Keesokan hari nya, Naila kembali pulang bersama Al. Setelah banyak drama, akhir nya Al bisa bertemu Naila di panti dan meminta maaf pada Naila atas kejadian malam itu.
Tiba di rumah, Naila bertemu dengan Rossa dan Monalisa. Salam nya pun tak di jawab oleh kedua nya. Naila sudah biasa dengan sikap Rossa, yang seperti itu. Ia pun terus melangkah menuju kamar nya di lantai atas. Namun langkah nya terhenti saat mendengar ucapan Rossa.
"Eeeeeeeeeehhhhhhh...!! Wanita udik kenapa di bawa pulang lagi ke sini? Sudah bagus di panti saja, tempat paling cocok untuk wanita udik." Kata Rossa dengan menatap Naila tak suka.
"Untung-untung bisa punya anak, lah ini bikin aja tau nya tapi ngak bisa produksi sampai jadi anak." Sambung nya dengan penuh sindirian.
"Nih liat, gigitan mu jadi luka. Jangan-jangan kamu emang rabies." Timpal Mona dengan kesal
Al menatap tajam ke dua orang yang tengah duduk si atas sofa empuk itu, langsung saja, Al menarik lengan Naila, untuk menaiki anak tangga agar bisa istirahat di kamar.
"Ck,, tunggu saja kalo sudah nikah nanti. Aku bakal bikin ngak betah di sini dia." Gerutu nya yang masih terdengar Rossa.
Rossa tersenyum licik saat mendengar Monalisa menggerutu kesal karena Naila.
'Tak perlu aku turun tangan untuk menyingkirkan wanita lajang nan udik itu. Aku akan terus memanasi Monalisa untuk menyakiti Naila setelah menikah nanti, agar cepat pergi dari sini.' Gumam nya dalam hati.
***
Malam pun tiba. Sepasang suami istri itu tengah duduk santai di balkon kamar.
Menatap bintang di langit, namun kedua nya berperang dengan isi pikiran masing-masing.
"Mas,,!" setelah lumayan lama saling berdiam-diam, Naila pun mencoba untuk membuka obrolan.
Al menoleh ke arah, Naila. Di tatap nya manik hitam itu dengan lekat. Wajah nya yang sendu, namun tetap sejuk jika di pandang.
"Ada apa, Nai?" tanya Al dengan lembut.
"Emmm,,, aku boleh ngak minta sesuatu sama kamu mas?"
Al mengernyit heran, 'Tak biasa nya Naila bertanya saat menginginkan sesuatu padaku langsung.' Al hanya membatin saja,
"Katakan saja." Jawab Al santai
Naila sedikit menarik nafas nya dengan dalam, kemudian ia hembuskan perlahan.
"Jika nanti kamu sudah nikah, boleh kah aku tinggal terpisah dengan Istri baru mu?"
Kedua bola mata Al, nyaris melotot dengan sempurna. "Apa kamu tidak mau bertahan dengan ku lagi, Nai? Jika kamu pergi dari rumah ini, aku tidak bisa ikut bersama mu Nai. Karenaa..."
" Karena mamah kamu ngelarang kamu kan? Mamah kamu mengancam kamu jika ikut dengan ku di luar sana, maka semua aset peninggalan papah kamu di tarik lagi." Potong nya dengan tebakan sangat tepat
"Buk—an begitu Nai.!" Al mengusap wajah nya dengan kasar. Ia bingung untuk menjelaskan pada istri nya itu.
"Terserah kamu mas, kalo masih mau di bawah ketek mama mu. Inti nya aku sudah bilang dengan mu dan minta izin. Kalo kamu sudah nikah nanti aku pergi dari sini, aku enggan untuk tinggal satu atap dengan maduku." Ucap Naila dengan tegas. Setelah nya ia berlalu masuk ke dalam kamar. Ia pun segera tidur berpura-pura tidak mendengar ucapan sang suami yang terus membanguni nya. Hingga Al merasa kesal sendiri.
