BAB [13]

"Operasinya akan dilakukan besok malam jam delapan," ujar Rangga sambil menyerahkan berkas administrasi pada Dina kemudian segera mendudukkan tubuhnya di sebelah gadis itu.

Diperhatikannya wajah sahabat yang sejak dulu ia kagumi, Dina tampak jauh lebih kurus dari yang terakhir kali ia ingat. Hanya Tuhan dan dirinyalah yang tahu betapa inginnya Rangga membagi beban yang dipikul gadis itu.

"Yan, tolong belikan makanan ya, udah jam makan malam nih," ujar pria itu sambil mengulurkan uang seratus ribuan pada Adrian.

"Pakai uangku aja Mas, ujar Dina cepat sambil berusaha menahan tangan Rangga. Pria itu hanya mengangguk karena ia paham betul watak gadis di depannya.

Adrian kemudian menerima uang yang diserahkan Dina kepadanya. Setelah memastikan untuk membeli apa saja, remaja tanggung itu langsung melesat ke arah kantin rumah sakit.

Hening sesaat setelah Adrian pergi, namun Dina dapat merasakan tatapan Rangga padanya. Pria itu jelas sedang menunggu Dina untuk menceritakan apapun yang memang harus di ceritakan.

Sejak awal Dina memang tak bermaksud untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya pada Rangga, karena bagi gadis itu hanya Ranggalah satu-satunya tempat ia bersandar dan melampiaskan segala keluh kesah yang ia rasakan.

Dina hanya menghela nafas sebelum kemudian menceritakan segalanya pada Rangga, dari A sampai Z, tanpa terkecuali. Mulai dari gadis itu yang terpaksa harus bekerja di club malam, Damian yang merupakan customer tetap, hingga pria itu yang tiba-tiba menawarkan perjanjian tak masuk akal padanya.

Dina kemudian menunggu reaksi Rangga dengan harap-harap cemas, menanti bagaimana pandangan pria itu tentangnya. Apakah Rangga akan beranggapan jika Dina adalah wanita murahan? Karena bagaimanapun ia rela menghalalkan segala cara demi uang.

"Jadi kamu sudah menandatangani surat perjanjian itu?" tanya Rangga dengan pandangan menerawang.

Pria itu merasa kecewa, hatinya hancur mendengar wanita yang ia cintai baru saja melangkah ke jebakan seorang pria. Pria yang menurut Rangga tak lebih dari pria kayak yang culas dan pandai memanfaatkan keadaan.

Ya, Rangga mencintai Dina. Sudah sejak lama, hanya saja pria itu tahu, Dina tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang kakak. Dan ia sama sekali tak ingin memaksakan perasaannya pada Dina. Karena pria itu tahu, masalah hidup Dina sudah terlalu banyak. Tak perlu ia tambahin dengan hal kekanak-kanakan seperti cinta yang sudah jelas tak berbalas.

Rangga berusaha rela, sekedar menjadi teman bicara dan sahabat tempat gadis itu berbagi keluh kesahnya. Yang penting gadis itu tidak menjauh dari jangkauannya, tetap di sana ketika rasa rindunya datang secara tiba-tiba.

Namun kenyataan yang terpampang kini seolah menamparnya dengan telak. Gadis yang selama ini ia jaga, lindungi dan rawat luka-lukanya, akan jatuh ke dalam jebakan lelaki tak bermartabat.

Lelaki yang entah datang dari mana tiba-tiba saja merampas Dina, memanfaatkan kondisi gadis itu yang sedang tak berdaya. Merampas kebebasan dan bahkan terancam akan merusak masa depan gadis itu. Demi Tuhan! Pria sialan itu bahkan sudah beristri!

"Aku membuat Mas kecewa ya," ujar Dina, "maaf, aku sama sekali tak memiliki solusi yang lain," lanjut gadis itu lagi.

