Khairul Azam

haijin egois sebagai ibu, kasihan anaknya

2024-08-25

1

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Hanoel dipaksa dewasa oleh keadaan....

2024-07-23

0

lihat semua
Episodes
1 JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2 JSI 02: Kau Menyebalkan!
3 JSI 03: Pertunjukan Haneul
4 JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5 JSI 05: Penemuan Haneul
6 JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7 JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8 JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9 JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10 JSI 10: Namanya Hajoon
11 JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12 JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13 JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14 JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15 JSI 15: Kesalahan Linggar
16 JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17 JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18 JSI 18: Aku Mau Putus!
19 JSI 19: Pasti Pria Ini!
20 JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21 curhat author
22 JSI 21: Sampai Disini
23 JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24 JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25 JSI 24: Semakin Yakin
26 JSI 25: Saya Sailendra
27 JSI 26: Mati Aku!
28 JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29 JSI 29: Jika Abah Tahu
30 JSI 30: Anak Baik
31 JSI 31: Pengakuan Sai
32 JSI 32: Kemurkaan Khalid
33 JSI 33: Aku Yakin Anakku
34 JSI 34: Ternyata Kenal
35 JSI 35: Bertemu Abilla
36 JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37 JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38 JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39 JSI 39: Betekad
40 JSI 40: Saya Orangnya
41 JSI 41: Jangan Menemui
42 JSI 42: Boleh Pinjam?
43 JSI 43: Tidak Seharusnya
44 JSI 44: Bertemu?
45 JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46 JSI 46: Tekad Sailendra
47 JSI 47: Untuk Apa?
48 JSI 48: Apa Itu Cinta?
49 JSI 49: Tidak Sengaja
50 JSI 50: Kunjungan Teman
51 JSI 51: Tawaran Bantuan
52 JSI 52: Misi Pertama
53 Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54 JSI 54: Dia Memang Anakku
55 JSI 55: Ajakan Camping
56 JSI 56: Rasa Lain
57 JSI 57: Apakah Memulai?
58 JSI 58: Suka Senyuman Itu
59 JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60 JSI 60: Saranghabnida
61 JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62 JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63 JSI 63: Sekolah Haneul
64 JSI 64: Memanggilmu Appa
65 JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66 JSI 66: 6.152.024
67 JSI 67: Pelan-pelan
68 JSI 68: Maaf Mas
69 JSI 69: Sebutan Buruk
70 JSI 70: Mari Kita Coba
71 JSI 71: Terimakasih Sayang
72 JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma
Episodes

Updated 72 Episodes

1
JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2
JSI 02: Kau Menyebalkan!
3
JSI 03: Pertunjukan Haneul
4
JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5
JSI 05: Penemuan Haneul
6
JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7
JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8
JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9
JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10
JSI 10: Namanya Hajoon
11
JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12
JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13
JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14
JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15
JSI 15: Kesalahan Linggar
16
JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17
JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18
JSI 18: Aku Mau Putus!
19
JSI 19: Pasti Pria Ini!
20
JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21
curhat author
22
JSI 21: Sampai Disini
23
JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24
JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25
JSI 24: Semakin Yakin
26
JSI 25: Saya Sailendra
27
JSI 26: Mati Aku!
28
JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29
JSI 29: Jika Abah Tahu
30
JSI 30: Anak Baik
31
JSI 31: Pengakuan Sai
32
JSI 32: Kemurkaan Khalid
33
JSI 33: Aku Yakin Anakku
34
JSI 34: Ternyata Kenal
35
JSI 35: Bertemu Abilla
36
JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37
JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38
JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39
JSI 39: Betekad
40
JSI 40: Saya Orangnya
41
JSI 41: Jangan Menemui
42
JSI 42: Boleh Pinjam?
43
JSI 43: Tidak Seharusnya
44
JSI 44: Bertemu?
45
JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46
JSI 46: Tekad Sailendra
47
JSI 47: Untuk Apa?
48
JSI 48: Apa Itu Cinta?
49
JSI 49: Tidak Sengaja
50
JSI 50: Kunjungan Teman
51
JSI 51: Tawaran Bantuan
52
JSI 52: Misi Pertama
53
Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54
JSI 54: Dia Memang Anakku
55
JSI 55: Ajakan Camping
56
JSI 56: Rasa Lain
57
JSI 57: Apakah Memulai?
58
JSI 58: Suka Senyuman Itu
59
JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60
JSI 60: Saranghabnida
61
JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62
JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63
JSI 63: Sekolah Haneul
64
JSI 64: Memanggilmu Appa
65
JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66
JSI 66: 6.152.024
67
JSI 67: Pelan-pelan
68
JSI 68: Maaf Mas
69
JSI 69: Sebutan Buruk
70
JSI 70: Mari Kita Coba
71
JSI 71: Terimakasih Sayang
72
JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!