Bab 4

Plak,!

   Sebuah tamparan mendarat di pipih Al.

"Jangan pernah mengancam mamah Al. Mamah tidak ingin melihat ada orang malas di rumah ini. Apa kamu mau jadi anak durhaka, hemmm..?"

   Wajah Rossa merah padam dengan amarah yang memuncak.

"Apa perlu mamah melakukan hal yang lebih dari ini terhadap istri mu? Masih untung mamah cuman suruh dia ikut mengurus untuk acara besok." Sungut nya

   "Mah, Naila bukan pembantu. Dia istri Al, yang wajib Al lindungi." Ucap nya pelan.

"Monalisa juga sebentar lagi jadi istri kamu Al. Mamah ngak mau jika kamu sudah nikah dengan Monalisa, masih saja nempel dengan Naila." Rossa tak kalah meninggikan juga suara nya.

    Melihat Rossa yang semakin menjadi, Naila buka suara agar keributan itu tidak berkepanjangan.

"Mas, aku ngak kenapa-kenapa kok jika harus ikut bantuin untuk acara kalian besok." Naila sedikit menekan ucapan nya.

    "Tuh Al, kamu dengar sendiri kan kata Naila."

Al mendengus kesal lantaran Naila yang terlalu bodoh jika terus di sakiti.

"Tidak Nai, kamu akan ikut aku."

   Kemudian ia beralih ke Rossa,, "Jika mamah masih tetap dengan sifat mamah seperti ini, jangan salah kan Al jika suatu hari nanti Al pergi membawa Naila dari sini. Al tidak sedang main-main Mah. Al juga tidak mengancam mamah, tapi Al hanya mengingatkan mamah yang menurut Al ini semakin hari semakin keterlaluan dengan Naila."

    Al menarik lengan Naila masuk ke dalam kamar nya.

"Tapi mas—" Naila menggantung kan ucapan nya. Perasaan nya tidak enak. Sudah pasti jika tidak ada Al, mertua akan kembali menyiksa nya.

   "Diam lah Nai, ikut dengan mas sekarang juga."

Rossa semakin membenci Naila. Ia tidak bisa leluasa menyakiti Naila jika masih Al di sisi nya. Ia tersenyum setelah mendapatkan ide yang terbaik nya.

,,,,

   Setelah ada nya keributan yang di ciptakan oleh Rossa tadi pagi, Al mengajak Naila ke pantai untuk menghilangkan sedikit beban.

Al tau jika istri nya tertekan dan juga sedang tidak baik-baik.

"Mas, air laut nya indah yaaa." Kata Naila yang menatap luas nya air lautan.

   "Ia sayang, tapi sayang nya di sana ombak nya besar jadi tidak bisa di pakai berenang." Naila pun tersenyum. Ia menikmati udara segar di pinggir pantai itu.

   Cukup membuat rasa sesak di dada nya sedikit berkurang.

'Andai kamu tau diri ku ini mas, lihat lah air di sana yang tenang. Seperti itu lah aku di luar nya yang terlihat tenang. Namun di dalam nya bagaikan kotoran sampah yang terombang ambing oleh ombak di laut itu.'

Al benar-benar membuat hari Naila sedikit cerah meski pun ia tau besok hati Naila sakit saat menyaksikan diri nya menyematkan cicin pertunangan dengan Monalisa.

Andai saja Naila bisa mengandung dan sudah melahirkan, mungkin saja Rossa tidak memaksa nya untuk menikah lagi. Pikir nya begitu, namun tidak nyata nya. Ada anak mau pun tidak ada Rossa tetap akan membuang Naila.

   🥀🥀🥀

"Mah, ayo cepatan." Kata Monalisa yang sudah tidak sabar.

   "Iya, iyaaa bentar." Melda berjalan dengan langkah cepat hingga suara high heels nya seperti tukang yang sedang mencatuk paku dengan palu.

Monalisa pun membawa Melda ke salon tempat langganan nya.

   Sesampai nya di salon langganan nya, Monalisa dan Melda langsung mendapatkan pelayanan dari karyawan itu.

"Silahkan nyonya, mbak.." Kata karyawan itu dengan ramah

   "Saya mau yang terbaik untuk semua nya. Soal harga ngak perlu takut, yang penting pelayanan nya memuaskan kalian pasti dapat bonus." Dengan sombong nya Melda berucap.

