JSI 18: Aku Mau Putus!

Sekitar pukul 01.00 siang, Haneul sudah sampai rumah dengan bus sekolahnya. Dan di rumah tidak ada siapa-siapa berarti ibunya masih ada di studio. Awalnya Haneul tidak ingin menyusul, tapi entah mengapa hatinya tidak tenang.

Setelah berganti pakaian, menjalankan kewajiban 4 rakaat, Haneul pun bergegas menuju ke studio dengan mengunakan taksi. Selama perjalanan dari rumah ke studio, dadanya terasa berdegup kencang. Ini belum pernah Haneul rasakan sebelumnya.

Ckiit

Taksi berhenti tepat di depan gedung yang disewa oleh Hyejin untuk membuka Hyeda Picture. Haneul dengan langkah seribu langsung berlari menuju ke studio.

" Eomma!" Teriak Haneul sambil membuka pintu studio dengan seidikit lebih keras. Ia berjalan masuk dan mencari keberadaan sang ibu. Haneul sedikit terkejut melihat Hyejin yang terbaring di sofa. Ia berjalan mendekat dan melihat Hyejin dengan seksama. Haneul melihat perut Hyejin yang masih naik turun pertanda Hyejin masih bernafas. Ia pun bernafas lega. Jika dilihat dari posisinya ibunya itu tidak pingsan melainkan tidur.

Sudah lama Haneul melakukan hal itu, melihat saat Hyejin tidur dan memastikan bahwa ibunya masih bernafas. Haneul takut jika tiba-tiba ia ditinggalkan sang ibu ketika sedang tidur. Tak jarang Haneul meletakkan jarinya di bawah hidung untuk merasakan hembusan nafas Hyejin.

" Apakah saking ngantuknya sehingga ponselnya pun masih dipegang."

Haneul mengambil ponsel Hyejin, dan membetulkan tangan Hyejin agar tidak pegal ketika bangun tadi. Pasalnya tangan Hyejin mengulur ke bawah dan menyentuh lantai. Pasti akan terasa tidak nyaman ketika bangun.

Saat Haneul mengambil ponsel Hyejin, tanpa sengaja ia menyentuh sehingga ponsel itu menyala. Haneul menjadi penasaran dengan apa yang ibunya lihat sebelum tidur. Ada rasa dalam dirinya yang mengatakan bahwa ia harus melihat apa yang tadi ibunya lihat.

" Eeh siapa ini, apa Eomma mengenalnya, dr. Sailendra Khalid Daneswara Sp. BTKV. Woaaah dokter spesialis nih, tapi sejak kapan Eomma punya kenalan dokter. Tunggu, eeh ini bukannya Tante yang waktu itu ya. Aah ternyata pria itu tunangan Tante Abilla. Cocok sih, ganteng dan cantik."

Seperti itulah komentar Henul ketika melihat foto yang ada di media sosial. Ia tidak punya perasaan yang lain. Hanya saja ketika melihat kembali wajah Sai di foto, ada perasaan yang tidak nyaman, namun ia mengacuhkan itu. Lagi pula dia juga baru pertama kali melihat, jadi agak aneh jika memiliki perasaan seperti itu.

" Aah Eomma sudah bangun, apa aku menganggu Eomma?"

" Lho, kok kamu di sini nak. Tidak, sebenarnya Eomma ingin pulang tapi tadi merasa lelah jadi rebahan sebentar eh malah tidur."

Haneul memerhatikan wajah sang ibu, ia melihat mata Hyejin yang sembab seperti habis menangis. " Apa Eomma baru saja menangis?"

" Eiih tidak kok, mungkin mata Eomma lelah. Ya sudah ayo pulang, kamu belum makan juga kan. Maaf ya, mari kita pulang sambil cari makan."

Haneul mengangguk kecil, dia menurut saja dengan apa yang dikatakan Hyejin. Lagi pula memang biasanya Hyejin tidak selalu di studio hingga sore. Kecuali jika sendang banyak job foto, maka Hyejin pun bisa berada di sana hingga malam.

***

" Terimakasih Sai, aku sungguh berterimakasih. Entah bagaimana aku harus membalas apa yang kamu sudah lakukan untuk bayiku."

" Tidak usah berterimakasih begitu, aku hanya melakukan tugas ku sebagai dokter, dan yang merawat bukan hanya aku tapi ada Dokter Nataya dan para perawat, berterimaksihlah kepada mereka juga."

Shaaaah

Tap! Tap! Tap!

