JSI 05: Penemuan Haneul

Haneul langsung menghubungi gurunya dan meminta izin untuk tidak masuk karena sang ibu sakit. Guru di sekolah Haneul mengerti, karena mereka juga tahu bahwa Haneul hanya hidup berdua dengan ibunya. Dan meskipun Haneul terkadang tidak antusias saat pelajaran, namun Haneul selalu bisa mengerjakan kuis yang diberikan.

" Semoga ibu mu segera kembali sehat ya Han."

" Merci Miss."

Haneul duduk di sisi brankar Hyejin, ia memegang erat tangan sang ibu, tidak ada air mata yang keluar walau hatinya sagat sakit melihat kondisi ibunya. Apalagi penjelasan dokter yang didengarkannya sangat lah masuk akal.

" Ibumu sungguh harus didampingi oleh keluarganya. Aku tidak tahu apakah kalian memang hanya tinggal berdua, atau kalian sebenarnya masih punya keluarga lain di negara lain, karena ku lihat kalian bukan lah asli warga sini. Yang ingin ku katakan adalah bahwa ibu mu perlu pendampingan. Jika seperti ini terus, maka bisa berakibat buruk terhadap kesehatan mental dan fisiknya. Mungkin terkesan sudah membaik tapi tidak bisa dipungkiri dia memiliki banyak tekanan dalam hati dan pikirannya, dan di sini lah peran keluarga yakni orang dewasa sangat dibutuhkan. Aku cukup tahu kamu adalah anak yang cerdas dan pintar, tapi kamu tetaplah hanya anak-anak dan tugas ini tidak bisa kamu emban sendiri."

Haneul mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Ia kembali mengingat saat Hyejin kesakitan di malam-malam itu, dan dirinya memang sama sekali tidak bisa membantu. Ini adalah bukti bahwa ia hanya seorang anak kecil, dan ibunya butuh orang dewasa di sisinya.

" Nyonya Margot, apakah bisa jaga ibu ku sebentar. Aku akan pulang untuk mengambil beberapa barang."

" Jangan Han, kamu di sini saja. Biar aku yang ambil. Apa yang ingin kamu ambil, Nak."

Haneul berpikir sebentar. Apakah dia akan membiarkan Nyonya Margot yang sudah tua itu untuk menerobos hawa dingin, atau dia sendiri lah yang harus pulang. Dan pada akhirnya Haneul menggeleng, ia mengatakan pada Nyonya Margot lebih baik di ruangan saja menunggu Hyejin. Karena di ruang rawat ada pemanas ruangan yang membuat tubuh menjadi hangat.

Nyonya Margot pasrah, meskipun khawatir tapi ia yakin bahwa Haneul bisa melakukannya. Haneul kemudian melenggang keluar ruangan, saat ini yang ia pikirkan adalah bagaimana cara untuk memberitahu kedua orang tua ibunya yang berarti adalah kakek dan neneknya.

Keputusannya mungkin akan membuang sang ibu murka. Tapi itu tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh ibu nya. Biarlah dia kena marah asalkan ibunya bisa dalam kondisi tubuh dan mental yang baik.

" Sebenarnya apa yang terjadi pada Eomma, mengapa dia bisa sampai mengonsumsi obat depresan?"

Rupanya selama ini Haneul tidak tahu apa yang diminum oleh Hyejin. Yang Haneul tahu itu adalah vitamin karena Hyejin berkata seperti itu. Maka dari itu, ia sangat terkejut mendengar ucapan dokter tentang obat depresan. Ia pikir ibunya baik-baik saja karena selalu tertawa bersamanya, ternyata tidak, Haneul salah dalam menduga.

Usia Haneul memang masih 7 tahun. Cukup dibilang kecil untuk mengetahui urusan orang dewasa, tapi kecerdasan yang ia miliki bisa menembus isi kepala orang dewasa. Akan tetapi dia tidak bisa menembus apa yang ada di hati dan pikiran ibunya.

Ckiiiit.

" Merci Monsieur,"

Haneul memberikan uang taksi lalu mengucapkan terimakasih. Ia kemudian berjalan cepat menuju ke rumah. Hal yang pertama kali ia lakukan adalah mengambil ponsel sang ibu yang ternyata masih ada di meja dapur. Awalnya Haneul ingin segera pergi lagi ke rumah sakit, tapi langkahnya terhenti. Kepalanya memutar dan melihat ke arah kamar sang ibu.

Tak! Tak! Tak!

Langkah kaki miliknya seperti menunduk tubuhnya untuk mendekat dan masuk ke dalam sana. Haneul sempat berhenti sejenak di depan pintu dan menggelengkan kepalanya kuat tanda ia tidak boleh masuk, tapi sepertinya hati dan pikirannya tidak sinkron.

" Mungkin aku akan menemukan alasan mengapa Eomma seperti itu. Jika kau tahu, mungkin aku bisa membantu mencari cara penyelesaiannya."

Ceklek

Ngeeek

Haneul menelan saliva nya dengan susah payah ketika ia berhasil membuka pintunya. Dengan perlahan kakinya melangkah masuk ke dalam kamar milik Hyejin. Atmosfir yang dirasakan sungguh sangat berbeda, antara ia yang hanya sekedar masuk ke sana dengan ia yang masuk karena tujuan tertentu.

" Huuft, Ya Allah ampuni hamba ya," gumam Han sambil memejamkan matanya. Dan sedetik kemudian dia sudah mulai mencari apa yang bisa ia cari.

Haneul membuka koper, nakas, lemari, dan semua tempat yang sekiranya menyimpan barang berharga atau barang yang ingin ibunya sembunyikan. Dan mata Henul mengunci sebuah tas yang ada di dalam lemari tapi paling bawah. Ia menarik tas itu keluar.

Dengan hati-hati Haneul membuka isi tas itu. Ia terkejut dengan apa yang ada di dalamnya. Rupanya itu adalah album kenangan yang berisi foto-foto dirinya. Hanya dirinya dan tidak ada yang lain. Bahkan ibunya pun tidak ada gambarnya di album tersebut.

Foto yang sepertinya diambil oleh Hyejin sendiri itu mulia dari Haneul berusia 0 tahun hingga terakhir beberapa bulan yang lalu. Haneul tidak pernah menyangka jika selama ini sang ibu mengambil fotonya untuk dicetak, ia pikir hanya untuk sekedar di simpan dalam memori kamera.

Air mata Haneul tidak kuasa menetes. Ia sungguh bersyukur ibunya begitu mencintainya. Dan dalam hati ia pun bertekad untuk bisa membuat sang ibu selalu tersenyum bahagia.

Ketika ia hendak mengembalikan album tersebut, ia melihat satu benda lain yang sedikit menarik perhatiannya. Sebuah buku catatan kecil berukuran sekitar 15x10 cm. Haneul awalnya ingin melewatkannya, tapi entah mengapa hatinya mengatakan bahwa dia harus mengambil dan membukanya.

" Tapi bukankah ini salah? Aah tidak, biarlah nanti aku minta maaf kepada Eomma."

Haneul memasukkan kembali album foto itu ke dalam tas, dan dia mengambil buku catatan kecil itu. Dengan perlahan ia membuka buku tersebut, rupanya itu adalah buku harian dari ibunya saat masih muda dulu.

Henul yang duduk di lantai lalu menyandarkan tubuhnya pada ranjang. Ia membaca halaman demi halaman. Sungguh menyenangkan mengetahui bahwa ibunya begitu bahagia di masa mudanya. Hingga di tengah halaman ia menemukan tulisan panjang yang sangat berbeda dari yang sebelumnya, dan itu menjadi akhir atau penutup dari cerita harian sang ibu.

Deg deg deg deg

Jantung Haneul berdegup kencang. Tubuhnya terasa panas, dan air matanya terus mengajak sungai membasahi pipinya. Ia bahkan sampai terisak, dadanya sakit membaca kata demi kata yang tertulis di sana.

Buuk!

" Eomma ... ."

TBC

Terpopuler

Comments

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Kasihan Hanoel... dipaksa dewasa karena keadaan....😥😥😥

2024-07-26

1

Bunda Aish

Bunda Aish

anak sekecil itu sudah harus memikirkan hal yang bukan menjadi tanggung jawab nya

