JSI 03: Pertunjukan Haneul

" Oke, kamu hanya harus mengikuti not yang tertulis di kertas ya Han dan lakukan seperti saat latihan. Ingat itu, jangan gugup. Eomma yakin kamu bisa melakukan Engan baik."

Hyejin menggenggam erat tangan Haneul. Sambil terus mengucapkan doa dalam hati, Hyejin bolak-balik melihat arloji yang melingkar di tangan kanannya.

" Eomma, perasaan bukan aku deh yang gugup tapi Eomma. Tenang saja, aku sudah sering melakukannya, aku juga sudah sering berlatih dengan baik."

Malam ini adalah malam dimana Haneul akan tampil sebagai pembuka diacara teater musik di salah satu teater musik. Teater Bobino, atau dalam sejarahnya dikenal sebagai Les Foiles Bobino. Menurut informasinya Bobino merupakan teater aula musik yang telah menampilkan sebagian besar nama besar musik perancis abad 20. Maka dari itu, Hyejin memang sedikit gugup. Tapi Haneul tidak, bocah berusia 7 tahun itu sangat tenang dan santai.

" Haah, kamu ini. Iya, iya Eomma tahu. Jangan lupa berdoa sebelum naik ke atas panggung, oke."

" Iya Eomma, Han tidak akan lupa."

Tepat pukul 07.30 malam waktu negara P. Tidak ada kata sambutan memang untuk dimulainya teater musik tersebut karena Haneul memang lah menjadi pembukanya. Haneul sudah berada di sisi kiri panggung dengan sebutan piano besar. Dia duduk di sana, dan saat lampu menyorotnya, tangan Haneul mulai menari indah di atas tuts piano. Alunan musik mulai memenuhi ruangan teater, semua ikut hanyut dalam melodi yang Haneul mainkan.

Apalagi lagi yang Haneul mainkan adalah lagu milik Edith Piaf yang berjudul La Vie En Rose. Lagu yang dirilis di tahun 1945 tepatnya setelah perang berakhir ini menceritakan tentang cinta dan kebahagiaan yang dirasakan saat sedang jatuh cinta. Semua orang tentu tahu lagu tersebut karena menjadi referensi internasional.

Deeenggg

Tuts terakhir ditekan oleh Haneul, tanda permainan piano nya selesai. Ia lalu berdiri dan membungkuk kepada para penonton yang datang, riuh suara tepuk tangan memenuhi teater. Tatapan kagum jelas bisa Haneul rasakan. Ia pun kembali masuk ke dalam dan menghembuskan nafas lega.

Di bangku penonton, Hyejin sungguh terharu. Matanya berkaca-kaca melihat penampilan Haneul. Dia tahu putranya sangat suka bermusik. Bukan hanya piano saja yang Haneul kuasai. Gitar, biola dan drum adalah alat musik yang bisa Haneul mainkan dengan sangat baik.

Hyejin kemudian bangkit dari kursi nya dan pergi menuju belakang stage. Mereka tentu akan pulang setelah Haneul selesai melakukan penampilan. " Kerja bagus sayang, Eomma bangga padamu nak."

" Terimakasih Eomma. Apakah kita akan langsung pulang."

" Ehmm, bagaimana kalau kita makan di luar. Sebelum berangkat tadi kita hanya sediiikiiit sekali maknanya."

Ajakan Hyejin tentu saja langsung disetujui oleh Haneul. Sudah lama mereka tidak makan di luar bersama. Dua bulan ini Hyejin sedang banyak sekali pekerjaan, dan ketika sampai di rumah ia tampak sudah lelah. Sedangkan Haneul pun begitu, sanggarnya sedang mempersiapkan sebuah pertunjukan besar di teater musik Alahambra. Itu adalah salah satu teater musik yang cukup menjadi favorit Haneul, dan cita-citanya adalah pergi untuk tampil di sana. Maka dari itu Haneul juga sibuk dengan latihan.

Kedua ibu dan anak itu langsung pergi meninggalkan teater, mereka harus menunggu hingga acara di sana selesai. Karena pada dasarnya tugas Haneul adalah sebagai pembuka.

Di sisi lain, tepatnya di bangku penonton, seorang pria tampak tersihir dengan penampilan yang baru saja ia saksikan. Matanya bahkan belum beranjak dari atas panggung, padahal orang yang melakukan pertunjukan sudah tidak ada di sana.

" Sayang, bagus kan? Aku yakin kamu tidak akan menyesal datang ke mari."

" Apa kita pernah bertemu anak itu, mengapa aku merasa seperti mengenalnya?"