Operasi Bayi Nina berjalan dengan lancar. Kebocoran yang ada di jantung sudah berhasil ditutup oleh Sailendara dan timnya. Butuh waktu setidaknya 8 jam karena Nina masih sangat kecil jadi proses sedikit rumit dan tentu harus hati-hati.

Linggar sungguh merasa amat sangat bersyukur karena Nina akan dapat menjalani hidup dengan normal setelah ini. Dia sangat berterimakasih karena Sai mau mengambil kasus Nina sehingga mereka tidak perlu pindah ke rumah sakit lain.

" Dimana Dokter Sailendra, sayang. Aku baru akan mengucapkan terimakasih," ucap istri Linggar sambil melihat ke sekeliling.

" Aku sudah mengucapkan terimakasih padanya. Haah, dia sama sekali tidak ingin kembali menjalin hubungan denganku." Ada rasa sesal dalam diri Linggar. Dia ternyata rindu memiliki teman seperti Sai.

" Suamiku, jika kau ingin menebus kesalahanmu coba lakukan apa yang harus kau lakukan. Jika dia menolak, lakukan saja. Entah nanti dia akan terima atau tidak, itu urusan nanti. Bukankah sampai sekarang dia belum menemukan wanita itu, cobalah cari tahu siapa dia. Gunakan segala sumber daya yang kamu bisa."

Jreeeeeeng

Linggar langsung menatap wajah istrinya dengan mata yang berbinar-binar. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya cara itu sebelumnya. Ia pun bertekad untuk menggunakan pa yang ia miliki untuk mencari tahu siapa wanita yang melakukan one night stand dengan Sai.

" Tapi sayang, bukankah Sai udah punya tunangan ya?" ucap Linggar menjadi sedikit ragu.

" Mas, soal itu bukan sepenuhnya urusan kita. Yang terpenting adalah mendapatkan informasi mengenai wanita di 8 tahun yang lalu. Aku yakin Dokter Sai sungguh ingin menemukannya bukan tanpa alasan. Tapi kembali lagi, semua itu kita tidak perlu tahu."

" Kau benar sayang, aku akan mulai mencarinya."

Linggar setuju dengan ucapan sang istri. Saat ini yang terpenting adalah menemukan wanita itu. Ia ingat kata-kata Sai yang memendam rasa bersalah seumur hidup sehingga hidupnya merasa tidak tenang. Karena, ia pun juga merasa seperti itu kepada Sai dan mungkin juga kepada wanita yang menjadi korban Sai.

" Haaah, rasanya tubuhku seperti remuk," keluh Sai yang kini tengah merebahkan tubuhnya di sofa. Ia benar-benar lelah, selama sepekan ini dirinya melakukan setidaknya 4 operasi, dimana semuanya adalah operasi yang membutuhkan waktu lama.

Drtzzz

Ponsel Sai berbunyi, ia membukanya. Rupanya itu adalah telepon dari Abilla. " Ya Bill, ada apa?"

" Sai, aku mau kita putus! Pertunangan kita ini tidak akan sampai pada jenjang pernikahan. Kau sibuk dengan dunia mu sendiri tanpa sedikit pun melirik ke arahku. Duniamu dan duniaku tidak bisa digabungkan. Hubungan ini tidak bisa berjalan sehat karena hanya aku yang berjuang. Jadi, mari kita akhiri saja. Aku lelah berjalan sendiri, aku lelah mencintai sendiri, dan sebaiknya kita selesai di sini."

Tak!

Sai mengusap wajahnya kasar. Sampai di sini Sai tetap tidak mengerti mengapa Abilla sampai memutuskan pertunangan. Memang benar hubungan mereka tidaklah seromantis para pasangan di luar, tapi Sai sungguh tidak berpikir bahwa Abilla menyudahi hubungan mereka. Meskipun memang Sai belum yakin dengan hubungan serius mereka tapi Sai ingin Abilla menunggunya sebentar lagi. Tapi sepertinya sudah tidak mungkin.

" Baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku akan datang menemui orang tuamu dan mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahanku. Maaf Bill, maaf aku tidak bisa jadi pria yang kau inginkan."