Ada beberapa pasang mata yang menatap sinis pada mereka berdua. Namun mereka abai.

  'Tunggu saja nanti kalo anak ku sudah nikah dengan calon nya, akan ku bikin buta mata mu semua' Melda berkata dalam hati lantaran kesal orang-orang menatap nya sinis. Padahal diri nya sendiri yang mengundang mata orang untuk muak dengan tingkah laku nya yang seperti orang baru punya uang banyak.

🥀🥀🥀

    Tak terasa hari menjelang sore. Al mengajak Naila untuk pergi dari pantai itu setelah seharian mereka berada di bawah trik matahari untuk berenang di air laut.

   "Kita mampir dulu ya, sekalian makan sebelum pulang ke rumah."

Naila hanya mengangguk saja karena lelah setelah berada di pantai seharian.

     Sesampai nya di pusat perbelanjaan, Al memasuki tokoh perhiasan. Ia ingin membelikan Naila set perhiasan.

"Mas, ini sangat berlebihan." Imbuh nya tak enak

      "Berlebihan gimana sayang..! Ini semua pantas untuk kamu pakai."

"Tapi... Bagaimana jika mamah marah kalo tau kamu belikan aku set perhiasan ini mas? Aku ngak mau buat mamah marah dan semakin membenci ku." Raut wajah Naila sedikit cemas lantaran ia takut jika mertua nya menuduh nya yang macam-macam.

     "Kamu boleh memakai nya di saat kamu pingin memakai nya Nai. Jika kamu takut dengan kemarahan mamah, simpan saja ini perhiasan nya."

"Terimakasih pengertian nya mas.!" Naila pun memeluk Al.

       Setelah melakukan pembayaran, Al mengajak untuk makan malam. Di sana ia duduk seperti biasa nya di pojokan agar hanya bisa berdua dengan istri nya. Tanpa mereka sadari, di sana Monalisa dan juga Melda yang melihat nya tak suka.

Monalisa pun mengambil foto Al dan juga Naila saat Al menyuapi Naila.

   Setelah nya ia kirim pada Rossa. Dengan senyuman yang mengembang di wajah nya. 'Lihat saja nanti. Sekarang kamu boleh mesra dengan Al, tapi setelah dari sini neraka datang untuk mu.'

Entah masalah apa yang membuat Monalisa ikut membenci Naila. Bahkan ia pun tidak pernah menyerah untuk membuat Naila menderita.

   ~~

Tiba di rumah, Al sedikit merasa heran dengan suasana di rumah.

  Biasanya lampu tidak pernah di matikan saat malam hari. Namun malam ini hampir semua lampu mati.

"Apa ngak ada orang ya Mas, di rumah." Naila melihat sekeliling rumah dengan heran.

   "Ngak tau Nai, ngak biasa nya aja."

Al pun masuk ke dalam rumah dan di ikuti Naila dari belakang. Di raba-raba nya dinding rumah untuk mencari saklar lampu.

Tek,!

    Belum ia mencari, tiba-tiba lampu sudah menyala.

"Mamah" ucap Al dan Naila serempak.

   "Kaget kalian ada mamah di sini."

"I-iya lah mah." Al menyahut

Tak ada jawaban dari Rossa. Justru Rossa menatap dingin pada Naila.

"Bagus ya, Al.! Sudah mau tunangan masih saja kelayapan." Umpat Rossa

"Aku ngak kelayapan, mah. Al cuman keluar dengan Naila saja."

"Benar, mah yang di kata kan sama mas Al." Timpal Naila yang langsung di bantah Rossa.

"Diam kamu Nai,! Kamu itu harus nya sadar diri. Suami mau bertunangan jangan mencari kesempatan. Apa jangan-jangan kamu sengaja ya supaya Al tidak jadi tunangan dengan Mona."

"Mah..." Al menjeda ucapan nya.

"Tolong hargai perasaan Naila, mah. Naila sudah menyetujui Al bertunangan dengan Monalisa. Jadi, Al minta mamah bersikap baik lah pada Naila jika ingin pertunangan itu berlanjut sampai pernikahan."

Terpopuler

Comments

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

ish,, sirik aja lu sebel gue

2024-11-25

1

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

EMG susah punya mertua genderuwo 🤦

2024-11-25

1

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

si mamah ngancam Mulu 🤦

2024-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!