Tanggal xx bulan xx tahun xxxx
Ya Allah, bagaimana ini. Apa yang harus aku lakukan. Aku takut, aku sungguh takut. Aku tidak tahu aku harus bagaimana. Kenapa Ya Allah. Kenapa harus aku. Kenapa harus aku mengalaminya. Aku salah apa, aku sudah berbuat jahat apa sehingga aku harus di hukum seperti ini.
Jijik. Rasanya aku sungguh jijik dengan diriku sendiri. Tubuhku sudah disentuh oleh seorang pria. Pria itu memaksaku, rasanya aku ingin mati saja. Aku sudah tidak suci lagi. Bagaimana aku pulang ya Allah. Bagaimana aku harus bertemu kedua orang tuaku dengan tubuh yang menjijikan ini. Hiks, apa yang harus aku lakukan.
Aku takut, aku sangat takut. Dan bagaimana jika nanti aku hamil? Bagaimana jika semua orang bertanya padaku? Bagaimana jika mereka mengatakan padaku bahwa aku adalah wanita murahan karena hamil tanpa suami? Padahal semua bukan karena inginku.
Apa aku mati saja? Ya. Mungkin mati lebih baik agar orang tua ku tidak harus menanggung aib yang aku buat. Ya Allah, bagaimana aku harus menjalani hidup dengan tubuh kotor ini.
Pria bangsat itu benar-benar bajingan!
Haneul tertunduk lemas di meja dapur. Setelah ia membereskan semua yang coba ia cari dan akhirnya menemukan sebuah fakta besar, kini dirinya seperti kehilangan tulang tubuhnya.
" Pantas jika Eomma merasakan sakit dan trauma. Ya Allah siapa orang yang sungguh tega melakukan itu pada Eomma ku?"
Sungguh besar hati Haneul, dia bukannya berpikir bahwa dirinya ini adalah anak hasil dari radupaksa. Tapi yang ia pikirkan adalah siapa orang yang melakukan hal tersebut kepada sang ibu. Awalnya ia juga terkejut mengetahui asal usul dirinya. Tapi pikiran itu langsung ia tepis mengingat betapa cinta dan sayangnya ibunya terhadap dirinya.
" Aku berjanji akan melindungi mu Eomma. Tidak akan aku biarkan siapapun menyakiti ibu ku."
Kini semuanya menjadi jelas. Mengapa saat ia bertanya mengenai sang ayah reaksi Hyejin langsung membeku. Otomatis ingatan buruk dan menyakitkan itu langsung terlintas di pikirannya. Dan berakhir dengan rasa sakit beberapa malam.
Jika mengingat hal itu Haneul merasa sangat bersalah. Ia sungguh merasa begitu buruk karena membuat sang ibu teringat akan kejadian yang menjadi sumber rasa sakitnya.
Namun kini ada satu pikiran buruk yang melintas dalam kepala Haneul. " Apakah Eomma juga merasa sakit saat melihat ku? Bukankah aku ini adalah anak yang awalnya tidak diinginkan karena hasil dari paksaan pria jahat itu? Apakah Eomma samapi sekarang masih mengonsumsi obat itu juga karena adanya aku?"
Degh!
Di rumah sakit, Hyejin mulai mengerjakan matanya dan membukanya secara perlahan. Ia melihat langit-langit yang berbeda dari langit-langit rumahnya. Hyejin lalu memindai seluruh isi ruangan. Dan ia berhenti saat melihat Nyonya Margot yang merupakan tetangga dekat duduk di sebelahnya.
" Aah syukurlah kamu sudah sadar Hyejin. Aku sungguh takut melihatmu pingsan di dapur."
" Nyonya Margot, maafkan sudah merepotkan mu. Padahal di luar cuaca sangat dingin, kamu pasti kesulitan. Terimakasih atas semua bantuanmu selama ini Nyonya. Aah iya, Han tidak tahu kan kalau aku di sini?"
Melihat ekspresi wanita paruh baya itu sudah dipastikan bahwa dia memberi tahu Han. Hyejin pun pada akhirnya tersenyum, meskipun ia tidak setuju jika Han tahu tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula sudah beruntung ada yang menolongnya, Hyejin tahu pasti Nyonya Margot pun panik. " Tidak apa-apa Nyonya Margot, aku sudah banyak merepotkan mu. Aku sungguh berterimakasih. Lalu, dimana Haneul sekarang?"
Braaak!
" Eomma!!
