"Renata menipuku. Wanita itu sudah pernah hamil di luar nikah dan melakukan aborsi," ujar Damian yang matanya mulai terlihat kemerahan dan pandangan yang tak fokus. Jelas pria itu mulai berada di bawah pengaruh alkohol yang sejak tadi ia tenggak entah berapa sloki.
Tangan Dina yang sedang menuangkan Tequila sesaat terhenti karena sempat tertegun mendengar ucapan Damian. Sepertinya ia baru saja mendengar rahasia besar kehidupan rumah tangga bos besarnya. Namun gadis itu dengan cepat menguasai dirinya. Seperti tak terjadi apa-apa, gadis itu kembali menuangkan Tequila ke sloki Damar yang kosong.
Damar yang sejak tadi sibuk mengedipkan matanya dengan genit ke arah Dina, menyahut acuh tak acuh. "Istrimu itu, memang sejak awal tidak terlihat seperti wanita baik-baik," ujar pria itu telak. Membuat Verdi dan Roni mendelik kesal ke arahnya. Sifat jujur pria itu memang kadang tidak sesuai pada tempatnya.
Damian tersenyum miris, "hasil pemeriksaannya keluar tadi siang. Dan kalian tahu? Ada kista di rahimnya. Kista yang hanya terbentuk jika seorang wanita pernah mengalami keguguran atau aborsi dan tidak menjalani pengobatan secara intensif setelahnya."
Damian menenggak minumannya dengan gusar. Tak perduli sebagian merembes di atara bibir dan dagunya. "Kemungkinan untuk sembuh hanya 10% dengan terapi bertahun-tahun. Itupun tidak menjamin dia bisa hamil kemudian."
"Lalu sekarang apa? Kau ingin menceraikannya atau bagaimana?" tanya Roni sambil mengupas kulit kacang yang tampak menggunung di depannya.
"Tidak semudah itu." Damian menyandarkan punggungnya ke Sofa. Tangan pria itu kemudian memijit keningnya yang mulai berdenyut menyakitkan. "Pernikahan ini bukan hanya tentang aku dan dia," tambah pria itu lagi.
Dina kembali mengangkat botol tequila di atas meja. Menuang sedikit isinya ke sloki Damian yang kembali kosong. Gadis itu tak banyak berbicara, membuat Damian yang sejak tadi larut dalam pikirannya nyaris tidak menyadari keberadaan gadis itu.
Namun tidak sekarang. Ketika pria itu meraih slokinya kembali, matanya tidak sengaja bertemu dengan tatapan Dina yang entah bagimana terasa menyejukkan bagi Damian. Dina yang gelagapan karena tiba-tiba bertemu pandang dengan Damian, tanpa sadar mengalihkan tatapannya dengan canggung.
Hingga kemudian Dina merasakan tendangan kecil di kakinya. Gadis itu menatap ke arah Jennie yang saat ini tengah memelototinya. Mengisyaratkan agar Dina fokus bekerja. Fokus mengambil kesempatan lebih tepatnya.
Dina berusaha menguatkan mentalnya. Ia tidak boleh seperti ini. Bagimana pun, detik ini, dia tak lebih dari seorang wanita penghibur. Demi pekerjaan, demi uang tip dan demi kesejahteraan keuangannya, dia harus bisa mengambil hati Pelanggan.
Kembali gadis itu berusaha mengingat trik-trik menggoda lelaki yang sempat diajarkan Jennie dan Lea padanya. Apa yang pertama-tama harus dilakukan? Otak gadis itu mendadak kosong.
Demi apa? Pria di depannya ini adalah bos di tempatnya bekerja! Apakah dia benar-benar harus merayu pria ini? Pria yang jelas-jelas sudah beristri. Sekali lagi Dina merasakan tendangan di kakinya. Kali ini tatapan Jennie seolah berkata, "sekarang atau tidak sama sekali!"
Baiklah, baiklah! Goda ya goda! Apa susahnya?! Namun sesaat kemudian hati Dina kembali goyah. Jelas sangat susah. Omong kosong macam apa itu tadi!
Dina akhirnya memberanikan diri menatap Damian, yang mana ternyata pria itu terus saja menatapnya dengan lekat. Memperhatikan tiap detil hal bodoh apa saja yang dilakukan Dina sejak tadi.
Matilah! Apa pria itu mengenalinya? Tidak mungkin! Dina masih saja berseteru dengan hatinya.
