Seminggu telah berlalu. Kehamilan Naila, ternyata sangat membuat nya menjadi tersiksa. Setiap pagi diri nya selalu mengalami mual yang hebat. Hingga pekerjaan nya hampir saja terbengkalai. Untung saja diri nya tidak bekerja di tempat orang lain, jadi ia masih bisa sedikit di maklumi saat kerjaan nya kurang maksimal.
Pagi ini, di ruang kerja nya, Naila kembali mengalami mual berlebihan. Sehingga ia harus kembali lagi ke toilet. Tak ada yang keluar dari mulut nya, hanya cairan kuning yang keluar. Ia merasa sangat keram di bagian perut nya. Perlahan setelah di rasa enakan, baru lah ia kembali ke ruangan nya. Namun baru saja sampai di depan pintu ruangan, pandangan nya semakin menjadi kabur dan lama-lama menjadi hitam.
Bruk,!
Naila, terjatuh tak sadarkan diri.
Salah seorang OB yang bertugas di lantai tempat kerja Naila, itu melihat Naila yang tiba-tiba saja tergeletak tak sadarkan diri. Ia mengambil alat komunikasi yang ada di sabuk pinggang nya untuk meminta bantuan.
Vian yang sempat mendengar sang adik pingsan, bergegas berlari ke tempat adik nya berada. Banyak para karyawan yang berkerumunan untuk melihat Naila, di sana.
"Awas!"
Dengan sekali ucapan, para karyawan itu membuka jalan untuk Vian. Tak banyak omongan, Vian langsung membopong tubuh Naila, untuk ke ruangan nya.
Sebagian karyawan menatap tak suka pada Vian, yang begitu perhatian pada Naila.
"Ck,, baru juga kerja di sini sudah banyak drama." Cibir Nita.
Alena yang mendengar merasa kesel dengan Nita. Dari pada ia kena sasaran dari Nita, segera mungkin ia pergi melanjutkan kerjaan nya.
**
Di dalam ruangan, Vian sedang menelpon seorang dokter kepercayaan nya. Tetapi panggilan Vian, tak di angkat nya. Dengan perasaan dongkol, Vian pun terpaksa harus membawa adik nya ke rumah sakit.
Sesampai nya di rumah sakit, Naila langsung di tangani. Disana Vian, bertemu dengan dokter yang ia telpon tadi.
"Hai, Vian.... Siapa yang sakit?" ucap Hendra, sang dokter
"Ck, kemana saja kamu. Ku telpon tidak kamu angkat sama sekali." Ketus nya
"Sorry bro, aku lagi ada tugas tadi. Ponsel ku juga tidak aku bawa." Jawab Hendra dengan jujur.
"huuuffffttt.... Pantes saja" kesal nya lagi.
"Adik aku sempat pingsan tadi. Maka nya aku telpon kamu tadi. Tapi ngak ada jawaban terpaksa aku bawa ke sini."
"Oh. Sekali lagi maaf jika aku tidak menerima panggilan telpon mu tadi." Ujar Hendra tak enak hati
"Yaaa ngak kenapa-kenapa lah. Kerjaan mu di sini juga lebih penting." pungkas nya
"Sudah lah, mending kamu lanjut saja."
Hendra pun pergi meninggalkan Vian. Tak lama kemudian, dokter yang menangi Naila, keluar.
"Dengan keluarga pasien, Naila."
"Ia dok, saya abang nya." Sang dokter mengernyit kan dahi nya. Ia pikir Naila, di antar dengan suami nya, ternyata dengan abang nya.
"Emmmm.... Ibu Naila, harus di rawat inap ya pak! Melihat kondisi pasien yang tidak stabil, kami menyarankan untuk bapak agar bisa menjaga perasaan pasien dan juga untuk mengurangi pikiran yang berlebihan. Agar kondisi ibu dan janin nya sehat." Papar sang dokter.
"Baik dok, nanti saya sampai kan."
***
"Dari mana saja kamu Mon?" Tanya Rossa saat melihat Monalisa masuk rumah dengan ngendap-ngendap.
Monalisa terkejut saat mendengar suara yang sangat ia kenali.
"Ehhh... Mm-mamaaaahhh..." ucap nya gugup
"Dari mana saja kamu seminggu ini? Mamah datang kerumah kamu juga tidak ada di sana." Rossa berucap penuh selidik.
"Emmm,, Monalisa ngak kemana-mana mah. Mona hanya bosan saja dengan pernikahan ini. Belakangan ini, mas Al tidak mau lagi tidur dengan Mona. Padahal, Mona rindu dengan mas Al." Ujar nya seraya mengeluarkan air mata buaya.
"Padahal, Mona sudah berusaha jadi istri yang baik buat mas Al." Sambung nya lagi.
Rossa tersentuh dengan apa yang di rasakan Monalisa. Ia pun berniat untuk memberi pelajaran pada Naila, yang menurut nya salah karena ingin menghancurkan rumah tangga anak nya dengan Monalisa.
"Awas saja wanita lajang itu, (Rossa bilang jalang itu sebutan lajang yak, karena dia ingin mengikuti bahasa gaul meski pun salah ucapan), aku bakan kasi pelajaran sama dia. Padahal sudah gugat Al, tapi masih saja gatal." Umpat nya kesal
Monalisa, yang mendengar pun mengulum senyuman. 'Rasain kamu, Nai. Aku harus jual nama mu biar aku masih aman berada di sini.'
"Jangan, mah... Nanti takut mas Al, marah kalo mamah sampai datang marah-marah. Seperti nya, Al ingin memperjuangkan wanita itu." Ucap nya yang langsung dapat penolakan.
"Tidak...! Al, tidak boleh kembali dengan wanita itu. Wanita itu sudah menggugat Al, jadi biar kan saja mereka pisah. Toh wanita itu ngak bisa kasi keturunan." Cicit nya.
"Mah," Monalisa menyentuh lengan Rossa
"Mona, hamil mah." Ujar nya
Sontak Rossa menatap nya dengan haru. "Kamu beneran hamil, sayang."
Rossa tak percaya jika mantu nya secepat itu hamil. Baru sebulan menikah sudah hamil.
Monalisa, menganggukkan kepala nya. "Benar, mah. Sebenar nya sebelum Mona, pergi itu Mona sudah tes. Mona ingin kasi kejutan dengan Al, tapi saat itu kondisi Al, lagi tidak stabil. Demi kewaran Mona, Mona pergi dulu ketempat teman Mona untuk ketenangan. Agar janin ini tumbuh sehat." Ujar nya sembari mengelus perut nya yang sedikit terlihat buncit.
Rossa langsung mendekap tubuh Monalisa. "Terimakasih, sayang. Kamu sudah mengandung cucu ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Atha Diyuta
nah Lo dia hamil anak org lain pasti
2024-07-16
0
Atha Diyuta
dari kluyuran ktmuan seneng" itulah mantu yang kamu puja puja
2024-07-16
0
Atha Diyuta
semoga kandungannya baik-baik saja
2024-07-16
0