Abelia menatap Sailendra dengan tatapan penuh keheranan. Jelas saja tidak, mereka bahkan baru 2 hari berada di kota ini. Jadi mana mungkin pernah bertemu dengan anak yang baru saja menampilkan kepandaiannya memainkan piano.

Ya, bocah yang Sailendara lihat adalah Haneul. Ketika Haneul muncul, matanya langsung tertuju ke sana. Hatinya seperti tertusuk sebuah belati, sakit. Rasanya begitu sakit saat melihat bocah laki-laki itu. Ia sendiri tidak tahu kenapa tapi itulah yang ia rasakan, bahkan mata Sai mulai mengembun.

" Eeh, kamu nangis Sai?"

" Tidak, mungkin bocah itu mengingatkan ku terhadap pasien yang pernah ku operasi tapi ternyata tetap tidak bisa bertahan. Dan sepertinya liburan kita akhiri di sini. Aku sudah memberi tiket pesawat. Kita akan kembali ke tanah air besok pagi-pagi sekali. Tapi jika kamu masih ingin di sini, maka tinggallah. Aku tidak bisa terlalu lama meninggalkan pasien-pasienku."

Abilla tidak menjawab, dari awal dia sudah yakin bahwa semuanya tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Inilah adalah ungkapan nyata dari ' ekspektasi tidak sesuai dengan realita', keinginan Abilla berlibur dengan tunangan di kota romantis adalah agar Sai bisa bersikap romantis juga terhadap dirinya, tapi semuanya hanyalah tinggal angan-angan saja. Sailendra Khalid Daneswara tetaplah datar seperti kanebo yang kering dan selalu teringat dengan pasiennya.

Sebenarnya Abilla memaklumi hal tersebut. Sai adalah pria berusia 34 tahun yang merupakan seorang dokter bedah toraks dan kardiovaskular. Bedah toraks dan kardiovaskular adalah tindakan medis berupa bedah pada dada ( Sumber: Wikipedia.org). Dan di Rumah Sakit Mitra Harapan, dokter bedah toraks masihlah sangat terbatas. Bahkan sekarang Sai pun masih mengambil gelar profesor agar bisa semakin ahli dalam bidang tersebut. Tapi Abilla juga wanita biasa yang kadang ingin dimanja, ia ingin sekali bisa menghabiskan waktu selayaknya pasangan pada umumnya.

" Bagaimana, kau mau tetap tinggal atau akan pulang. Kalau kau akan tetapi tinggal maka aku akan merescedul tiket pesawat milikmu," tanya Sai, saat ini keduanya sudah berad di depan pintu kamar yang mereka tinggali. Abilla di depan pintu kamar nya sendiri dan begitu pun juga Sai. Meeka tidak seperti apa yang kalian pikirkan ya, Sai tidak pernah setuju dengan ide tinggal bersama saat liburan begini meskipun mereka sudah menjadi tunangan.

" Haaah, aku akan tinggal. Masih banyak endorsment yang belum ku kerjakan di sini. Kau tahu kan bahwa aku di sini juga karena kerjaan."

" Oke, maka akan aku reschedul yakni di hari kau pulang. Besok aku akan langsung ke bandara. Jadi kau tidak perlu mengantarku. Tidurlah dengan nyaman."

Cekleek

Braaak

Dari suara pintu yang Abilla tutup, jelas sekali bahwa ia sangat kesal. Sai hanya menggeleng pelan lalu ikut masuk ke dalam kamar. Di kamar yang berbeda, Abilla melemparkan tasnya kemudian ia menangis tersedu. Ia menangis karena merasa lelah. Bertunangan sudah setahun dan siap untuk merencanakan pernikahan tapi Sai masih seperti itu dan tidak ada perubahannya sama sekali.

" Aku lelah, aku sungguh capek dengan kamu. Kamu sama sekali tidak bisa mengerti aku. Aku hanya ingin waktumu sebentar saja. Entahlah, jika begini apakah aku sanggup untuk melanjutkan apa yang sudah kita jalani selama ini. Hiks, aku sungguh lelah Sai hiks hiks hiks."

TBC

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

mkn kah sai ayah kandung dr haeul..

2024-09-25

1

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Apakah nantinya Sai tidak jadi menikah dengan Billa???