TBC

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

bagus longgar. kau perbaiki semua kesalahanmu

2025-02-03

0

Bunda Aish

Bunda Aish

ya lebih baik begitu .... selesai dari pada mbulet bikin mumet ya Billa

2024-05-27

0

Aprisya

Aprisya

wahh abila sadar diri, dan mudur secara ugal ugalan ,lansung dan lugas menyatakan keinginannya untuk putus dari sai

2024-05-26

2

lihat semua
Episodes
1 JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2 JSI 02: Kau Menyebalkan!
3 JSI 03: Pertunjukan Haneul
4 JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5 JSI 05: Penemuan Haneul
6 JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7 JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8 JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9 JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10 JSI 10: Namanya Hajoon
11 JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12 JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13 JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14 JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15 JSI 15: Kesalahan Linggar
16 JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17 JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18 JSI 18: Aku Mau Putus!
19 JSI 19: Pasti Pria Ini!
20 JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21 curhat author
22 JSI 21: Sampai Disini
23 JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24 JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25 JSI 24: Semakin Yakin
26 JSI 25: Saya Sailendra
27 JSI 26: Mati Aku!
28 JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29 JSI 29: Jika Abah Tahu
30 JSI 30: Anak Baik
31 JSI 31: Pengakuan Sai
32 JSI 32: Kemurkaan Khalid
33 JSI 33: Aku Yakin Anakku
34 JSI 34: Ternyata Kenal
35 JSI 35: Bertemu Abilla
36 JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37 JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38 JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39 JSI 39: Betekad
40 JSI 40: Saya Orangnya
41 JSI 41: Jangan Menemui
42 JSI 42: Boleh Pinjam?
43 JSI 43: Tidak Seharusnya
44 JSI 44: Bertemu?
45 JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46 JSI 46: Tekad Sailendra
47 JSI 47: Untuk Apa?
48 JSI 48: Apa Itu Cinta?
49 JSI 49: Tidak Sengaja
50 JSI 50: Kunjungan Teman
51 JSI 51: Tawaran Bantuan
52 JSI 52: Misi Pertama
53 Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54 JSI 54: Dia Memang Anakku
55 JSI 55: Ajakan Camping
56 JSI 56: Rasa Lain
57 JSI 57: Apakah Memulai?
58 JSI 58: Suka Senyuman Itu
59 JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60 JSI 60: Saranghabnida
61 JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62 JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63 JSI 63: Sekolah Haneul
64 JSI 64: Memanggilmu Appa
65 JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66 JSI 66: 6.152.024
67 JSI 67: Pelan-pelan
68 JSI 68: Maaf Mas
69 JSI 69: Sebutan Buruk
70 JSI 70: Mari Kita Coba
71 JSI 71: Terimakasih Sayang
72 JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma
Episodes

Updated 72 Episodes

1
JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2
JSI 02: Kau Menyebalkan!
3
JSI 03: Pertunjukan Haneul
4
JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5
JSI 05: Penemuan Haneul
6
JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7
JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8
JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9
JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10
JSI 10: Namanya Hajoon
11
JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12
JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13
JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14
JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15
JSI 15: Kesalahan Linggar
16
JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17
JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18
JSI 18: Aku Mau Putus!
19
JSI 19: Pasti Pria Ini!
20
JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21
curhat author
22
JSI 21: Sampai Disini
23
JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24
JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25
JSI 24: Semakin Yakin
26
JSI 25: Saya Sailendra
27
JSI 26: Mati Aku!
28
JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29
JSI 29: Jika Abah Tahu
30
JSI 30: Anak Baik
31
JSI 31: Pengakuan Sai
32
JSI 32: Kemurkaan Khalid
33
JSI 33: Aku Yakin Anakku
34
JSI 34: Ternyata Kenal
35
JSI 35: Bertemu Abilla
36
JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37
JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38
JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39
JSI 39: Betekad
40
JSI 40: Saya Orangnya
41
JSI 41: Jangan Menemui
42
JSI 42: Boleh Pinjam?
43
JSI 43: Tidak Seharusnya
44
JSI 44: Bertemu?
45
JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46
JSI 46: Tekad Sailendra
47
JSI 47: Untuk Apa?
48
JSI 48: Apa Itu Cinta?
49
JSI 49: Tidak Sengaja
50
JSI 50: Kunjungan Teman
51
JSI 51: Tawaran Bantuan
52
JSI 52: Misi Pertama
53
Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54
JSI 54: Dia Memang Anakku
55
JSI 55: Ajakan Camping
56
JSI 56: Rasa Lain
57
JSI 57: Apakah Memulai?
58
JSI 58: Suka Senyuman Itu
59
JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60
JSI 60: Saranghabnida
61
JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62
JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63
JSI 63: Sekolah Haneul
64
JSI 64: Memanggilmu Appa
65
JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66
JSI 66: 6.152.024
67
JSI 67: Pelan-pelan
68
JSI 68: Maaf Mas
69
JSI 69: Sebutan Buruk
70
JSI 70: Mari Kita Coba
71
JSI 71: Terimakasih Sayang
72
JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!