2024-05-25

1

marie_shitie💤💤

marie_shitie💤💤

wah penasaran apa isi tulisan hyjien kepo deuh aku

2024-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2 JSI 02: Kau Menyebalkan!
3 JSI 03: Pertunjukan Haneul
4 JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5 JSI 05: Penemuan Haneul
6 JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7 JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8 JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9 JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10 JSI 10: Namanya Hajoon
11 JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12 JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13 JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14 JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15 JSI 15: Kesalahan Linggar
16 JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17 JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18 JSI 18: Aku Mau Putus!
19 JSI 19: Pasti Pria Ini!
20 JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21 curhat author
22 JSI 21: Sampai Disini
23 JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24 JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25 JSI 24: Semakin Yakin
26 JSI 25: Saya Sailendra
27 JSI 26: Mati Aku!
28 JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29 JSI 29: Jika Abah Tahu
30 JSI 30: Anak Baik
31 JSI 31: Pengakuan Sai
32 JSI 32: Kemurkaan Khalid
33 JSI 33: Aku Yakin Anakku
34 JSI 34: Ternyata Kenal
35 JSI 35: Bertemu Abilla
36 JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37 JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38 JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39 JSI 39: Betekad
40 JSI 40: Saya Orangnya
41 JSI 41: Jangan Menemui
42 JSI 42: Boleh Pinjam?
43 JSI 43: Tidak Seharusnya
44 JSI 44: Bertemu?
45 JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46 JSI 46: Tekad Sailendra
47 JSI 47: Untuk Apa?
48 JSI 48: Apa Itu Cinta?
49 JSI 49: Tidak Sengaja
50 JSI 50: Kunjungan Teman
51 JSI 51: Tawaran Bantuan
52 JSI 52: Misi Pertama
53 Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54 JSI 54: Dia Memang Anakku
55 JSI 55: Ajakan Camping
56 JSI 56: Rasa Lain
57 JSI 57: Apakah Memulai?
58 JSI 58: Suka Senyuman Itu
59 JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60 JSI 60: Saranghabnida
61 JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62 JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63 JSI 63: Sekolah Haneul
64 JSI 64: Memanggilmu Appa
65 JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66 JSI 66: 6.152.024
67 JSI 67: Pelan-pelan
68 JSI 68: Maaf Mas
69 JSI 69: Sebutan Buruk
70 JSI 70: Mari Kita Coba
71 JSI 71: Terimakasih Sayang
72 JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma
Episodes

Updated 72 Episodes

1
JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2
JSI 02: Kau Menyebalkan!
3
JSI 03: Pertunjukan Haneul
4
JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5
JSI 05: Penemuan Haneul
6
JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7
JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8
JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9
JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10
JSI 10: Namanya Hajoon
11
JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12
JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13
JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14
JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15
JSI 15: Kesalahan Linggar
16
JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17
JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18
JSI 18: Aku Mau Putus!
19
JSI 19: Pasti Pria Ini!
20
JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21
curhat author
22
JSI 21: Sampai Disini
23
JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24
JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25
JSI 24: Semakin Yakin
26
JSI 25: Saya Sailendra
27
JSI 26: Mati Aku!
28
JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29
JSI 29: Jika Abah Tahu
30
JSI 30: Anak Baik
31
JSI 31: Pengakuan Sai
32
JSI 32: Kemurkaan Khalid
33
JSI 33: Aku Yakin Anakku
34
JSI 34: Ternyata Kenal
35
JSI 35: Bertemu Abilla
36
JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37
JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38
JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39
JSI 39: Betekad
40
JSI 40: Saya Orangnya
41
JSI 41: Jangan Menemui
42
JSI 42: Boleh Pinjam?
43
JSI 43: Tidak Seharusnya
44
JSI 44: Bertemu?
45
JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46
JSI 46: Tekad Sailendra
47
JSI 47: Untuk Apa?
48
JSI 48: Apa Itu Cinta?
49
JSI 49: Tidak Sengaja
50
JSI 50: Kunjungan Teman
51
JSI 51: Tawaran Bantuan
52
JSI 52: Misi Pertama
53
Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54
JSI 54: Dia Memang Anakku
55
JSI 55: Ajakan Camping
56
JSI 56: Rasa Lain
57
JSI 57: Apakah Memulai?
58
JSI 58: Suka Senyuman Itu
59
JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60
JSI 60: Saranghabnida
61
JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62
JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63
JSI 63: Sekolah Haneul
64
JSI 64: Memanggilmu Appa
65
JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66
JSI 66: 6.152.024
67
JSI 67: Pelan-pelan
68
JSI 68: Maaf Mas
69
JSI 69: Sebutan Buruk
70
JSI 70: Mari Kita Coba
71
JSI 71: Terimakasih Sayang
72
JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!