2024-07-23

1

Bunda Aish

Bunda Aish

kadang ungkapan lebih baik dicintai daripada mencintai, capek lho... apalagi buat perempuan yg sering baperan/Grimace/

2024-05-25

0

lihat semua
Episodes
1 JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2 JSI 02: Kau Menyebalkan!
3 JSI 03: Pertunjukan Haneul
4 JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5 JSI 05: Penemuan Haneul
6 JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7 JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8 JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9 JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10 JSI 10: Namanya Hajoon
11 JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12 JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13 JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14 JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15 JSI 15: Kesalahan Linggar
16 JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17 JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18 JSI 18: Aku Mau Putus!
19 JSI 19: Pasti Pria Ini!
20 JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21 curhat author
22 JSI 21: Sampai Disini
23 JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24 JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25 JSI 24: Semakin Yakin
26 JSI 25: Saya Sailendra
27 JSI 26: Mati Aku!
28 JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29 JSI 29: Jika Abah Tahu
30 JSI 30: Anak Baik
31 JSI 31: Pengakuan Sai
32 JSI 32: Kemurkaan Khalid
33 JSI 33: Aku Yakin Anakku
34 JSI 34: Ternyata Kenal
35 JSI 35: Bertemu Abilla
36 JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37 JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38 JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39 JSI 39: Betekad
40 JSI 40: Saya Orangnya
41 JSI 41: Jangan Menemui
42 JSI 42: Boleh Pinjam?
43 JSI 43: Tidak Seharusnya
44 JSI 44: Bertemu?
45 JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46 JSI 46: Tekad Sailendra
47 JSI 47: Untuk Apa?
48 JSI 48: Apa Itu Cinta?
49 JSI 49: Tidak Sengaja
50 JSI 50: Kunjungan Teman
51 JSI 51: Tawaran Bantuan
52 JSI 52: Misi Pertama
53 Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54 JSI 54: Dia Memang Anakku
55 JSI 55: Ajakan Camping
56 JSI 56: Rasa Lain
57 JSI 57: Apakah Memulai?
58 JSI 58: Suka Senyuman Itu
59 JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60 JSI 60: Saranghabnida
61 JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62 JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63 JSI 63: Sekolah Haneul
64 JSI 64: Memanggilmu Appa
65 JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66 JSI 66: 6.152.024
67 JSI 67: Pelan-pelan
68 JSI 68: Maaf Mas
69 JSI 69: Sebutan Buruk
70 JSI 70: Mari Kita Coba
71 JSI 71: Terimakasih Sayang
72 JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma
Episodes

Updated 72 Episodes

1
JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2
JSI 02: Kau Menyebalkan!
3
JSI 03: Pertunjukan Haneul
4
JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5
JSI 05: Penemuan Haneul
6
JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7
JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8
JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9
JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10
JSI 10: Namanya Hajoon
11
JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12
JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13
JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14
JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15
JSI 15: Kesalahan Linggar
16
JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17
JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18
JSI 18: Aku Mau Putus!
19
JSI 19: Pasti Pria Ini!
20
JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21
curhat author
22
JSI 21: Sampai Disini
23
JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24
JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25
JSI 24: Semakin Yakin
26
JSI 25: Saya Sailendra
27
JSI 26: Mati Aku!
28
JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29
JSI 29: Jika Abah Tahu
30
JSI 30: Anak Baik
31
JSI 31: Pengakuan Sai
32
JSI 32: Kemurkaan Khalid
33
JSI 33: Aku Yakin Anakku
34
JSI 34: Ternyata Kenal
35
JSI 35: Bertemu Abilla
36
JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37
JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38
JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39
JSI 39: Betekad
40
JSI 40: Saya Orangnya
41
JSI 41: Jangan Menemui
42
JSI 42: Boleh Pinjam?
43
JSI 43: Tidak Seharusnya
44
JSI 44: Bertemu?
45
JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46
JSI 46: Tekad Sailendra
47
JSI 47: Untuk Apa?
48
JSI 48: Apa Itu Cinta?
49
JSI 49: Tidak Sengaja
50
JSI 50: Kunjungan Teman
51
JSI 51: Tawaran Bantuan
52
JSI 52: Misi Pertama
53
Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54
JSI 54: Dia Memang Anakku
55
JSI 55: Ajakan Camping
56
JSI 56: Rasa Lain
57
JSI 57: Apakah Memulai?
58
JSI 58: Suka Senyuman Itu
59
JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60
JSI 60: Saranghabnida
61
JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62
JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63
JSI 63: Sekolah Haneul
64
JSI 64: Memanggilmu Appa
65
JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66
JSI 66: 6.152.024
67
JSI 67: Pelan-pelan
68
JSI 68: Maaf Mas
69
JSI 69: Sebutan Buruk
70
JSI 70: Mari Kita Coba
71
JSI 71: Terimakasih Sayang
72
JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!