Dengan gugup gadis itu berusaha menarik senyum di bibirnya. Sambil memilin-milin rambutnya yang menjuntai di dada. Dina berusaha mati-matian mempertahankan kontak mata mereka, meski pada kenyataannya dia sangat ingin membuang pandangannya ke arah lain.
Damian mengangkat slokinya dan meminum cairan di dalam sloki dengan cepat. Tangan pria itu mengetuk permukaan sloki dengan jari telunjuknya. Dina yang mengerti, kembali menuang sedikit Tequila ke dalamnya.
Damian menerima sloki tequila tadi tanpa mengalihkan tatapan matanya dari waitress yang saat ini tengah mengerling manja padanya. Tersenyum menggoda, wanita itu berkali-kali mengerling nakal sambil menggigit bibirnya. Berusaha terlihat sensual dan memang seperti itulah kenyataanya.
Gadis itu jelas tidak membutuhkan usaha yang berat, wajah dan tubuhnya memang sudah terlihat begitu sensual hanya dengan berdiam diri disana. Apalagi ketika gadis itu mengerling ke arahnya. Sesuatu yang terasa panas membuncah dalam diri Damian. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Apakah anda ingin..., Pelayanan ekstra Tuan?" ucapan gadis itu kembali membuat aliran darah Damian berdesir tak karuan. Ditambah jari telunjuk gadis itu yang dengan nakal menelusuri dagu hingga jakun Damian. Membuat pria itu menelan ludah dengan susah payah.
Namun ada sesuatu yang terlihat berbeda dalam diri wanita itu. Mungkin bahasa tubuh dan bibir wanita itu berusaha terlihat menggoda, namun tidak dengan matanya. Mata jernih yang terlihat polos itu sama sekali tak menunjukkan jika wanita yang berada di depannya ini adalah seorang wanita penggoda.
Tatapan mata lugunya justru membuat Damian ingin merengkuh gadis ini kuat-kuat. Melindunginya dari ancaman apapun yang berada di luar sana.
Damian meraih tangan gadis itu yang masih bermain-main di area lehernya dan menggenggamnya dengan lembut. Dingin. Itulah yang ia rasakan. Apakah suhu di ruangan ini terlalu rendah? Damian mengerutkan kening sambil melihat ke sekeliling?
"Apakah suhu di sini terlalu rendah?" gumam Damian. Namun Dina yang mendengar gumaman pria itu langsung berusaha menarik tangannya. Membuat Damian menaikan sebelah alis, menatap gadis itu dengan tatapan aneh.
"Jadi..., bagaimana keputusanmu selanjutnya?" pertanyaan Verdy berhasil mengalihkan perhatian Damian pada akhirnya. Anehnya suasana hati pria itu tidaklah seburuk sebelumnya.
Dengan berani di raihnya pundak Dina hingga tubuh gadis itu menempel dengan erat dengan tubuhnya. Sementara Dina yang merasa badannya tiba-tiba ditarik hanya mampu terduduk kaku di sebelah Damian. Tubuh gadis itu seolah membatu. Membuat Damian mengangkat sebelah alisnya dengan takjub.
"Bukannya kamu baru saja menawarkan pelayanan ekstra?" gumam pria itu tepat di atas kepalanya. Membuat Dina bergidik untuk sesaat. "Jadi..., pelayanan ekstra macam apa yang bisa kamu berikan?" tanya pria itu lagi.
Dina menelan ludah dengan susah payah. Kau bertanya padaku, aku bertanya pada siapa?! Rutuk gadis itu dalam hati. Sesaat tadi kalimat nista itu keluar begitu saja dari mulutnya. Pelayanan ekstra? Hah! Yang benar saja. Dina bahkan tak pernah mencium seorang lelaki pun dalam hidupnya. Dia bahkan belum pernah merasakan yang namanya pacaran.
Pelayanan ekstra? Hah..., ingin rasa Dina menendang dirinya sendiri yang berbicara tanpa pikir panjang lima menit yang lalu. Yang sanggup gadis itu lakukan kini hanyalah berusaha menampilkan senyuman semanis mungkin.
Damian yang melihat senyuman gadis itu, kembali merasa jika gadis dalam rengkuhannya ini bukanlah gadis penggoda seperti yang ia bayangkan. Ada kesan lugu di sana. Membuat Damian ingin mengenali gadis ini secara lebih dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments