Waktu menunjukkan jam sepuluh malam ketika Dina menyibukkan diri dengan ponselnya. Tidak ada hal penting yang bisa dilakukan, tadi setelah makan malam, Damian langsung mengurung diri di ruang kerjanya. Pria itu berkata ada sedikit pekerjaan mendesak yang harus segera diselesaikan malam itu juga. Pria itu hanya menyuruh Dina melakukan apapun yang gadis itu suka selama menunggu dirinya.
Dalam hati Dina merasa lega namun disini lain ada perasaan gugup juga. Karena semakin ditunda-tunda, pikiran gadis itu semakin meliar kemana-mana. Bagaimanapun, tak seperti Damian, malam ini adalah malam pertama untuknya. Gadis itu sama sekali tak memiliki pengalaman apapun tentang lelaki. Bahkan ciuman pun tidak.
Apa yang harus ia lakukan nanti? Jika hanya berdiam diri dan mengandalkan Damian untuk menuntunnya apakah lelaki itu tidak akan merasa bosan nantinya? Jika Dina berusaha aktif, dia bahkan tak mengerti, tidak tahu harus melakukan apa. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Menggeleng frustasi, gadis itu kembali meraih ponsel jadulnya. Membuka aplikasi Zona Ular, satu-satunya game yang terinstal di handphonenya. Gadis itu mulai mengarahkan ularnya, memakan semua ular kecil di sekitarnya dengan bengis. Gadis itu sesekali berdecak dan memekik ketika ularnya hampir saja dilahap oleh ular yang lebih besar. Gadis itu bahkan beberapa kali mengomel tanpa sadar.
Hingga kemudian gadis itu merasakan dua lengan yang kokoh merengkuh pinggangnya dari belakang. Membawa gadis itu tenggelam ke dalam pelukan hangat.
Dina terpekik kaget, membuat handphone yang sejak tadi ia mainkan terjatuh di atas meja rias tempatnya duduk sejak tadi. Gadis itu melirik ke arah cermin dan mendapati Damian yang tersenyum geli melihat gambar ular yang meliuk-liuk di layar handphone gadis itu.
Karena terlalu berkonsentrasi memainkan game ular, Dina bahkan tak menyadari kehadiran Damian di sisinya, pria itu sudah duduk di sebelahnya sejak beberapa detik lalu. Karena gemas lelaki itu langsung merengkuh Dina ke dalam pelukannya. Baru saat itulah gadis itu merasakan keberadaan Damian disisinya.
"Sedang apa?" tanya pria itu sambil mengeratkan pelukannya. Wajah pria itu melesak di sela tengkuk dan leher Dina, menghirup dalam-dalam aroma tubuh gadis itu yang benar-benar menjadi candu untuknya.
"Hanya bermain game," jawab Dina dengan suara bergetar di sela kecupan-kecupan kecil yang damian berikan.
Damian akhirnya yakin jika aroma ini memang aroma alami tubuh gadis itu. Aroma manis yang memabukkan namun menggoda Damian untuk terus menghirupnya, menyesap habis hingga tidak bersisa.
Damian terus memberi kecupan seringan bulu di sepanjang tengkuk, leher hingga telinga gadis itu sambil memperhatikan reaksinya dari balik cermin. Gadis itu tampak memejamkan mata sambil memiringkan kepala, memberi akses pada Damian untuk melakukan lebih. Damian kemudian menggigit kecil telinga Dina, membuat gadis itu melenguh pelan. Membuat hasrat dalam diri Damian menggelegak tak tertahankan.
Damian menarik dagu Dina dengan ujung jarinya, mengarahkan wajah gadis itu ke samping dan tanpa aba-aba langsung mengecup bibirnya. Tangan pria itu memberi pijatan kecil di tengkuk Dina membuat gadis itu kembali melenguh dan tanpa sengaja membuka mulutnya. Damian tanpa membuang waktu langsung memperdalam ciumannya.
Manis benar-benar manis. Damian merasa dirinya mabuk. Mabuk akan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ingin rasanya Damian menyesap habis, menikmati tetes demi tetes madu yang saat ini ia nikmati. Gerakan bibir pria itu semakin liar, genggamannya di tengkuk dan di pinggang gadis itu semakin kencang dan hampir menyakitkan.
Lenguhan-lenguhan yang keluar dari bibir Dina bahkan semakin menyalakan bara api yang terasa menggelegak di perut Damian. Memberi pria itu sensasi liar yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bahkan tidak dengan istrinya Renata.
Damian ingin lebih! Tangan pria itu kemudian bergerak semakin berani. Menyentuh kulit perut dan pinggang gadis itu dengan belaian nakal, membuat tubuh mungil di dalam pelukannya sedikit bergetar. Dan ketika tangannya berusaha naik, untuk menyentuh dada ranum gadis itu, tangan mungil Dina dengan cepat menahannya.
"P-pak," lirih gadis itu memanggil namanya dengan ragu. Damian kembali melesakkan kepalanya di ceruk leher Dina dan memberi kecupan-kecupan ringan.
"Panggil aku Damian," gumam pria itu sambil mengigit telinga Dina, membuat nafas gadis itu tercekat dan kembali memejamkan matanya.
Tangan damian berusaha melepaskan genggaman Dina, namun gadis itu mengeratkan genggamannya. "Mas... lampunya," ujar gadis itu kemudian.
Damian yang mengerti maksud Dina, langsung mengangkat tubuh gadis itu ke dalam gendongannya, seolah bobot tubuh gadis itu hanya seringan bulu. Dengan cepat pria itu melangkah ke arah ranjang dan membaringkan badan Dina di sana, sebelum kemudian mematikan semua lampu dan hanya menyisakan lampu tidur. Memberi cahaya temaram yang menambah kesan romantis untuk malam pertama mereka.
Damian langsung menyusul Dina, berbaring di sebelah gadis itu sebelum kemudian menarik selimut, menutupi tubuh mereka berdua. Kembali ia rengkuh tubuh Dina ke dalam pelukannya. Menyalurkan seluruh hasrat yang kini ia rasakan. Hasrat yang terus menerus membuncah seolah akan meledak jika tidak segera disalurkan.
Damian menikmati setiap detiknya, menuntun Dina mengarungi gelombang demi gelombang indah yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.tak ada satupun dari mereka yang menyadari entah berapa kali mereka melakukannya. Satu yang pasti, ketika peraduan itu akhirnya terhenti, malam di luar sudah tak sama lagi. Malam akan segera berganti pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments