Sekitar pukul 01.00 siang, Haneul sudah sampai rumah dengan bus sekolahnya. Dan di rumah tidak ada siapa-siapa berarti ibunya masih ada di studio. Awalnya Haneul tidak ingin menyusul, tapi entah mengapa hatinya tidak tenang.
Setelah berganti pakaian, menjalankan kewajiban 4 rakaat, Haneul pun bergegas menuju ke studio dengan mengunakan taksi. Selama perjalanan dari rumah ke studio, dadanya terasa berdegup kencang. Ini belum pernah Haneul rasakan sebelumnya.
Ckiit
Taksi berhenti tepat di depan gedung yang disewa oleh Hyejin untuk membuka Hyeda Picture. Haneul dengan langkah seribu langsung berlari menuju ke studio.
" Eomma!" Teriak Haneul sambil membuka pintu studio dengan seidikit lebih keras. Ia berjalan masuk dan mencari keberadaan sang ibu. Haneul sedikit terkejut melihat Hyejin yang terbaring di sofa. Ia berjalan mendekat dan melihat Hyejin dengan seksama. Haneul melihat perut Hyejin yang masih naik turun pertanda Hyejin masih bernafas. Ia pun bernafas lega. Jika dilihat dari posisinya ibunya itu tidak pingsan melainkan tidur.
Sudah lama Haneul melakukan hal itu, melihat saat Hyejin tidur dan memastikan bahwa ibunya masih bernafas. Haneul takut jika tiba-tiba ia ditinggalkan sang ibu ketika sedang tidur. Tak jarang Haneul meletakkan jarinya di bawah hidung untuk merasakan hembusan nafas Hyejin.
" Apakah saking ngantuknya sehingga ponselnya pun masih dipegang."
Haneul mengambil ponsel Hyejin, dan membetulkan tangan Hyejin agar tidak pegal ketika bangun tadi. Pasalnya tangan Hyejin mengulur ke bawah dan menyentuh lantai. Pasti akan terasa tidak nyaman ketika bangun.
Saat Haneul mengambil ponsel Hyejin, tanpa sengaja ia menyentuh sehingga ponsel itu menyala. Haneul menjadi penasaran dengan apa yang ibunya lihat sebelum tidur. Ada rasa dalam dirinya yang mengatakan bahwa ia harus melihat apa yang tadi ibunya lihat.
" Eeh siapa ini, apa Eomma mengenalnya, dr. Sailendra Khalid Daneswara Sp. BTKV. Woaaah dokter spesialis nih, tapi sejak kapan Eomma punya kenalan dokter. Tunggu, eeh ini bukannya Tante yang waktu itu ya. Aah ternyata pria itu tunangan Tante Abilla. Cocok sih, ganteng dan cantik."
Seperti itulah komentar Henul ketika melihat foto yang ada di media sosial. Ia tidak punya perasaan yang lain. Hanya saja ketika melihat kembali wajah Sai di foto, ada perasaan yang tidak nyaman, namun ia mengacuhkan itu. Lagi pula dia juga baru pertama kali melihat, jadi agak aneh jika memiliki perasaan seperti itu.
" Aah Eomma sudah bangun, apa aku menganggu Eomma?"
" Lho, kok kamu di sini nak. Tidak, sebenarnya Eomma ingin pulang tapi tadi merasa lelah jadi rebahan sebentar eh malah tidur."
Haneul memerhatikan wajah sang ibu, ia melihat mata Hyejin yang sembab seperti habis menangis. " Apa Eomma baru saja menangis?"
" Eiih tidak kok, mungkin mata Eomma lelah. Ya sudah ayo pulang, kamu belum makan juga kan. Maaf ya, mari kita pulang sambil cari makan."
Haneul mengangguk kecil, dia menurut saja dengan apa yang dikatakan Hyejin. Lagi pula memang biasanya Hyejin tidak selalu di studio hingga sore. Kecuali jika sendang banyak job foto, maka Hyejin pun bisa berada di sana hingga malam.
***
" Terimakasih Sai, aku sungguh berterimakasih. Entah bagaimana aku harus membalas apa yang kamu sudah lakukan untuk bayiku."
" Tidak usah berterimakasih begitu, aku hanya melakukan tugas ku sebagai dokter, dan yang merawat bukan hanya aku tapi ada Dokter Nataya dan para perawat, berterimaksihlah kepada mereka juga."
Shaaaah
Tap! Tap! Tap!
Operasi Bayi Nina berjalan dengan lancar. Kebocoran yang ada di jantung sudah berhasil ditutup oleh Sailendara dan timnya. Butuh waktu setidaknya 8 jam karena Nina masih sangat kecil jadi proses sedikit rumit dan tentu harus hati-hati.
Linggar sungguh merasa amat sangat bersyukur karena Nina akan dapat menjalani hidup dengan normal setelah ini. Dia sangat berterimakasih karena Sai mau mengambil kasus Nina sehingga mereka tidak perlu pindah ke rumah sakit lain.
" Dimana Dokter Sailendra, sayang. Aku baru akan mengucapkan terimakasih," ucap istri Linggar sambil melihat ke sekeliling.
" Aku sudah mengucapkan terimakasih padanya. Haah, dia sama sekali tidak ingin kembali menjalin hubungan denganku." Ada rasa sesal dalam diri Linggar. Dia ternyata rindu memiliki teman seperti Sai.
" Suamiku, jika kau ingin menebus kesalahanmu coba lakukan apa yang harus kau lakukan. Jika dia menolak, lakukan saja. Entah nanti dia akan terima atau tidak, itu urusan nanti. Bukankah sampai sekarang dia belum menemukan wanita itu, cobalah cari tahu siapa dia. Gunakan segala sumber daya yang kamu bisa."
Jreeeeeeng
Linggar langsung menatap wajah istrinya dengan mata yang berbinar-binar. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya cara itu sebelumnya. Ia pun bertekad untuk menggunakan pa yang ia miliki untuk mencari tahu siapa wanita yang melakukan one night stand dengan Sai.
" Tapi sayang, bukankah Sai udah punya tunangan ya?" ucap Linggar menjadi sedikit ragu.
" Mas, soal itu bukan sepenuhnya urusan kita. Yang terpenting adalah mendapatkan informasi mengenai wanita di 8 tahun yang lalu. Aku yakin Dokter Sai sungguh ingin menemukannya bukan tanpa alasan. Tapi kembali lagi, semua itu kita tidak perlu tahu."
" Kau benar sayang, aku akan mulai mencarinya."
Linggar setuju dengan ucapan sang istri. Saat ini yang terpenting adalah menemukan wanita itu. Ia ingat kata-kata Sai yang memendam rasa bersalah seumur hidup sehingga hidupnya merasa tidak tenang. Karena, ia pun juga merasa seperti itu kepada Sai dan mungkin juga kepada wanita yang menjadi korban Sai.
" Haaah, rasanya tubuhku seperti remuk," keluh Sai yang kini tengah merebahkan tubuhnya di sofa. Ia benar-benar lelah, selama sepekan ini dirinya melakukan setidaknya 4 operasi, dimana semuanya adalah operasi yang membutuhkan waktu lama.
Drtzzz
Ponsel Sai berbunyi, ia membukanya. Rupanya itu adalah telepon dari Abilla. " Ya Bill, ada apa?"
" Sai, aku mau kita putus! Pertunangan kita ini tidak akan sampai pada jenjang pernikahan. Kau sibuk dengan dunia mu sendiri tanpa sedikit pun melirik ke arahku. Duniamu dan duniaku tidak bisa digabungkan. Hubungan ini tidak bisa berjalan sehat karena hanya aku yang berjuang. Jadi, mari kita akhiri saja. Aku lelah berjalan sendiri, aku lelah mencintai sendiri, dan sebaiknya kita selesai di sini."
Tak!
Sai mengusap wajahnya kasar. Sampai di sini Sai tetap tidak mengerti mengapa Abilla sampai memutuskan pertunangan. Memang benar hubungan mereka tidaklah seromantis para pasangan di luar, tapi Sai sungguh tidak berpikir bahwa Abilla menyudahi hubungan mereka. Meskipun memang Sai belum yakin dengan hubungan serius mereka tapi Sai ingin Abilla menunggunya sebentar lagi. Tapi sepertinya sudah tidak mungkin.
" Baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku akan datang menemui orang tuamu dan mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahanku. Maaf Bill, maaf aku tidak bisa jadi pria yang kau inginkan."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
guntur 1609
bagus longgar. kau perbaiki semua kesalahanmu
2025-02-03
0
Bunda Aish
ya lebih baik begitu .... selesai dari pada mbulet bikin mumet ya Billa
2024-05-27
0
Aprisya
wahh abila sadar diri, dan mudur secara ugal ugalan ,lansung dan lugas menyatakan keinginannya untuk putus dari sai
2024-05-26
2