"Mas bukan kecewa sama kamu, mas tau kamu seperti apa. Kamu tak mungkin menerima perjanjian itu jika bukan karena terpaksa. Tapi mas marah. Marah pada pria itu. Dia dengan terang-terangan memanfaatkan keadaan kamu!"

Dina hanya menunduk mendengar ucapan Rangga. Dalam hati ia mengiyakan apa yang pria itu katakan. Di satu sisi Damian memang terkesan memanfaatkan keadaannya, namun di sisi yang lain, pria itulah satu-satunya orang yang datang membawakan solusi bagi masalah yang tengah ia hadapi.

Ditambah, Damian harus membayar dengan harga yang mahal untuk perjanjian ini. Mereka jelas berada dalam kondisi yang sama-sama membutuhkan. Dina butuh uang, sedangkan Damian membutuhkan ketutunan. Tidak ada yang dimanfaatkan ataupun dirugikan.

"Karena sudah seperti ini keadaannya, Mas cuma mau kamu berjanji satu hal sama Mas," ucapan Rangga membuat Dina kembali mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Cobalah untuk tidak jatuh cinta. Bagaimanapun status sosial kalian sangat berbeda. Ditambah dia masih memiliki istri sah, Mas yakin kehidupan kamu di sana tidak akan mudah." Rangga menghela nafas pelan, "dan ketika nanti perjanjian itu berakhir, pulanglah, Mas rela menerima kamu apa adanya. Kita akan menikah, sehingga tak ada seorangpun yang tahu tentang status kamu yang sudah berubah," lanjut pria itu lagi.

Tanpa sadar air mata Dina menetes mendengar ucapan Rangga. Bagaimana mungkin ada pria sebaik ini? Namun dalam hati Dina justru berpikir, dirinyalah yang tak pantas untuk pria baik ini. Pria sebaik Rangga, harus mendapatkan jodoh yang baik pula. Bukan wanita hina seperti dirinya.

____

Seminggu masa cutinya Dina habiskan untuk menemani Ibunya yang memang masih dalam tahap penyembuhan. Tiga hari pasca operasi, Ibunya sudah diijinkan pulang sehingga memudahkan Dina untuk merawatnya di rumah. Selama itu pula tidak ada kabar ataupun panggilan dari Damian. Pria itu seolah sengaja memberikannya waktu untuk merawat Ibunya. Sebelum akhirnya melanjutkan perjanjian mereka yang tertunda.

Dan kini gadis itu sudah kembali pada rutinitasnya di kota, karena memang masa cutinya yang telah berakhir. Dina menatap ruangan CEO yang terpampang megah di depannya. Pria itu baru saja menghubungi ponselnya, meminta Dina untuk datang.

Dina mengetuk pintu sebanyak tiga kali sebelum sesaat kemudian pintu ruangan terbuka dari dalam. Rendi tersenyum kemudian mempersilahkan Dina memasuki ruangan.

"Sudah datang? ayo ikut aku sebentar," ujar Damian yang melihat kedatangan Dina.

"Kemana Pak?" tanya Dina penasaran.

"Pengadilan Agama, kita akan menikah!" Ujar Damian sambil meraih tangan Dina, menarik gadis itu untuk mengikuti langkahnya.

Dina terperangah namun dengan cepat mengikuti langkah Damian yang cukup panjang karena lelaki itu masih menggenggam tangannya.

Menikah... Apakah satu kata itu kini memiliki arti yang berbeda? Mengapa sepertinya pernikahan merupakan sesuatu yang begitu enteng bagi Damian? Apakah hanya dengan mendatangi pengadilan agama, mereka bisa disebut sah menjadi suami istri?

Mereka turun menggunakan lift khusus CEO yang memang mengarah langsung ke basemen. Sehingga pemandangan Damian yang tengah menarik tangan Dina tak terlihat oleh siapapun. Kecuali Rendi yang memang dengan setia mengekor di belakang mereka.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Syukurlah ibunya Dina udh pulih..yg kuat y Dina..Damian org yg baik koq..

2024-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!