"Sungguh kamu bukan Naila, yang aku kenal lagi. Naila yang dulu penurut sekarang mulai pembangkang, Naila yang lemah lembut sekarang mulai sedikit bar bar, Naila yang dulu ceria sekarang lebih banyak diam."
Kata Al yang hanya di ucapkan dalam hati saja. Lelah karena tak mendapat respon lagi dari Nail, Al pun memutuskan untuk tidur di samping Naila, namun dengan memunggungi nya.
🌾🌾🌾
"Hai, brooo...! Nih aku sudah dapat info nya." Ucap Zaki memberikan map coklat sembari mendarat kan pantat nya di sofa yang empuk
Vian mengambil map coklat yang telah di letakan Zaki di atas meja nya. Di buka nya kemudian melihat dan membaca nya dengan teliti.
"Benar, ternyata kamu adik ku yang hilang selama ini." Gumam nya pelan namun masih dapat di dengar oleh Zaki.
Amarah Vian membara di kala mendengar berita tentang adik nya. Vian tidak bisa ceroboh, karena itu semua menyangkut nama baik nya dan juga perusahaan orang tua nya.
🌾🌾🌾
Tiba sudah hari yang di nanti kan oleh Rossa dan juga Monalisa. Tetapi tidak dengan Al. Diri nya merasa tiada guna sebagai suami, tega menyakiti perasaan istri. Namun di sisi lain, diri nya juga membutuhkan seorang anak.
Sejak malam itu, hingga tiba hari pernikahan nya mereka jarang untuk berinteraksi layak nya pasangan suami istri seperti biasa.
Riasan make-up di wajah Monalisa sangat lah cantik. Hingga banyak yang memuja nya.
Sedangkan, Naila tidak ikut menghadiri dalam acara pernikahan suami nya. Lebih tepat nya tidak mendampingi suami nya mengucap kan ijab kabul dengan wanita lain. Hati nya terlalu rapuh jika melihat sang suami bersanding dengan wanita lain. Ia hanya duduk di bangku taman belakang, menemani anak-anak panti yang di undang oleh Rossa.
Terdengar jelas suara bariton dari dalam ruangan nan megah itu. Dengan perasaan tak karuan, Naila mencoba untuk tetap lebih tegar.
Sehingga banyak sambutan tepukan tangan dari orang-orang yang menyaksikan nya.
"Saaahhh....!!"
Beberapa orang saling bersautan mengucap kata 'Sah' . Kini Al dan Monalisa telah resmi menjadi sepasang suami istri.
Di taman belakang, bu Siti melihat air mata Naila terjatuh. Betapa hancur nya perasaan Naila saat mendengar kalimat ijab kabul keluar dari mulut sang suami. Terlebih saat banyak sautan suara yang mengucapkan kata 'Sah'.
"Mulai detik ini juga, kamu telah resmi menjadi madu ku. Dan mulai saat ini pula aku harus angkat kaki dari rumah." Gumam Naila pelan namun semua kalimat nya penuh penekanan.
"Sudah waktu nya kamu kembali Hilda." Ucap seseorang
Naila mendongakan kepala nya melihat siapa yang mengajak nya berbicara.
"Kamu lagi." Ketus nya
"Sudah aku kata kan, jangan pernah membuang air mata mu itu sia-sia. Apa lagi dengan pria yang telah melukai kamu." Vian berkata dengan tegas
"Ck.. Sok tau kamu."
Naila berdiri hendak meninggalkan pria itu. Namun tangan nya di cekal hingga membuat langkah nya terhenti.
"Kamu Hilda adik ku."
Namun sayang nya, Naila tak mempercayai pria itu. Ia menghempaskan tangan nya dengan kuat hingga cekalan tangan pria itu terlepas.
"Lepasin, jangan pernah mengusik hidup ku."
Dengan cepat pria itu menarik lengan Naila menjauh dari keramaian.
"Lepasin, ! Tolo—"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
ya iya lah, wanita mana yg mau di madu. masih mending gak minta cerai
2024-12-10
2
💫0m@~ga0eL🔱
kyk gak ada kerjaan aja 🤦
2024-12-10
2
💫0m@~ga0eL🔱
aduh mulutnya🤦
2024-12-10
2