Greb
Haneul langsung memeluk tubuh Hyejin dan mendekapnya dengan sangat erat. Ia bahkan menangis di sana, meluapkan apa yang ia rasakan.
" Eiiih kamu menangis? Tidak biasanya putra Eomma seperti ini. Eomma tidak apa-apa sayang. Hanya kelelahan saja."
" Eomma, apa Eomma mencintaiku? Apa Eomma menyayangiku?"
Sreeet
Heyjin melerai pelukan mereka lalu menatap wajah Haneul dengan seksama. Ada sesuatu hal lain yang agak aneh dalam diri putranya itu meskipun ia tidak tahu apa. Hyejin kemudian menangkup wajah Haneul dengan kedua tangannya, ia juga mencium kedua pipi dan kening Haneul sambil berkata, " Putraku Haneul Ahmad Syafi, kamu adalah harta paling berharga buat Eomma. Perhiasan dunia yang tidak ada tandingannya, sumber kebahagiaan Eomma dan juga semangat hidup Eomma, kamu sungguh dunia Eomma sayang. Tidak ada alasan bagi Eomma untuk Tidka mencintai dan menyayangi mu."
" Hiks, Han juga mencintai dan menyayangi Eomma. Sungguh."
Hyejin tersenyum, walau memang benar ada yang aneh dalam diri putranya tapi ia mengacuhkan hal itu. Mungkin saja saat ini Haneul sedang ketakutan karena dirinya tiba-tiba pingsan dan berakhir di rumah sakit. Hyejin memaklumi hal tersebut.
Namun, tentu saja isi pikiran Haneul berbeda dengan Hyejin. Haneul sungguh merasa lega karena pikiran buruk yang sempat hadir di kepalanya itu semua salah. Dirinya bukanlah penyebab ibunya sakit, dan ibunya sungguh mencintainya. Memang tidak lah boleh kita bersuudzon ( berburuk sangka) terhadap sesuatu dan lebih baik selalu berhusnudzon (berbaik sangka).
" Jadi Eomma, aku mau minta maaf terhadap sesuatu. Maaf, aku sudah lancang menggunakan handphone milik Eomma tanpa izin."
" Eeh memangnya apa yang kamu lakukan dengan ponsel Eomma, Nak? Kenapa sampai meminta maaf begitu?" Hyejin merasa heran dengan cara Haneul meminta maaf. Ada gurat takut di wajah sang putra. Tetapi dari tadi memang Haneul bersikap aneh, tidak seperti yang biasanya. Hyejin pikir itu karena ia masuk ke rumah sakit, tapi sepertinya bukan. Ada hal lain yang membuat Haneul seperti itu.
" Anu Eomma, ehm ... Aku menghubungi Kakek dan Nenek dan berkata kalau Eomma sedang sakit."
" Apaa?" Hyejin layang awalnya masih duduk bersandar kini langsung menegakkan punggung dan kepalanya. Apa yang baru saja dikatakan oleh Haneul itu tentu sungguh sangat membuat jantungnya seperti dikejutkan dengan defibrillator. Tapi ternyata keterkejutan Hyejin Tidka berhenti di situ, masih ada hal yang dikatakan oleh Haneul yang membuat ia menjadi gelisah dan kebingungan.
" Dan, aku juga mengatakan dimana kita tinggal."
Paaak
Hyejin menepuk keningnya sendiri. Rasanya ia ingin sekali berteriak, tapi tentu saja tidak bisa. Apa yang Haneul lakukan jelas tidak salah. Itu mungkin reaksi panik sesaat Haneul.
" Baiklah, ayo kita pulang."
" Eomma, infusnya masih belum habis."
Agaknya Hyejin tidak memedulikan hal tersebut. Bahkan ia berusaha melepaskan sendiri infus yang masih ada sepertiganya. Haneul pun tidak berani melarang. Ia hanya diam dan mengikuti langkah kaki sangat ibu.
" Pasti Eomma marah, maaf Eomma," gumam Haneul lirih.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nanik Kusno
Kompromilah dengan keadaan...terus terang ma orang tuamu...tidak mungkin selamanya kamu akan sembunyi...
2024-07-26
2
Bunda Aish
gak mungkin orang tua mu menyalahkan mu atas hal yg terjadi padamu haejyn, justru mereka yg akan mensupport mu, gak baik memendam masalah sendiri
2024-05-25
3
Aprisya
tenang aja han,, eomma gak bakalan marah kok sama han,, mungkin eomma hanya terkejut karna kamu telah menghubungi kakek dan nenek
2024-05-24
1